8

2.1K 190 3
                                    

One month later.

Mungkin ini bukan cara terbaik yang pernah aku lakukan. Lari dari sebuah masalah, tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Pada dasarnya, aku akan menghadapinya lagi. Namun, izinkan untuk kali ini saja, aku untuk berlari. Berlari sejauh mungkin, meninggalkan rasa sakit yang selalu datang bertubi-tubi itu. Mungkin aku akan kembali menghadapi masalah itu namun nanti.

Nanti, saat aku sudah lebih kuat dari sekarang. Nanti, saat aku bisa menjalankan peranku dengan baik. Peranku untuk menjadi boneka pria itu sekali lagi.

Harusnya aku tak berharap kalau dia akan berubah, karena kenyataannya memang tidak akan pernah. Harusnya aku tahu, kalau dia hanya menjalankan perannya selayak aku menjankan peranku, seharusnya. Seharusnya aku tahu kalau cinta ini akan selamanya tak terbalaskan, bahkan seharusnya aku sadar bahwa takdir tak pernah berpihak untuk kami berdua, khususnya untukku.

Aku menghela nafas pelan lalu meraih mantel yang kusampirkan di samping tempat tidur. Hampir sebulan lebih aku tinggal di kontrakan kecil yang setidaknya jauh dari jangkauannya. Aku mengayuh sepedaku menuju cafe tempat aku bekerja part time. Ya, untuk melanjutkan hidupku aku bekerja kecil-kecilan menjadi salah satu pegawai cafe.

Padahal kalau boleh dibilang, aku bisa saja meminta uang dari Appa. Namun, aku hanya tidak ingin membuat Appa khawatir dengan keadaanku, keadaan kami.

"Hyunsoo-ah! Cepat! Kau telat 5 menit!" Ucap Seungri, manajer cafe ini membuat aku sedikit terburu dan segera memakai apron barista dan mengambil alih bagian kasir.

"Mau pesan apa, tuan?" Tanyaku sambil menekan beberapa tompil dilayar untuk pemesanan.

"Tuan?" Tanyaku tanpa menatap pria itu. Namun dia tetap saja diam, aku mengagkat wajahku. Aku menatap pria itu dalam diam begitu juga dia dibalik kacamata hitamnnya.

"Tuan antrian akan semakin panjang kalau-"

"Americano." Ucapnya, membuat aku mengangguk.

"Ada lagi?"

Dia terdiam lagi. Baik, orang ini benar-benar aneh dan menyeramkan. Aku melirik ke arah Seungri, manajerku berusaha untuk meminta bantuan namun dia hanya melotot kearahku sambil menggerakan tangannya agar aku melayani pelanggan dengan baik. Aku tahu, pelanggan adalah raja tapi kalau seperti ini.

"Kau." Ucapnya membuat dahiju berkerut. Dia baru saja bilang kalau dia menginginkanku.

"Maaf?" Tanyaku memastikan bahwa apa yang aku ucapkan bukan khayalan.

"Uhm, maksudku itu saja." Ucapnya lalu segera mengeluarkan beberapa lembar uang won dan aku segera membuat pesanannya, setelah selesai aku memberikan satu americano untuknya.

"Mau pesan apa?" Tanyaku sambio tersenyum hangat ke pelanggan selanjutnya.

**

Aku menghela nafasku, melihat jam dinding cafe yang menunjukkan pukul setengah sembilan. Cafe pun nampak lebih sepi daripada tadi siang mungkin hanya beberapa orang sekita dua atau tiga orang yang tersisi sebelum nanti cafe ini tutup jam sembilan nanti.

"Hyunsoo." Panggil Seungri membuat aku menoleh.

"Ya, bos?" Tanyaku dan membenarkan posisiku dari yang menyender di pantry.

"Aish, panggil saja Seungri. Lagipula kita ini kan teman." Ucapnya sambil menepuk bahuku, aku hanya tertawa pelan.

Seungri dan aku memang teman, ayahnya dan ayahku adalah rekan bisnis. Kami sempat bertemu di beberapa acara dan mengobrol bersama, dia juga yang membantuku untuk mencari kontrakan kecil di dekat sini dan membiarkan aku bekerja di cafe nya.

"Wae?" Tanyaku.

"Aku ada beberapa urusan dulu, jadi bisa aku titipkan kunci cafe padamu? Dan bantu aku menutup cafe ini? Joo Hyuk sudah kusuruh untuk membersihkan cafe ini jadi kau tidak perlu lagi membersihkannya." Ucap Seungri sambil memainkan kunci mobil di tangan kanannya.

"Baiklah. Hati-hati!" Ucapku, Seungri hanya tersenyum dan meninggalkan cafe ini. Aku menghela nafas pelan mendapati kalau cafe ini sudah kosong hanya satu orang tersisa di pojok ruangan. Aku membereskan beberapa peralatan. Aku melirik ke arah jam dan ini sudah menunjukan jam sembilan lebih. Aku menimang -nimang apa yang aku harus lakukan kepada pengunjung terakhir. Apakah mengusirnya dengan halus adalah hal yang baik?

Aku melangkahkan kakiku ke arah meja pengunjung terakhir tersebut.

"Uhm, maaf tuan tapi cafe kami sudah tutup." Ucapku sambil meremas kedua tanganku sedikit tidak enak dengan pengusiran secara halus.

"Oh, begitukah? Hm, apa kau masih memiliki waktu beberapa menit lagi?"

"Ne?"

"Cafe ini, nyaman dan aku tidak bisa selalu datang ke sini apa boleh lima menit lagi aku tinggal disini." Ucapnya, aku melirik kearah jam dinding.

"Tapi, aku harus pulang dan ini sudah gelap dan rumahku lumayan jauh. Jadi-"

"Aku akan mengantarmu pulang." Ucapnya menatap kearahku. Ternyata si tuan tadi, yang membuat mengantri.

"Hah? Ehm.."

"Aku tidak akan macam-macam, tenang saja." Ucapnya dan aku hanya bisa mengiyakan.

**

Disinilah aku, didalam mobil dengan orang asing. Ia mengendara dalam diam dengan masih menggunakan kacamata hitam di malam hari. Orang mana yang menggunakan kacamata hitam dimalam hari.

"Habis ini lewat mana?" Tanyanya.

"Ah, belok kanan lalu rumah berwarna hijau." Ucapku namun dia tak bergeming. Tak sampai lima menit kita sampai di kontrakanku.

"Jadi ini rumahmu" Katanya sambil menatap kontrakanku.

"Ah terimakasih tumpangannya tuan. Selamat malam." Ucapku tanpa mengiyakan ucapannya. Aku meraih knop pintu namun

Klik.

Ia menguncinya. Aku menatanpnya ketakutan, ia menoleh dengan perlahan kearahku.

"Aku merindukanmu." Ucapnya membuat aku mmgernyit.

"Tuan, tapi bisakah kau membukakan pintunya untukku?"

"Aku bisa gila, Hyunsoo."

Darimana ia bisa tahu namaku?! Baik ini mengerikan, bagai serial killer.

"T-tuan."

Ia melepas kacamatanya dan menatapku dengan sayu. Nafasku tercekat, hatiku mencelos. Pria ini, pria yang sudah merusak kinerja otakku, pria yang telah membuat lubang besar di hatiku, pria yang membuat aku jatuh cinta tanpa bisa untuk dihindari. Mata itu, mata tajam itu nampak redup. Beberapa rambut halus tumbuh disekitar dagunya. Bahkan tubuhnya lebih kurus dari sebelumnya. Pantas saja aku tidak bisa mengenalinya.

Karena ia, seperti bukan Choi Seunghyun yang aku kenal.

"Seunghyun Oppa..." Ucapku nyaris seperti bisikan.

"Ya, ini aku." Ucapnya lalu matanya tertutup dan tubuhnya jatuh kearahku. Aku menangkap tubuhnya yang terhuyung kearahku, posisi kami yang berada di dalam mobil membuat aku sedikit kesusahan. Aku berusaha memanggil namanya berkali-kali namun dia tak menjawab. Tanpa sengaja aku menyentuh pipinya dan aku tersentak.

Dia demam.

**
Haihai aku kembali walaupun lagi UTS tapi aku nyempetin buat lanjutin cerita ini. Jadi gimana part ini? Hyunsoo dan tabi ketemu lagi! Dan cerita mereka bakal dimulai lagi! Mungkin cerita ini akan gak semaksimal biasanya jadi maaf ya.

Jangan lupa vote and comment ya readers!

c.weirdostabi//dorotheagustin

TIME [FF BIGBANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang