Scene 18 ~Brandon and Hansen at The Past~

5.4K 311 19
                                    

Karena tidak ada aktivitas pada hari itu, Hansen pun berniat untuk mengunjungi Lenna, ibunya yang sudah lama tidak ia lihat keadaannya. Melihat putra semata wayangnya tiba, Lenna menyambut Hansen dengan sukacita, ia menawarkan berbagai macam makanan dan juga minuman kesukaan putranya tersebut, tapi Hansen sama sekali tidak mau, yang ada dalam benaknya adalah ia sudah sangat puas melihat ibunya dapat tersenyum dengan lebar. Hansen pun membenamkan tubuhnya pada pelukan Lenna.

"Ibu apa kabar?"

"Baik nak." jawab Lenna sambil mengusap-usap rambut putranya.

Hansen tersenyum kecil dari balik dekapan ibunya.

"Apa aku diijinkan untuk bermalam disini?"

"Anak bodoh, pertanyaan apa yang kamu berikan untukku, tentu saja kamu dapat menginap disini kapanpun kamu mau, rumah ini juga tempat tinggalmu."

"Terima kasih ibu."

Lenna tersenyum, tapi hatinya berkata lain, ia merasakan Hansen tidak seperti biasanya, naluri keibuannya memegang kuat pada perasaan anaknya. Perlahan-lahan, Lenna melepaskan pelukan Hansen. Ditatapnya wajah putra semata wayangnya tersebut. Dan sesekali menyeka setiap helai rambut Hansen yang jatuh dan mentupi sebagian dahinya.

"Apa kamu ada masalah nak?"

Hansen menggeleng pelan.

"Ada apa bu?"

"Tidak ada apa-apa, ibu hanya merasa, kamu sedikit berbeda akhir-akhir ini."

"Berbeda bagaimana?"

"Entahlah, ibu juga tidak begitu paham. Tapi yang ibu rasakan, kamu semakin beranjak menjadi dewasa." Jawab Lenna diiringi senyuman kecil.

Hansen kembali memeluk wanita paruh baya tersebut. Ia merasa, sudah sangat lama sekali ia tidak memeluk ibunda tercintanya itu. Ia sangat rindu, haus akan belaian dan kasih sayang wanita yang telah melahirkannya kedunia tersebut. Terlebih-lebih ketika ia sedang disergap oleh masalah dari hidupnya yang bertubi-tubi.

"Aku masih tetap Hansen kecil yang selalu merengek dan menangis seperti dulu."

"Ya... biarpun kamu sudah beranjak dewasa dan pada akhirnya kamu benar-benar menjadi pria dewasa. Kamu selalu Hansen kecil yang tetap membuatku tak menyesal walau aku kehilangan segalanya."

"Terima kasih bu."

"Jangan pernah menyembunyikan segala kesusahanmu pada ibu." ucap Lenna. "Apa kamu mengerti?"

"Ya bu."

Ketika kau bersekolah, ada seseorang yang membawakan tasmu
Ketika kau berada ditengah hujan, ada seseorang yang memayungimu
Ketika kau mengidamkan makanan kesukaan, ada seseorang yang membuatkannya untukmu
Ketika kau menangis, ada seseorang yang ikut menangis dan mengusap air matamu
Ketika kau kembali ke rumah, ada seseorang yang menuangkan teh hangat untukmu
Ketika kau sedang sakit, ada seseorang yang terus berdoa dan meminta untuk menggantikan sakit yang kau rasa
Ketika kau tertawa, ada seseorang yang lebih bahagia dari orang lain
Seseorang itu adalah ibu,
Tak peduli seberapa besar pangkatmu, Tak peduli seberapa besar kekayaan yang kau miliki
Tak peduli seberapa susahnya dirimu, Tak peduli seberapa senangnya kehidupanmu
Ibumu akan senantiasa selalu bersamamu hingga akhir hayatnya


***

Malam harinya, Hansen pun memutuskan untuk tidur bersama dalam satu ranjang bersama Lenna. Sebelum keduanya terlelap dalam peraduan, mereka sempat mengobrol sejenak. Dan Ketika Lenna mulai terlelap dalam tidurnya, Hansen menatap dalam wajah Lenna yang kini mulai ditumbuhi garis-garis halus pada wajahnya seiring bertambahnya usia.

The DancersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang