Sore harinya, Hansen mencari-cari Leni disetiap sudut ruangan, tapi ia sama sekali tak menemukan wanita yang melahirkannya tersebut. Ia awalnya tidak begitu memperdulikan, karena pikirnya, mungkin ibunya itu sedang bertamu ke rumah tetangga. Hansen pun bersantai didalam kamar tidurnya.
1 New Message
From : Brandon
Apa kamu mau menemaniku untuk pergi belanja hari ini?
Reply
To : Brandon
Baiklah, aku akan segera bersiap-siap***
Brandon menunggu kedatangan Hansen didepan pintu gerbang Gallery Mall. Hari itu Brandon tampil bak pangeran berkuda putih, tampan dan menawan. Tak berapa lama, taksi yang membawa Hansen, sampai ditempat Brandon berdiri. Melihat pria pujaannya tiba, Brandon pun bergegas membukakan pintu untuk Hansen,
"Silahkan tuan." canda Brandon
Hansen hanya tertawa kecil dan mengucapkan, "Terima kasih."
Lalu keduanya pun masuk kedalam mall tersebut. Brandon menuju sebuah counter yang menjual parfum ber-merk. Disana ia meyibukkan diri untuk mencoba wangi dari parfum yang terjajar dengan sangat rapi tersebut. Sesekali ia meminta pendapat kepada Hansen dari wangi parfum yang ia pilih. Brandon juga tak lupa untuk memilihkan dan membelikan Hansen sebuah parfum beraroma maskulin.
Selesai berputar-putar dan melihat-lihat serta membeli, Brandon membawa Hansen untuk melewatkan makan malam disebuah restaurant yang letaknya didaerah Kuta .Sebuah restoran khas Italia.
"Aku sangat merindukanmu." ucap Brandon.
Hansen tersenyum manis dan menjawab. "Aku juga."
"Mengapa kamu tak pernah menghubungiku jika aku tak menghubungimu terlebih dahulu?"
"Maafkan aku, karena pekerjaan di tempat ku bekerja cukup banyak, kadang aku merasa letih dan lupa untuk memberi kabar padamu, sekali lagi maafkan aku."
Brandon diam-diam menggenggam tangan Hansen.
"Aku percaya padamu, tadi itu aku hanya bergurau padamu."
Genggaman tersebut terlepas ketika pelayan restoran tersebut menghampiri mereka berdua dengan makanan pesanan berada ditangannya. Baik Brandon maupun Hansen menahan tawa karena merasa malu.
Ditengah-tengah acara makan, ponsel Hansen berbunyi. Sudah hal yang biasa untuk Brandon jika bepergian bersama Hansen, Hansen dengan segera mengeluarkan ponselnya, dan melihat nama penelepon dari layar ponselnya.
Calling...
Brengsek!!
081233445***Hansen me-reject panggilan tersebut. Brandon menatapi Hansen.
"Mengapa kamu selalu tak mengangkat panggilanmu jika sedang bersamaku?"
"Tidak apa-apa, panggilan dari orang yang tidak penting." Jelasnya.
"Lagipula, aku tak ingin moment kebersamaan kita berdua, terganggu oleh panggilan yang tak penting." lanjut Hansen.
Brandon tersenyum kecil, ia pun melanjutkan melahap makan malamnya dengan hati yang berbunga-bunga.
Lagi-lagi ponsel Hansen berbunyi, kali ini ia sama sekali tidak memperdulikannya dan membiarkan panggilan tersebut terus terdengar didalam tasnya. Brandon pun tidak lagi ingin ikut campur masalah ponsel, karena menurutnya, itu bukanlah urusannya, yang terpenting, Hansen sedang bersamanya. Ponsel berhenti berdering, lalu sebuah pesan singkat, menyambangi ponsel Hansen,
From : Brengsek
Ibumu sedang berada di ruang gawat darurat
Hansen yang membaca itu segera memohon diri pada Brandon. Dan ia segera menuju rumah sakit. Brandon hanya dapat melihat bayangan Hansen yang lama kemudian menghilang dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dancers
Romance*Another Gay Repost Story *Original Writer : @Monster26 *Don't like don't read! *LGBT HATERS GO AWAY!!