Red Boulevard (Endless Love )
Rangkaian setiap kenangan tentangmu yang ada di benakku
Adalah hal terindah yang kumiliki, aku tak ingin melupakanmu...
Jadi, biarkanlah aku memiliki semua kenangan ini, izinkan aku memilikinya
Meski jarak, batas ruang dan waktu memisahkan
Bahkan jika perasaan ini takkan pernah tersampaikan
Izinkan aku untuk terus berjalan, melewati jalan ini, menyusurinya...
Boulevard of (....) dreams...
"Pemuda itu kan menderita kanker otak, kalau nggak dioperasi dia mati, kalau dioperasi, dia hanya bertahan beberapa tahun, itupun dengan ingatan yang semakin melemah karena syarafnya melemah, padahal pemuda itu tak ingin melupakan kekasih yang dicintainya, dia menuliskan nama gadis itu dan kenangan tentang mereka di dinding kamarnya, kelak kalau dia mulai kehilangan ingatan, dia akan membaca tulisan-tulisan itu...ih, sedih ya ceritanya...", Misha menunjukkan buku berjudul Daddy Long Legs miliknya pada Jack. "Kasihan pemuda itu, menderita banget sih, haha...", Jack nyengir. "Betapa beruntungnya pemuda itu, andai kita bisa nge delete ingatan yah...", Misha dan Jack memandang Caesar yang terduduk lesu sambil memainkan gelas Coffemixnya, lalu cowok itu beranjak pergi meninggalkan temannya. "Sorry, aku ke rumah sakit dulu, kalian terusin aja ngobrolnya", kata Caesar sambil melambai. Mereka sedang berada di cafe, ngerayain ultah Jack, tapi tak disangka malah wajah muram Caesar yang mereka temui. "Dia kenapa sih?", tanya Jack pada Misha. Gadis itu mengerdikkan bahu. "Dia itu mirip Ethan Hunt, nyari info darinya kayak nyari jarum di lautan...sejak seminggu lalu dia jadi aneh gitu, kayak baru patah hati". Jack mengernyit. "Caesar? Patah hati? Muahahaha, mematahkan hati sih mungkin...".
"Gimana denganmu?", Jack memandang Misha. "Eh?". "Orang yang kau suka itu, gimana kabarnya?". Misha menghela nafas. "Yah, gitu deh, terkadang aku SMS dia, asal SMS, kata-kataku nggak penting banget, jadinya dia nggak balas, mirip Caesar ya, kalau SMS kita sesuatu yang nggak penting banget nggak dibalas, ah, sebel! Tapi mau gimana lagi? Udah kadung sayang". Jack manggut-manggut. "Jebak saja dia Misha...bikin dia hamil, ntar kalian khan bisa nikah...", Misha menendang kaki Jack. "Sialan, mana bisa aku bikin hamil seseorang...oon!". "Lho, kamu ini khan cowok...kukira yang kamu taksir itu cewek, huahaha...". "Nggak lucu deh...", Misha menggerutu. "Kamu sendiri, gimana kabar Rena?". Jack mengerdikkan bahu. "Aku ini khan Casanova sejati...rugi kalau nggak ganti cewek setelah sebulan jadian". "Ngomong aja udah putus en kamu patah hati, huahaha". "Ngebales nih ye?".
Malamnya, Jack mengajak Misha nonton. "Full action, kamu pasti demen deh...", kata Jack berpromosi. Lalu dengan antusias didorongnya Misha masuk ke bioskop. Sebenarnya Caesar juga diajak, tapi cowok itu lagi sibuk di rumah sakit. Misha sih asyik aja, nonton gratis ini, pikirnya. Tapi beberapa saat kemudian, dia menyesal setengah mati. Jack bohong, bukannya film action tapi film horor, Misha kan anti banget sama film gituan. Hampir tiga jam penuh dia jejeritan sambil nonton. Mau nonton takut, nggak nonton penasaran sama jalan ceritanya. Setelah keluar gedung bioskop, ditendangnya kaki Jack. "Dasar gila! Aku khan sudah bilang nggak suka film horor...sialan! ntar malem pasti nggak bisa bobo'...mana anak-anak lagi pada pulang, aduh mak...". "Bobo' sama aku gimana?", tanya Jack. "Langkahi dulu mayatku...", gerutu Misha. "Ngomong soal mayat...film tadi lumayan serem ya...". "Jack! Diamlah kalau nggak ingin mulutmu kusemen". "Idih...gitu aja ngambek, ya udah, lain kali film action beneran deh". "Nggak ada lain kali, aku dah kapok nonton sama kamu". Mereka menyusuri jalan di sekitar Middletown, menunggu bus di halte untuk pulang. Misha melihat jam di pergelangannya. "Udah jam sembilan lebih...mampus gue, moga tuh kost belum dikunci!".
Patah hati...Misha tersenyum. "Yah, mungkin sebenarnya sejak lama aku sudah merasakan patah hati, tapi hatiku selalu menyangkalnya ya?". Dadanya terasa sesak. Lagi. Cepat-cepat dia menekan bel pintu, penjaga kost membukanya. Tergesa dia masuk kamar dan membaringkan tubuhnya. "Apakah tubuh ini sudah terlalu rapuh? Apakah perasaan yang tertampung di dalamnya sudah tidak bisa lagi termuat? Padahal aku sudah mengeluarkan semua yang aku ingat di dalam cerita-ceritaku, meski sebagian orang akan menganggapnya sampah dan tak menarik untuk dibaca, karena kisahku ini hanya kisah biasa yang dialami semua manusia, tapi buatku, inilah jalan, agar memoriku tidak lenyap saat aku mati", Misha tersenyum menatap langit-langit kamarnya. "Mati...".

KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Randomapa kamu juga mengalami malam- malam menyesakkan seperti yang kurasakan. Apa kamu pernah merasa hidupmu tidak membahagiakan dan palsu. apa kamu menyesali ketidakbersatuan kita...apa kamu merindukanku....apa kamu disana bahagia? tapi mungkin jika kit...