Scene 17 ~Brandon and Hansen at The Past~

5.3K 302 4
                                    

Sebagai seorang penari dunia malam, Hansen sudah memasuki masa suksesnya, karena ia telah cukup dikenal oleh para pria pecinta sejenis, dan juga menduduki posisi teratas ditempat ia bekerja. Hampir setiap malam, ia selalu mendapat bagian untuk menemani tamu-tamu dari kalangan atas yang tentunya dikoordinasi oleh Jeff.

Benny sendiri tidak pernah mau mengambil pusing dengan profesi kekasihnya tersebut, karena ia cukup paham dan juga mengerti dengan profesi Hansen.

Untuk sekarang ini, dari uang hasil kerjanya didunia malam, Hansen sudah dapat membiayai ibunya, dan juga membelikan sebuah tempat tinggal yang layak untuk wanita yang telah melahirkannya tersebut. Untuk sejenak waktu, Hansen sama sekali sudah tidak mengingat Brandon yang pernah mengisi hidupnya beberapa waktu lalu. Ia telah terbuai dengan gemerlapnya dunia malam dan juga uang yang tak henti-hentinya mengalir untuknya.

Belum sempat Hansen merasakan kasih sayang dan juga cinta yang cukup dari Benny, ia dihadapkan dengan kenyataan, bahwa Benny adalah seorang pemakai dan juga pecandu obat-obatan terlarang yang membuatnya harus berurusan dengan pihak berwajib dan mendekam dibalik jeruji besi. Ia pun harus merelakan hubungannya itu kandas demi kebaikan Benny.

Semenjak itu, Hansen pun sudah tidak lagi mempercayai cinta. Hari demi hari ia membekukan hatinya untuk setiap pria yang datang untuk mendekati. Pikirannya pada saat itu hanya dikuasai oleh uang.

***

Seorang petugas yang menjaga ruangan jeruji besi, mendatangi tempat dimana Benny mendekam. Petugas itu mengatakan pada Benny bahwa ada seseorang yang mengunjunginya. Benny yang kala itu sedang terduduk diatas lantai dengan segera bangkit berdiri dan mengikuti petugas hingga ke ruang tunggu.

Dari ambang pintu ruang tunggu, mata Benny menangkap sesosok yang sangat tidak asing baginya. Setelah masuk kedalam dan petugas yang membawanya menunggu diluar ruangan, Benny segera meraih sosok tersebut dan dipeluknya.

"Aku tak menyangka jika kau akan datang mengunjungiku." ucap Benny.

Hansen membalas pelukan Benny. Tubuhnya terasa gemetar ketika kedua tangan tersebut memeluknya disebuah ruangan yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan untuk bertemu dengan Benny.

Benny melepaskan pelukannya, lalu diraihnya kedua pipi Hansen untuk diciumnya. Airmata pertahanan Hansen yang sedaritadi ia tahan, kini telah meleleh dan menggores wajahnya yang halus.

"Mengapa kamu menangis?"

"Aku tak menangis." jawab Hansen yang dengan terburu-buru mengusap air matanya.

Benny menggiring Hansen untuk duduk dikursi yang tersedia didalam ruang temu. Seperti biasanya, Benny bertanya-tanya seputar pekerjaan Hansen dan kabar Hansen. Hansen tak banyak menjawab, ia hanya terpaku dengan tatapan yang tak lepas dari Benny.

Hansen merasa Benny lebih kurus dari biasanya, dan ia juga tampak tidak terawat. Jauh berbeda ketika ia masih menjabat sebagai DJ di bar tempat mereka berdua bekerja. Hansen pun menjulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Benny.

"Kamu tampak kurus."

Benny tersenyum kecil, dan menjawab, "Ya...karena pengaruh obat-obatan yang ku konsumsi."

"Mengapa kamu tak pernah berterus terang kepadaku?"

"Tentang apa?"

"Bahwa kamu adalah pengguna obat-obatan terlarang."

Benny terdiam sejenak, ia menundukkan kepalanya. Lalu ia pun kembali mengangkat kepalanya dan menatap Hansen dengan tatapan lirih.

"Aku tak ingin membuatmu terlibat."

The DancersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang