BROKEN WINGS II

320 28 0
                                    

"Dia kenapa?", tanya Caesar. Suster menggeleng. "Entahlah dok, tiba-tiba saja dia pingsan". Caesar memeriksa denyut nadi gadis itu, disibaknya rambut ikal yang menutupi wajah Nadia, wajahnya pucat, berkeringat dan tubuhnya dingin. Caesar membopong gadis itu dari kursi roda dan membawanya ke kamar rawat. Suster Maya bengong. Ternyata Caesar itu kuat juga?. Dengan ringan membawa tubuh Nadia sampai ke kamarnya. Habis, wajah dokter Caesar itu seperti anak-anak, lembut, tapi ternyata dia seorang pria juga, batin suster Maya.

Caesar berdecak pelan, seharusnya dia menyadari dari tadi, ada yang tak beres dengan tubuh gadis itu. dipelajarinya beberapa catatan di textbox. Nadia menderita VSD, tipe VSD nya bukan bawaan dari lahir, mungkin sejak gadis itu beranjak remaja, Caesar mendiagnosis, mungkin sejak umur 14-15 tahun?. VSD adalah kondisi dimana terdapat lubang pada bilik kanan dan kiri jantung. Biasanya penyakit jantung turunan. Tapi menyumpulkan sendiri dia belum berani, kasus ini harus dipelajari dengan seksama, mungkin nanti dia akan berdiskusi dengan dokter Evanjendra. Caesar di rumah sakit itu posisinya belum sebagai dokter ahli, baru dokter umum, pembantu, jadi tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan kasus, tugasnya mempelajari dan mendiagnosis, dia sedang dalam masa belajar untuk menjadi dokter bedah, cita-citanya sejak dulu. Otopsi secara langsung dia sering melakukannya, tapi membedah manusia hidup dia belum boleh melakukannya, meski secara teori Pandu mengakui kehebatan Caesar, tapi praktek sesungguhnya tidaklah seperti dalam buku, tak ada satupun buku yang bisa menggambarkan dengan tepat ilmu itu, praktek secara langsung adalah cara terbaik mempelajari ilmu bedah.

Usianya baru 21, itu kadang yang menghambat Caesar, dokter ahli kadang memandang sebelah mata padanya, hanya memberi tugas yang umum saja, jadi pemuda itu belajar banyak dari Pandu, pria itu sempat menawarkan pada Caesar untuk mengikuti misi Pandu selanjutnya. "Di luar negeri, cowok seusiamu sudah membedah puluhan orang, kalau kau hanya belajar secara teoritis dan menunggu giliran, bakatmu sungguh disayangkan, setelah intership, bagaimana kalau kau ikut aku saja?", Caesar sedang mempertimbangkan tawaran Pandu itu.

Nadia membuka mata perlahan, tubuhnya terasa sakit, dadanya sesak. Dilihatnya seorang pemuda duduk di sebelah tempat tidur dan asyik membaca catatan diagnosisnya. Dokter yang tadi pagi. "Dokter...", Caesar tersentak, pasiennya sudah siuman. "Tetaplah berbaring, maaf, aku tadi lalai, aku tidak membaca catatan kesehatanmu dengan lengkap, kau menderita VSD". Gadis itu nyengir. "Makanya kau dengan mudah mengizinkanku keluar, tapi aku senang, meski sebentar, bisa menikmati udara di luar". "Sejak kapan kau tahu kau menderita VSD?". Gadis itu menghela nafas. "SMP, harusnya aku mengikuti pertandingan basket nasional, tiba-tiba penyakit keparat itu...". Caesar mengangkat alisnya. "Maaf dok, ucapanku agak kasar ya, tapi penyakit ini juga yang membunuh mama, selain keparat...kata apa lagi yang tepat? Aku jadi terjebak di rumah sakit dalam waktu yang lama, baru saja diperbolehkan pulang, tiba-tiba aku terserang lagi, naasnya, waktu itu aku sedang berjalan di tangga, menuju kamarku di lantai dua...tiba-tiba semua gelap dan...mungkin aku jatuh, kakiku patah, kenapa aku nggak mati sekalian saja...". Caesar hanya diam. "Kau merasa kasihan padaku ya?. Aku tak butuh rasa kasihan, aku hanya ingin sembuh, salahkah aku punya keinginan itu?".

---

Misha memandang wajah keruh sahabatnya dengan heran. Caesar hanya mengaduk-aduk spaghettinya tanpa minat sambil sesekali mendesah. "Oom, VSD itu...apakah tidak bisa disembuhkan?". Pandu urung menyuapkan mie ke mulutnya. "Kasus baru Sar?". Pemuda itu mengerdikkan bahu. "Tergantung seperti apa kasusnya, jarang yang bisa bertahan sampai dewasa, tapi tekhnologi pengobatan kan makin canggih, lagipula kalau orang itu punya motivasi hidup yang kuat, nggak ada yang mustahil...positive thinking and never give up adalah obat yang lumayan mujarab...ah, lebih baik kau makan dulu, kerja ya kerja, jangan bawa kerjaan ke rumah dong". "Tapi pekerjaan kita kan menyangkut waktu dan nyawa seseorang oom...". "Benar juga, tapi nggak biasanya kamu bawa kasus sampai rumah, apakah pasien ini istimewa sampai kau memikirkannya sejauh ini?". "Semua pasien istimewa oom, hanya saja, orang ini hampir kehilangan semangat untuk bertahan". "Human Touch...", kata Misha tiba-tiba. Caesar memandangnya. "Kau ingat kata-kata Jack tentang Human Touch?". "Hear...Understand...dan sebagainya itu...kau beri motivasi sama orang itu, dunia ini masih indah...", kata Misha sambil mengunyah nikmat spaghettinya. Caesar nyengir. "Tanpa makanan, apakah dunia masih indah, Misha?". Gadis itu memandang Caesar seolah Caesar bilang kalau kiamat datang besok.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang