"Cakka?"
Cakka tersentak. Buru-buru ditaruhnya buku album di pangkuannya ke lantai sebelum kemudian tercengir lebar pada Mama di ambang pintu.
"Lagi ngapain kamu? Mana kunci mobilnya?" tanya Mama sambil berjalan masuk menghampiri Cakka.
Cakka cengengesan. Cowok itu lantas berdiri, membuka laci meja rias, lalu mengambil sebuah kunci mobil dari sana.
"Lagi apa sih kamu? Udah mau telat, juga," ujar Mama seraya melirik sekilas buku album di pangkuan Cakka.
Merasa bersalah, Cakka cuma bisa mengusap tengkuknya kikuk sambil tercengir.
Memang, tadinya Cakka hanya disuruh mengambil kunci mobil di kamar orangtuanya. Namun sewaktu dilihatnya ada sebuah buku album di atas meja rias, Cakka tidak tahan untuk tidak merasa penasaran lalu berakhir dengan duduk di lantai sambil membuka lembaran-lembaran buku berisi foto itu.
Selain foto pernikahan kedua orangtuanya, di buku album itu juga terdapat foto-foto Mama dan Papa sewaktu muda dulu. Entah itu foto mereka waktu masih bayi atau foto ketika mereka bersama teman-temannya. Dan jadilah akhirnya Cakka keasikan sendiri melihat foto-foto di album tersebut.
"Itu Tante Ina," kata Mama tiba-tiba, perlahan berjongkok di sebelah Cakka, lalu menunjuk salah satu foto yang ada di album.
"Oh! Yang suka main ke sini itu, ya?" tanya Cakka.
Mama mengangguk. "Iya."
"Cakepan waktu mudanya," komentar Cakka spontan.
"Kalau yang ini namanya Novi, Ayu, sama Vani. Mereka temen segeng Mama waktu SMA dulu."
"Kok yang tiga ini gak pernah main ke rumah?"
"Rumah Tante Novi sama Ayu pada jauh, cuma Tante Ina doang yang kebetulan satu kota sama kita," ucap Mama, lalu tiba-tiba saja wajahnya berubah muram. "Kalau Tante Vani udah meninggal. Sekitar ... beberapa tahun yang lalu, udah lama, waktu lahiran anaknya yang pertama."
"Oh..." Cakka bergumam singkat, kelewat bingung harus bereaksi apa. "Mama ketemu Papa pas SMA?" tanya cowok itu kemudian.
Mama menggeleng. "Enggak. Dulu itu Mama tahu Papa karena dikenalin sama temen kantor. Awalnya cuma temen nongkrong biasa, enggak tahunya sekarang malah punya Kak Lola sama kamu." Mama terkekeh pelan.
Cakka manggut-manggut. Cowok itu kemudian menunjuk lagi sebuah foto di album. Foto yang menampilkan banyak wajah dengan latar aula megah. "Yang ini juga temen-temen Mama?"
"Iya, ini pas nikahan temen Mama," kenang Mama sambil tersenyum. "Sekalian reuni juga di sana, soalnya banyak temen SMA Mama yang dateng."
"Siapa yang nikahannya?"
"Nih, cowok yang ini." Mama melarikan telunjuknya pada sosok laki-laki berpakaian putih yang ada di tengah-tengah barisan. Laki-laki itu sedang tersenyum bahagia. Garis-garis wajahnya terlihat tegas namun menampilkan sorot hangat di saat yang bersamaan. "Nah, kalau yang ini ... dilanjut nanti pas kamu pulang sekolah. Sekarang cepet siap-siap! Papa sama Kak Lola udah nungguin di depan. Hari pertama MOS jangan sampe telat."
Seolah baru teringat, Cakka langsung menepuk jidat lalu buru-buru bangkit berdiri. Cowok itu dengan tergesa berlari keluar dari kamar orangtuanya lalu naik ke lantai dua untuk menuju kamarnya sendiri, mengambil peralatan dan perlengkapan untuk MOS nanti.
"Jangan nakal ya nanti di sekolah," pesan Mama waktu Cakka sudah siap dengan semua alat tempurnya dan hendak salim.
"Siap gerak!"
Mama tersenyum lembut. "Selamat datang di dunia putih-abu, Cakka."
Cakka memasang cengiran jenaka. "Terima kasih, Mamaku," balasnya ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi
Teen FictionMencuri umpan bola dari lawan? Itu sih gampang! Mencuri mangga tetangga sebelah? Duh, cetek banget. Tapi mencuri perhatian Dila? Delo harus mati-matian jungkir balik supaya cewek itu bisa meliriknya barang sedetik saja. Orang bilang, balikan dengan...