Hari menyiksa Jessica

354 7 1
                                    

"Nama saya Joshua Hong, kalian bisa memanggil saya Pak Jo, saya dosen baru di sini, umur saya 23 tahun 3 bulan, mungkin di sini ada yang seumuran dengan saya?" dia mengangkat alisnya sambil menatap ke arah kami semua. Oh gosh.. Ganteng banget! "Saya rasa hanya itu yang dapat saya sampaikan. Ada pertanyaan? Atau mungkin perkataan saya ada yang kurang jelas?"

Jessica mengangkat tangannya.

"Ya, kamu, yang rambutnya di-curly dan pakai high heels.. Warna cream. Sebutkan dulu nama kamu baru katakan pertanyaan kamu."

Yaampun ini dosen detail banget.. Untung pakaian gue gak seheboh Jes.

"Nama saya Jessica Jung, dan pertanyaan saya adalah Pak Jo tadi pagi sarapan pakai menu apa? Kok bisa ganteng banget?"

Jes bego! Jes bego! Gue mengumpat dalam hati.

"Bego lo!" bisik Vernon blak-blakan, yang duduk di depan Jes. Sedangkan gue di sebelah cewek ini.

"Apa sih?" Jes memberengut ke arah Peron.

"Double question," kata Pak Jo. Dua pertanyaan dalam satu. "Sebenarnya saya tidak sarapan tadi pagi."

"Mau makan bareng gak Pak?"

Gue menepuk jidat. Kenapa gue punya temen bikin malu banget ya Tuhann?

"Ada pertanyaan lagi?" tanya dosen ganteng itu sambil melihat ke arah lain. "Yang berhubungan dengan perkuliahan, yang melenceng tolong simpan pertanyaan itu dalam hati."

Jes merengut sambil bergumam, "Ganteng-ganteng sombong."

Hhhhhh..

Nasib gue punya temen model begini...[]

Sehabis jam pelajaran Pak Jo, gue langsung menjewer telinga kiri Jessica setelah si Dogan keluar dari kelas.

"Duuhhh.. Ri!"

"Lo. Tau. Gak? Lo. Udah. Bikin. Gue. Malu. Karena. Udah. Jadi. Temen. LO!!" kata gue penuh penekanan dan berteriak di telinganya di akhir kata. Dan Jes terus aja meringis sambil menggumamkan permohonan supaya gue lepasin. Tapi jelas gak gue lepasin lah, biar jera ni makhluk.

"Awwww!" Jes teriak lagi---kali ini lebih keras dari saat gue jewer tadi. Setelah gue liat, ternyata Peron ikutan jewer telinga Jes.

"Dan lo udah bikin malu gue karena terlahir jadi sepupu lo!" kata Vernon dengan murka.

"Telinga gueeee."

Gak tega denger rengekannya, gue lepasin telinganya.

"Ver, udah Ver.."

Tapi kayaknya si Vernon belum puas nyiksa sepupunya itu.

"Iya gue janji gak kayak gitu lagi."

"Gak percaya gue janji makhluk macem lo bisa dipegang!"

"Ya ampun... Emang kapan sih gue pernah ingkar janji sama lo?"

"Oktober tahun lalu, September tahun lalu, September tahun lalu lagi, lagi-lagi September tahun lalu, September tahun lalu lagi, Desember tahun lalu, Januari tahun ini, Februari.. Dan oh! Juli tahun lalu pas gue ulang tahun! Itu yang paling parah!!"

"Emang gue bo'ongin lo apa'an pas lo ulang tahun?" tanya Jes sambil melepaskan telinganya dari cengkraman jari-jari Peron, tapi Peron gak mau lepasin.

"Lo bilang Reiri meninggal!"

"APA?!" gue langsung kaget. Gak ada yang ngasih tau gue!

Gue kembali menjewer telinganya.

"Awwww!"

Kayaknya ini hari menyiksa Jessica.

[]

Gue membawa nampan kayu berisi chicken steak milik gue. Cuman milik gue loh, tu dua makhluk astral udah mesen sendiri dan udah makan di meja kantin kampus. Gue bukan temen yang sebaik itu ampe mesenin dan dan ngambilin makanan temen.

Gue menaruh piring steak gue di atas meja lalu ngebuang nampan kayu ke tempat sampah di sebelah meja kami, kemudian duduk di sebelah Jessica. Sistem kantin kami emang begitu, buang nampan setelah dipakai, dan gue baru tau itu dari mbak-mbak pelayan tadi. Keren banget yak.

Gue memakan steak. Kata temen-temen gue, gue itu kalo makan anggun banget dan itu kontras banget ama kepribadian gue yang blangsak. Sialan.

"Do..gan.." terdengar suara orang bergumam. Gue langsung melihat Jessica yang duduk di depan Vernon. Matanya lagi tertuju ke sesuatu---kayaknya seseorang---di belakang gu3, kepalanya mendongak dan mulutnya yang kebuka lebar ngeces tiga kali.

Jangan bayangin yang terakhir.

"Dia jalan ke arah kita," kata Jes lagi. Bodo amat, gue laperrrrrh. Pakai H.

"Halo," sapa sebuah suara berat. Gue menoleh dengan wajah datar. Cowok---lebih pantesnya disebut pria sih, karena dari pakaiannya kayak dosen, tapi dia keliatan masih muda banget. "Meja lain udah penuh."

"So?" tanya gue dengan mulut setengah penuh dengan steak ayam. Oke, memalukan.

"Jadi apa masih ada kursi kosong?"

"Masih! Masih!" Jes menjawab dengan antusias.

Vernon memelototinya seolah bilang Jangan. Bikin. Malu. Jes memutar bola matanya.

"Saya boleh duduk?" tanya dosen itu.

"Nama bapak siapa?" bukannya mempersilahkan dia malah nanya nama si dosen.

"Boleh, Pak," kata gue.

Dosen itu pun duduk di kursi di depan gue.

"Saya Jun."

Jes mengulurkan tangannya. "Saya Jessica Jung." Pak Jun menjabat tangan Jessica. "Wah, nama Bapak mirip sama marga saya, ya."

Dosen itu cuma tersenyum menanggapi perkataan Jessica yang terkesan ngarep lalu memakan makanannya.

Saat gue melihat dia untuk melihat wajahnya---cuma buat merekamnya di otak gue, siapa tau ntar ketemu di jalan---ternyata dia juga lagi melihat gue.

Lalu, mulutnya membuka, mengucapkan kata, "kamu..."

Oh gosh! Gue inget siapa dia!

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang