Prolog

8.8K 551 50
                                    

Aku menelusuri lorong sekolah yang sudah gelap. Mataku menatap was-was, beberapa kali aku merasa ada bayangan lain -bukan bayangan, lebih tepatnya seseorang-- di belakangku tapi kosong, tak ada apapun di belakangku. Jantungku semakin berdegup kencang, sebetulnya aku juga tidak mau ke sekolah saat malam begini tapi... aku harus melakukannya.

"Siapa di situ?" Suaraku terdengar bergetar dengan gema memenuhi lorong. Astaga, aku benar-benar nggak mau mati. Siapapun tolong bantu aku keluar dari kebodohanku ini. Aku ingin berbalik tapi tak bisa.

Lorong sekolah tampak sangat mengerikan pada malam hari. Entah mengapa lorong ini terasa sangat panjang dan tak berujung. Suasana sepi mencekam membuat suasana sekolah semakin menyeramkan, hanya gema dari detak jam yang menemaniku. Bulu kudukku sudah merinding sedari tadi.

Ah, ini sangat membuatku emosi. Bagaimana bisa masalah itu bocor? Bodoh sekali. Siapa yang telah berkhianat diantara mereka? Bagaimana bisa oknum lain mengetahui masalah ini? Krekk... suara apa itu?

Ya Tuhan, apa itu? Tolong aku. Aku benar-benar takut. Apakah aku akan jadi korban selanjutnya?

Apakah mungkin dia? Ah, nggak mungkin, orang seperti dia tak mungkin berani. Lantas, siapa pelaku semua ini?

Tiap langkahku seakan membawaku semakin dekat dengan neraka. Haruskah aku berbalik? Aku merasakan keringat mengucur dari pelipisku. Sungguh aku ingin berbalik, tapi kakiku seolah tak ingin menurutiku.

Aku terus berjalan lurus. Ruang band. Aku berhenti tepat di hadapan ruangan yang bertuliskan 'ruang band' itu, ruangan yang sangat terkenal terkutuk. Jika siang, ruangan ini tampak normal, tapi saat malam ruangan ini menjadi sangat menyeramkan. Aku merasa jika semua gosip tentang ruangan ini memang benar adanya.

"Apa ada orang?" tanyaku, suaraku bergetar. Aku benar-benar takut, lebih baik ada penjaga sekolah atau guru atau siapapun di sini jadi aku dapat pulang , tapi aku tak mendapat sambutan apapun. Aku benar-benar takut. Aku meremas kertas putih di tanganku. Surat bodoh, kenapa aku menerimanya?

Bodohnya, aku sendirian. Tak ada siapapun yang bisa kuhubungi untuk menemaniku. Kenapa bisa begini? Aku meremas-remas tanganku. Aku takut. Aku benar-benar takut.

Ruangan dihadapanku ini manjadi tampak menakutkan, mengingat isu-isu hantu tentang ruangan ini. Aku bukanlah seorang penakut tapi kini semua keberanianku terasa telah direnggut.

Konon, siswa yang merupakan vokalis dari Entra High School. Dia ditemukan mati di ruang band dengan pergelangan tangan penuh darah. Menurut beberapa orang, hantunya masih suka berkeliaran di sekitar ruang band.

Bulu kudukku kembali merinding.

Aku benar-benar ketakutan. Aku sungguh tak ingin melakukan ini, tapi tanganku terus terulur, memberanikan diri membuka pintu ruang band. Gelap. Di mana saklar lampu? Aku meraba-raba dinding mencari saklar lampu. Klik.... lampu menyala.

"Akh."

Ya Tuhan, aku terkejut. Kukira ada orang lain di sini. Ternyata, mataku langsung bertemu tatap dengan cermin panjang di ruang band. Aku menatap wajahku yang tampak... pucat pasi. Aku membenahi letak kacamataku. Aku tampak sangat buruk. Ya Tuhan, kumohon bantu aku. Aku akan menebus semua dosaku.

Kata-kata dalam surat itu terus membayangiku. Membuatku dengan terpaksa datang. Bagaimana dia bisa tahu rahasia ini? Siapa dia?

Mataku berhasil melebar sempurna, seseorang dengan pakaian serba hitam dan sebuah penutup wajah tiba-tiba berada tepat di belakangku dengan sebuah tongkat besi di tangannya. Orang itu mengangkat tinggi tongkatnya. Ya Tuhan, apa ini? Suaraku seakan habis dalam sekejap.

"AH-"

Brakk. Kepalaku terasa sangat berat. Aku tersungkur, tapi aku masih sadar. Kurasakan darah segar mengalir melewati pelipisku mengenai mataku. Aku berusaha bangkit tapi kepalaku sangat berat bahkan pandanganku kabur akibat kacamataku yang terjatuh entah di mana.

Tidak, aku tidak boleh mati. Aku harus berhasil kabur dari dirinya. Harus bisa. Aku merangkak menjauhinya. Aku menyesal, sungguh menyesal. Aku nggak mau melakukan ini. Ya Tuhan, kumohon tolong aku. Aku tahu ini kesalahanku, ini dosaku, ini karmaku, tapi aku nggak mau semua berakhir dengan kematianku. Aku sudah terisak.

Aku bukanlah orang cengeng, hanya saja...

"Kamu mau kabur? Kamu mau kabur dari hukumanini?" Suaranya terdengar berat dan bising di telingaku. Tanganku bergetar hebatdan aku kembali tersungkur. Ya Tuhan, kumohon tolong aku.

*TBC*


R.M.D.K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang