DEVIL AND ANGEL

410 28 6
                                    

Devil and Angel

Southside University 2014-2017(Bram Memories)

"Tumben mampir", cowok berkacamata hitam itu memandang layar komputernya tak berkedip, meski begitu, sekilas tadi dia tahu siapa yang masuk ke tokonya. Misha nyengir. "Sok Cool banget sih kau, eh, anak-anak mana?". Bram berdiri dan memutari meja kerjanya. "Lagi main ke pantai, jadi tinggal aku sendirian jaga toko". Misha mengikuti langkah Bram. "Gimana, pesenanku, ada nggak?". Cowok itu mengangsurkan sebuah kotak kecil pada Misha. "Nih...". Misha membukanya. TV Tunner. "Buat apa sih Sha?". "Nonton TV dong, di kost ku nggak ada TV tau, betapa kesepiannya, padahal di rumah, uh, dari TV sampai player...game sampai internet semua ada...perasaanku di kost kayak ikan tanpa air...eh harganya seperti biasa kan?". Bram mengangguk. "125, antenanya gratis deh...". Misha tertawa. "Bagus!". Toko elektronik kecil itu memang terkenal di kalangan anak-anak EC, barang di sana murah dan terjangkau, karena sebagian barangnya BM. Namanya juga mahasiswa, banyak yang mau bergaya tapi uang pas-pasan. Apalagi kalau sudah kenal deket sama Bram, bisa didiskon gede!. Cowok itu kuliah TI di Southside University. Dia pemilik toko ini yang dia namai "Blackside". Anak-anak geng Misha selalu mengandalkan barang-barang dari toko ini. Kamera digital, ponsel, dan berbagai alat elektronik canggih lain tesedia di sana, kenapa harganya bisa murah? Hanya Bram yang tahu, tapi semua anak juga tahu, cowok ganteng berwajah angkuh itu juga seorang hacker handal. Entah apa yang membuatnya terjun di dunia maya dan menjadi hacker, padahal orangtuanya sangat kaya. Ayahnya salah satu direktur besar yang membawahi perusahaan telekomunikasi di kota ini. Tapi Bram seolah ingin terpisah dari nama besar ayahnya dan dia berusaha untuk hidup sendiri dengan membuka Blackside.

Misha belum pernah melihat cowok setampan Bram, gayanya seperti Vaan Final Fantasy, cool. Entah kenapa cowok itu sepertinya tidak hidup di dunia nyata, tapi seperti keluar dari sebuah game virtual. Misha pernah naksir Bram, tapi dalam artian naksir penampilannya dan gaya hidupnya yang cuek, cowok itu juga berbahaya, hacker! Suatu tantangan tersendiri, suatu kekaguman tersendiri bisa bicara dan mengobrol tentang rahasia dunia maya bersamanya, Misha sangat menyukai kegiatan yang berhubungan dengan internet, beberapa trik dan rahasia kecil Bram ajarkan padanya, membuat Misha takjub, tapi dia tak ingin bertindak terlalu jauh. Kalau Bram sih posisinya kuat, nggak gampang memenjarakan cowok itu, ayahnya sangat berkuasa di kota ini, Bram pernah membuat kasus skala besar, tapi ayahnya entah dengan cara apa, bisa membuat Bram tetap bisa berlenggang bebas, tak tersentuh hukum, tapi sekarang tampaknya Bram agak bertobat, dia juga nggak lagi bersikap sinis dan angkuh seperti saat mereka kenal pertama kali. Keberadaan Blackside membuat Misha memiliki barang yang sebenarnya agak berat untuk dia beli: laptop, HP, Kamera digital dan MP4 mininya berasal dari toko ini, hampir semuanya dia beli dengan mendapat diskon gede, bahkan kamera digitalnya hanya setengah harga dari toko lain di luar sana. Hari minggu kayak gini toko tutup, hanya orang tertentu saja, yang kenal dengan Bram, bisa masuk melalui pintu belakang, karena hari minggu cowok itu melakukan pengecekan barang dan menghitung penghasilannya. Di hari biasa, toko itu penuh sesak, dari anak-anak yang hanya ingin melihat atau memang berniat membeli. Toko itu, meski kecil hampir semua barang ada di dalamnya. Di bawah tanah terdapat gudang barang. Misha nggak terlalu ngerti bisnis Bram legal atau tidak, sebagian memang legal, tapi, untuk orang secerdik Bram, tidak mustahil dia membeli barang dengan cara yang unik. Sering diartikan Black Market karena tak membayar pajak, tapi, tanpa pajak, harga barang memang hanya setengahnya saja. Cocok dengan kantong mahasiswa yang pas-pasan. Misha memasukkan tunner itu dan berpamitan. "Thanks Bram!". "Yo'i!".

Semua orang punya kisah cinta. Tapi kisah Bram cukup unik, seunik orangnya. Misha mendengarnya dari Leon, siapa lagi yang seneng ngegosip di kelompok mereka selain cowok berambut jabrik yang ujung-ujungnya dia cat perak itu. Bram adalah ketua BEM di kampusnya, selayaknya ketua BEM lain, dia juga mengurusi kalau mahasiswa melakukan demo dan sebagainya. Waktu menangani demo mahasiswa Southside yang memprotes pembangunan Mal besar-besaran yang membuat kota itu dan hampir menghapus banyak sisi tradisional yang menjadi khas kota itu, Bram berusaha sebaik mungkin menanganinya. Semula demo berjalan lancar sampai jam tiga sore, mereka hampir bubar. Tak disangka, ternyata demo itu disusupi pihak yang tak bertanggung jawab, terjadi kekacauan yang menyebabkan tentara terpaksa menggunakan kekerasan untuk mencegah pengrusakan yang dilakukan massa, karena kantor gubernur dijaga ketat, massa turun ke jalan, melempari apa saja, toko-toko di sepanjang Middletown, mengacau lalu lintas bahkan membakar beberapa mall besar di Middletown. Di tengan kekacauan itu, seseorang sempat menusuk perut Bram, tak tahu siapa lawan siapa kawan, banyak orang terluka, Bram terpaksa melarikan diri dengan lukanya itu, dia memasuki sebuah bangunan yang belum selesai dikerjakan, menunggu amukan massa reda di luar sana. Hujan rintik-rintik membasahi kota, seolah langit ikut prihatin dengan kebrutalan yang terjadi di sana.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang