12

2.7K 160 7
                                    

"Baik, kau sudah memilih. Permainan di mulai."

"OPPA, AWAS!" Teriakku melihat seseorang melayangkan pukulannya ke wajah Oppa, namun dengan sigap Oppa menghindar. Ada lima orang bertubuh besar disana, aku yakin ini semua yang Ga-In maksud dengan permainan.

"Argh." Aku meringis kesakitan ketika seorang pria menjambak rambutku dan menyeret tubuhku yang masih diikat pada kursi, menghempaskanku ke tembok dengan kepalaku yang membentur tembok. Oppa menoleh ke arahku dan segera meninju orang itu dan menendang perutnya hingga ia jatuh tersungkur. Oppa berusaha melepaskan tali pada kaki dan tanganku tapi sayang seseorang dengan tato ditangan kirinya menarik Oppa dan melemparnya ke tanah sedangkan dua orang lainnya mulai menyakiti Oppa.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan aku hanya terus meminta mereka berhenti namun aku tahu iru semua sia-sia. Aku menangis, menangis karena aku merasa tidak berdaya. Aku tidak dapat membantu Oppa sama sekali.

"CUKUP!" Ucap laki-laki yang menyekapku.

"Jangan habisi orang itu dulu, kita buat ia mati perlahan." Ucapnya dengan seringai.

"Brengsek!" Makiku padanya membuat ia menoleh kearahku, ia menaikan sebelah alisnya dan berjalan mendekat kearahku.

"Katakan sekali lagi." Ucapnya sambil mencekik leherku membuat aku kehabisan nafas.

"J-jauhkan tangan hinamu, dari i-istriku.." Lirih Oppa dengan wajah babak belur, pria dengan kepala plontos itu menendang Oppa kasar berkali-kali membuat ia meringis kesakitan. Aku mengalihkan wajahku, tak mampu melihatnya.

"Joonie! Hentikan! Dia bagianku!" Ucap Ga-In dan mendorong pria bernama Joonie itu. Ga-In menatapku dengan pandangan merendahkan. Ia mengitari tubuhku dengan perlahan.

"Jadi," Ucapnya menggantungkan kalimatnya dan berhenti di hadapanku, dan merendahkan sedikit tubuhnya membuat wajah kami sejajar.

"Aku bisa saja membebaskanmu-"

"Apa?!"

"DIAM JOONIE!" Ucapnya membuat pria itu tersentak.

"Dan aku mengajukan syarat kedua."

Aku menunggunya untuk melanjutkan kalimatnya.

"Jadi aku akan menyelesaikan permainan ini karena jujur saja aku tak mampu melihat Seunghyun terluka juga, tapi." Ia menyeringai kembali, lebih menyeramkan dari sebelumnya.

"Kau. Harus. Mati."

Ga-In mengeluarkan sebilah pisau lipat dari sakunya dan mengarahkannya pada wajahku. Aku memejamkan mataku erat, membuat ia tertawa keras.

"BAGAIMANA RASANYA, HUH? MATI DISAKSIKAN OLEH SUAMIMU SENDIRI?" Ucap Ga-In sambil terus tertawa. Ia menorehkan pisau itu pipiku dengan perlahan.

"Argh, Ga-In. S-sakit" Ringisku.

"Ga-In jangan! Hentikan!" Pekik Seunghyun Oppa dengan sisa tenaganya.

Aku bisa mencium bau amis darah dan merasakan bagaimana sensasi perih yang merambat disekitar wajahku.

"Hentikan katamu? Tenang Seunghyun ini masih belum seberapa." Ia menaruh pisaunya tepat di leherku dengan ujungnya yang lancip berada di depan leherku persis.

"ANDWAE!" Teriak Oppa histeris.

"Selamat tinggal, Hyunsoo." Ucapnya dan menyayat leherku dengan pisau tersebut. Aku berteriak kesakitan, lebih sakit dari sebelumnya. Aku bisa melihat Oppa yang histeris dan lima orang laki-laki itu mulai memukulinya kembali. Aku bisa merasakan kalau tubuhku semakin melemah dengan baju yang sudah bersimbah darah.

TIME [FF BIGBANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang