Laporan

70 6 1
                                    

Reiri membuka pagar rumahnya yang tumben tidak dijaga satpam itu. Oh iya, dia lupa, satpam-nya yang merangak jadi supir itu sedang mengantarkan pembantu keluarga berbelanja. Tadi di tengah jalan menuju rumah, satpam-nya meng-sms begitu. Pembantu mereka memang sedikit manja, maklum masih muda, baru 26 tahun.

"Lo berdua, mau masuk gak?" tawar Reiri.

"Gue nggak, bosen gue masuk rumah lo, gak ada yang dirubah juga," kata Jessica.

"Sialan. Tapi bagus, sih, biar air di rumah gue gak kurang atu liter."

Jes melet, lalu berbalik dan pergi.

"Lo?" tanya Reiri pada sahabat lelakinya dengan alis diangkat seolah bilang gue-pemilik-ini-rumah-jadi-lo-gak-usah-pasang-muka-songong-!

Jidat Reiri disentil.

"Aw!"

"Muka lo nyebelin, nyet!" kata Vernon lalu berjalan melewati Reiri masuk ke dalam pagar menuju rumah.

"Babi lo!" umpat Reiri di belakangnya.

Vernon berbalik. "Monyet lo! U-u a-a" dan dengan polosnya menirukan gaya monyet.

"Anying! Babi niruin monyet!"

"Monyetnya marah-marah hahahaha."

Tinggalkan pasangan ini -_-[]

Jun berhenti sebelum memasuki kelas bahasa, ia mengetikkan SMS pada nama kontak "Pak Nata".

Saya: Reiri msih sprti dia yg SMA, cuma bandelnya agak brkurng, Pak

Pak Nata: Terus pantau dia

Saya: Baik

Jun mengantongi ponselnya lalu masuk ke kelas.[]

"Woy, Reiri! Sarap lo gila!" teriak Vernon.

Reiri yang sedang minum susu di dapur tersedak sampai tersedak dibuatnya.

Ia segera menemui Vernon yang ada di kamar ortu-nya.

"Apa'an lagi sih lo, Bi?"

"Ini, ngapain nyokap lo nyimpen boxer gue di lemarinya?!"

Reiri menepuk jidatnya. "Astaghfirullah.. Lo pernah istighfar kagak sih? Itu boxer bokap gue, Pe'a! Balikin kagak!"

Vernon kicep, ia langsung melempar boxer itu kembali ke lemari.

"Istighfar kagak lo!"

"Astaghfirullah.." ucap Vernon sambil mengelus dada.

"Sekarang lo keluar dari kamar bonyok gue!"

"Iye, nyak."[]

Vernon's P.O.V

Dengan tampang seram, Reiri melipat tangannya di dada. "Sekarang jelasin kenapa lo bisa ada di kamar bonyok gue!"

Biar gak dicurigain, gue memasang wajah polos. "Kan gue punya kaki, jelaslah gue bis-"

"Gue gak terima alasan begitu!"

"Karena gue punyanya kaki, bukan mulut doang, jadi-"

"Peron!"

"Oke, oke. Jadi gini-"

"Kebanyakan jadi lo!"

Gue menelan ludah. Emang kalo punya temen cewek kayak dia harus kudu wajib sabar. Apalagi ditambah gue punya sepupu + temen kayak Jessica, bisa bayangin kan seberapa diujinya kesabaran gue setiap harinya?

"Gini, Reiri Sayang-"

"Najis lo ah! Ih, amit-amit!" Reiri menggidikkan badannya.

"Astaga, Reiri, lo minta dijelasin tapi motong mulu kata-kata gue."

"Gak ah, udah gak mood, gak usah deh ya, okay?"

"Ya deh, serah."

"Eh, gimana kalo kita ke Disneyland?"

"Sekarang?"

Mukanya Reiri langsung datar. "Hm."

Kalo udah gini gue harus serius.

Gue menadahkan tangan meminta kunci mobil-nya. Reiri merogoh saku celana pendek jeans-nya lalu mengeluarkan kunci yang kemudian diserahkan pada gue.

"Ayo!"[]

Gue membayar tiket masuk, menerima kartu, lalu meluncurkan mobil ke dalam Disneyland.

Setelah memarkir mobil, gue menggandeng tangan Reiri, itung-itung jaga'in biar gak ilang. Kan kalo ilang kasian bumi cewek cantik-nya berkurang satu.

Eh.

Lupakan! Lupakan! Anggap gue gak pernah bilang dia cantik, oke?

"Astaga, Choi!" jerit seorang cewek.

"Choi siapa, Yank?" kali ini suara berat cowok.

Gue langsung dengan otomatis menoleh ke berbagai arah karena merasa kenal dengan suara tu cewek.

Hingga akhirnya gue melihat dua onggok manusia di belakang gue.

"Gak, lupain, Yank."

Astaga, jijik gue dengernya.

Dan tiba-tiba dia melihat gue. Gue merasa hidup gue bakal ancur.

"Vernon!" pekiknya.

"Siapa lagi ini?" tanya cowoknya. "Sorry, ya, cewek gue emang suka jerit-jerit gak jelas kalo ketemu cowok."

Justru gue kasian sama li, bro.

"Gak papa, dia emang punya penyakit ... apalah itu, yang kalo ketemu lawan jenis suka histeris."

Bugh!

"Aaargh!" Jessica nendang lutut gue!

"Eh, betewe, ssssh, gue, gue Vernon, temennya cewek lo." gue mengulurkan tangan di tengah kesakitan gue.

Dia menjabat tangan gue sebentar. "Gue Woozi." lalu meringis melihat wajah gue. Gue gak sejelek itu woy! "Sakit, ya?" oh, nanya'in keadaan gue ternyata.

"Banget," ringis gue.

"Kasian," ejek Jessica.

"Eh, lo berdua pacaran juga ya?" tanyanya tiba-tiba.

"Hah!?" gue langsung menganga.

"Lo sama Reiri. Sejak kapan?"

"Kami gak pac-"

"Double date yuk!"

Astaga ini cewek.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang