Scene 5

11.5K 520 13
                                    

About Hansen

Dari kecil, Hansen tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Ayahnya meninggal ketika Hansen berumur satu minggu, dan akhirnya Lenni Ibu Hansen menikah lagi dengan seorang pria bernama Barry yang berprofesi sebagai buruh disebuah pabrik dengan penghasilan minim. Penghasilannya tersebut sama sekali sangat tidak mencukupi kebutuhan kehidupan mereka karena Barry terakhir ini lebih suka menghabiskan sebagian uang penghasilannya diatas meja judi dan juga meminum minuman keras.

Ketika beranjak remaja, Hansen sering mendapati ibunya mendapat kekerasan dari ayah tirinya tersebut dengan emosi yang memuncak. Pada saat itu, Hansen tidak berani berbuat apa-apa, ia hanya dapat mengintip dari balik dinding sambil menitikkan air mata. Hansen yang sudah beranjak remaja,sudah berani meninggalkan bangku sekolah secara diam-diam, ia lebih memilih untuk mencari pekerjaan demi membantu perekonomian keluarganya, tapi Hansen merasa uang yang didapat masih belum cukup, ia pun kembali mencari pekerjaan lain. 

Suatu ketika ia mengenal seorang lelaki yang berusaha mendekatinya, disaat Hansen menjatuhkan pilhan pada lelaki tersebut dan telah memberikan segalanya pada lelaki itu, yang ia dapat ternyata hanyalah sebuah pengkhianatan, karena lelaki tersebut pada akhirnya menjual dirinya di dunia malam dengan menjajakan tubuh dan parasnya yang rupawan sebagai modal. Penolakan sempat membaur dihati Hansen, tapi karena pada saat itu ia sedang membutuhkan uang untuk membantu perekonomian keluarganya, ia pun menahan diri dan tetap melanjutkan profesi barunya tersebut.

Hanya dalam waktu beberapa tahun saja, paras rupawan dan servis yang diberikan oleh Hansen sudah menjadi bahan perbincangan para lelaki hidung belang pecinta sesama jenis. Dari sana lah ia juga mulai membekukan hatinya untuk mencintai setiap pria. Dipikirannya, para pria hidung belang yang datang mendekatinya hanya ladang uang yang siap untuk dikeruk olehnya. 

Semenjak Hansen menyelami dunia malam, ibunya tidak pernah lagi kekurangan uang, biarpun kadang uang yang diberikan oleh Hansen tersebut dirampas secara paksa oleh ayah tirinya, dari uang itu juga, Hansen sudah mampu mendaftarkan dirinya disebuah universitas yang selama ini ia idam-idamkan. Ia juga berusaha serapat mungkin menutupi profesinya sebagai seorang High Class Escort dari keluarganya.

Entah berapa banyak pria yang pernah ia layani,entah berapa banyak pula rasa sakit hati yang ia pendam selama ini.

***

Aku terduduk sendirian dipinggir kolam renang hotel dan berhadapan dengan laptop ku. Aku kembali membaca ulang setiap cerita yang ku ketik. Aku merasa ada sesuatu yang berkecamuk didalam hatiku. Aku sendiri tidak begitu mengetahuinya dan masih belum merasa ingin untuk mengetahuinya. 

Tiba-tiba saja bayangan wajah Brandon muncul dalam benakku pada saat juga. Mungkinkah kebersamaanku kali ini terhadapnya menimbulkan sebuah perasaan?

Aku tidak berani untuk menjawab ya.

Sebenarnya, aku sendiri merasa bingung, apa tujuanku datang ke pulau Bali ini? apakah hanya memenuhi permintaan Brandon dan bertemu dengannya?

Aku sedikit merasakan tersiksa dengan perasaan ini.

Ponsel ku berdering,tanda panggilan masuk.

"Halo ma."

"Kapan kamu akan kembali ke Jakarta?"

"Aku masih belum tahu ma."

"Apa kamu sudah merasa betah disana dan tak ingin lagi kembali ke rumah mu ini?"canda mamaku.

Ah...benar juga, aku telah meninggalkan kota kelahiranku selama satu minggu lebih tanpa sebuah tujuan yang jelas.

"Bukan begitu ma, Evan hampir tidak pernah berkunjung ke daerah manapun, dan ini adalah pertama kali Evan ke pulau Bali. Mungkin Evan akan menikmati sebentar pemandangan disini untuk beberapa saat." Jelasku.

The DancersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang