Prolog

149K 6.4K 174
                                    

Ckiiit...

Mobil berhenti beberapa meter di depan sebuah rumah sederhana bernuansa warna hijau dan putih. Aku menurunkan kaca mobil lalu melihat dengan saksama rumah dengan tumbuhan rambat yang melilit di sekitar pagar dan atap rumah tersebut. Tampak sangat asri. Belum lagi dua buah pohon rindang yang tertanam di pekarangan depan memberikan kesan teduh dan tenang bagi siapa saja yang melihat rumah itu.

Tanpa sadar, aku menyunggingkan senyum kecilku. Walaupun sudah bertahun-tahun terlewati, namun semuanya masih tetap sama.

"Sudah sampai, Bu," tegur seorang pria yang ada di balik kursi kemudi. Pria itu menoleh ke belakang dan tersenyum kepadaku, memberi isyarat agar aku segera turun dan membayar tarif taxinya.

"Ah, iya." Aku melihat argo sekilas lalu mengeluarkan dompet dalam tas, mengambil beberapa lembar uang dan memberikannya pada pria tersebut sembari balas tersenyum. "Makasih, Pak."

Pria itu menyambut uang yang kuberikan padanya dan mengangguk sopan. "Sama-sama, Bu."

Aku melempar senyum sekilas lalu beranjak turun dari taxi, membiarkan mobil berwarna biru itu perlahan melesat pergi. Setelah membuang napas kecil sebentar, aku berbalik, mengamati rumah berhiaskan warna alam itu dengan sedikit senyum terkembang.

Perlahan namun pasti, aku melangkah mendekati pagar dan menyentuh pelan sulur-sulur tanaman yang membelit pagar hitam itu. Entah kenapa, sulur-sulur tanaman ini tampak indah dengan bunga-bunga kecil berwarna merah muda yang menghiasi sepanjang sulur tersebut, membuatku teringat pada setiap tanaman cantik yang tertanam di taman belakang sekolah dulu.

Tanpa sadar, aku tersenyum.

Kamu apa kabar?

ᵒ ᵒ ᵒ

Hidup itu seperti sebuah puzzle. Ada banyak kepingan cerita yang harus disusun agar membentuk sebuah puzzle yang sempurna. Dan kamu, adalah salah satu dari kepingan puzzle tersebut.

***

ElegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang