Scene 6

9.4K 502 12
                                    

Sebuah pelukan hangat dari arah belakang, Brandon daratkan pada pinggang Hansen. Hansen sedikit terkejut dan ia segera berbalik. Dilihatnya sosok Brandon berdiri dihadapannya.

"Kamu sudah bangun rupanya."

"Kamu sedang apa?" tanya Brandon sambil melirik panci yang masih berada diatas perapian.

"Ah... tadi pagi aku datang kesini membawakan bubur untukmu." jelas Hansen.

"Maksudku setelah ku hangatkan bubur ini, aku berencana memanggilmu, tapi ternyata kamu sudah bangun terlebih dahulu." lanjut Hansen.

Tanpa seijin Hansen, Brandon kembali memeluk tubuh Hansen.

"Terima kasih." ujar Brandon lirih.

Hansen hanya tersenyum kecil. Sedikit trik kecil untuk Brandon, agar maksud dan tujuannya berjalan lancar.

"Karena kamu sudah bangun, lebih baik kamu cicipi dulu bubur ini." ucap Hansen sambil mencari mangkuk dan menuangkan bubur kedalamnya.

"Selagi hangat." Lanjutnya.

Brandon yang terlanjur memilih Hansen didalam hatinya, hanya dapat berperilaku seperti seroang anak kecil penurut. Ia duduk didepan meja makan dan Hansen menghidangkan bubur untuknya, Hansen juga tak lupa menuangkan air minum untuk Brandon.

Perasaan Brandon pagi itu sangatlah tidak seperti biasa. Hatinya berbunga-bunga. Ditengah Brandon sedang menikmati buburnya, tiba-tiba saja ia teringat akan hal semalam.

"Apa kamu tadi malam datang mencariku?" tanya Brandon.

"Ya." jawab Hansen. "Kamu berada didalam dark room dengan beberapa pria mengelilingimu." lanjut Hansen sambil menunjukkan wajah cemburu.

Mendengar hal tersebut Brandon terperanjat.

"Benarkah? aku sama sekali tidak merasa bahwa aku berada disana."

"Bagaimana kamu dapat mengetahui jika kamu berada didalam sana? sedangkan kamu mabuk berat pada saat itu."

Brandon menggaruk-garuk kepalanya, lalu ia mengenggam tangan Hansen.

"Aku tidak akan berkunjung ke bar itu lagi."

Hansen tak menjawab, ia hanya tersenyum. Dibalik senyumannya itu, tersirat sebuah maksud.

~

Setelah mengantar Hansen menuju kampus, Brandon segera melajukan kendaraannya menuju kantor dan kembali pada aktivitasnya setiap hari.

"Big boss memang big boss.." ucap Kenny yang baru saja masuk kedalam ruangan Brandon.

Brandon hanya tersenyum sambil mulai meng-aktifkan laptop nya.

"Ada apa lagi ini?" tanya Brandon santai.

Kenny menarik kursi di depan Brandon dan duduk didepan sahabatnya tersebut. Ditatapnya wajah Brandon dalam-dalam.

"Apa ada sesuatu yang salah dariku? hingga kamu melayangkan tatapan seperti itu padaku?"

Kenny tertawa.

"Apa kamu serius sudah memiliki pasangan?"

"Ada apa memangnya?"

"Jawab saja, ada atau tidak?"

"Kalau jawab ada mengapa? Dan jika aku menjawab tidak ada, mengapa? Do you have any reason?"

Kenny dibuat pusing oleh Brandon, ia pun menjawab dengan terbata-bata.

"Jikalau memang ada, ya... aku hanya mengucapkan selamat kepadamu dan kamu harus merayakan ini dengan mentraktir ku makan." ucap Kenny, Brandon tertawa mendesis.

The DancersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang