FISRT LOVE PART 2

603 41 0
                                    

11 February 2015

Misha berpikir, apa sebaiknya dia membuang perasaan cintanya ke tempat sampah? Atau ke laut saja? Kalau beruntung biar Evan menemukannya, atau jadi makanan ikan sekalian. Andai cinta bisa di delete, dan daripada mikirin si jangkung itu kan energinya bisa untuk mikirin yang lain, Banjir di Neo City misalnya, gara-gara proyek pembangunan gedung dan Mall tanpa diimbangi sanitasi yang baik, seminggu ini Neocity terendam banjir!. Sungguh memalukan, padahal Neocity kan ibukota negara, Central, malu-maluin nih negara di mata dunia aja...uh! Tuhan, tolonglah hambamu ini...kalau Evan tahu aku jatuh hati padanya sampai rasanya mau mampus gini, bisakah...bisakah aku hilang ingatan saja...bikin aku kecelakaan atau gimana, jangan sampai cacat, tapi cukup hingga otakku melupakan Evan, perasaan ini begitu menyiksa, menghancurkan bahkan membunuhku perlahan-lahan. Aku tak ingin jatuh cinta dan menghianati persahabatanku dengannya...please Tuhan, berikan jawaban padaku, pertanda padaku, apa yang harus kulakukan...aku sangat menyayanginya hingga tak mampu kehilangannya, cinta ini mungkin bisa menyakitinya, aku nggak mau itu, aku ingin dia bahagia lebih dari aku ingin berada di sampingnya, tapi tetap saja hatiku ini kotor, aku mencintainya, menginginkannya untuk diriku sendiri...tolong aku Tuhan, tolonglah aku.

Ikhwan terhormat, muka malaikat, tuan suci tak ternoda bernama Evan, yang digoda setan penggoda bernama Misha! Sungguh cerita yang sangat bagus! Apalagi Evan tuh berhati selembut salju, baik sama siapa saja, baik sama cewek-cewek, jadi Misha gak boleh GR tuh, dan lagi...banyak loh, yang naksir sama Evan! Gimana enggak? Sudah cakep, bodynya bagus, pinter...kurang apa sih seorang Evan? Mungkin sifat jeleknya adalah terlalu polos dan baik hati...kalaupun Misha nekat mencium bibir malaikat itu, Evan mungkin hanya menatapnya sedih dan menangis. "Misha...jangan jatuh cinta padaku...dosa...aku nggak mau kamu terlibat dosa gara-gara aku...hiks!".

Busyet! Kenapa Tuhan? Kenapa tak kau buat dia saja yang jatuh hati padaku, tergila-gila, biar dia rasakan betapa tersiksanya batin ini, pura-pura alim di depannya, menyentuh tangannya saja aku tak bisa, padahal hatiku ingin sekali menyentuh wajah lembut itu, menatap matanya dan bilang betapa aku sangat menyayanginya, tapi sentuhan tanganku bagai lidah api neraka yang bisa menghanguskan tubuhnya. Tuhan, aku sadari posisiku, aku tahu siapa diriku...cewek yang biasa saja, cantik enggak, pinter enggak...wuih! Tuhan, kenapa Kau ciptakan Evan begitu sempurna? Begitu...ah...tak tersentuh? Seperti apakah wanita yang kelak bersamanya? Apakah sebentuk sosok yang sempurna juga...wanita yang sangat cantik, alim, lembut...makhluk sejenis dengan Evan.

Evan...Evan..Evan...yang menasehatiku untuk selalu mencintaiMu, selalu menyebut namaMu, bernafas dengan menyebut namaMu..."Cinta itu milik Tuhan, Misha...". ya, aku tahu...aku tak boleh memikirkan Evan lebih daripada aku memikirkanMu, jadi Tuhan, tolong, cintailah aku, bukankah Engkau maha pencemburu?. Jangan biarkan aku jatuh cinta padanya, atau...tolonglah aku...keluarkan aku dari kegelapan ini...

Misha menuangkan semua perasaannya di laptop, merenung sejenak, ah, betapa cepat waktu berlalu, jika Evan berada di sampingnya, padahal, saat sendirian dan sedih seperti ini, dia merasa waktu terlalu lambat bergulir. Gadis itu kembali mengetik dan mencoba mengingat apa yang bisa dia ingat. Waktumu tak banyak Misha, tapi kau tahu satu hal, hidup ini sudah memberi banyak hal, Tuhan sangat menyayangimu, jadi kau tak boleh serakah..

Gadis itu terbatuk dan cowok berkacamata yang duduk di sampingnya memperhatikan dengan pandangan bertanya. "Are you okey?", gadis itu mencoba tersenyum tapi gagal, sebuah rasa sakit yang dalam menghentak dadanya dan tak sengaja darah memercik dari bibirnya. Oh, God, semoga dia tidak melihatnya. "Misha...", Evan mengernyit tangannya terulur. "Bibirmu berdarah...", gadis itu dengan gugup mengelap bibirnya. "Uh, pasti karena tergigit tadi...uhum...", dia menarik nafas dalam-dalam dan mencoba berpikir lagi. "Misha...ada apa sebenarnya, tampaknya kamu ada masalah dengan pernafasanmu...aku...", Misha mengangkat tangan, mencegah Evan bicara. "Nggak papa...". cowok itu malah berlutut di depan Misha dan memandang gadis itu tajam. "Realy?". Misha memandang Evan, wajahnya mengernyit. "Tidak...aku, sebenarnya aku...kena kanker paru-paru stadium dua...umurku tinggal menghitung bulan lagi...".

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang