Bab 10 (Part 1) - Kenyataan

2K 262 19
                                    

"Ini semua salah lo!"

Si cewek berontak si lelaki menahan lengannya, dia membanting semua barang di dekatnya. Lelaki di hadapannya tak bereaksi sedikit pun.

Sebuah guci –yang kuyakini karya tangan anak kelas sebelas—dilemparkan ke arah lelaki itu. Nyaris saja guci itu mengenai kepalanya.

"Lo jangan gila, Mis. Ya masa ini juga kemauan gue. Lo harus inget, karena bantuan gue, lo bisa balas dendam." Lelaki itu yang-tampaknya-mulai-terpancing-emosi menatap tajam lawan bicaranya. Sedangkan, yang ditatap masih tak acuh.

"Lo jangan seolah salahin gue. Lo harus inget. Yang paling kepengen balas dendam itu lo. Lo yang gak terima kalo mereka semua sudah...," si cewek menatap remeh lelaki itu.

"MISA!" bentak lelaki itu. Yah, Misa. Dialah cewek yang sedari tadi membanting barang ke lawan bicaranya.

"Gue bener kan, Do. Lo itu yang kepengen famous sampai rela dipermalukan dan dijadikan babu sama mereka. Aldo Pasca, lo jangan munafik. Sebegitu pengennya ya lo jadi anggota Black Shadow. Hahaha."

Si pelaku kedua adalah Aldo Pasca. Wah, keren.

Aku paling tidak menyangka jika Misa yang diyakini sebagai korban, justru dalang semua tindakan ini. Sangat gila. Bahkan ini lebih mengejutkan dibandingkan kasus kopi Mirna. Yah, aktingnya jauh lebih baik daripada seorang Jessica.

"Lo ngehina gue kaya gitu. Lo pikir, lo apa? Lo sendiri rela ngelukain Ema cuma buat obsesi lo ke Matt. Lo yang gila."

Matt mengerutkan alis dengan ekspresi wajah menakutkan. Mungkin dia terkejut merasa namanya disangkutpautkan.

Misa mulai menggila mendengar celotehan Aldo, dia berjalan ke arah Aldo. Dia menatap Aldo dengan tatapan jijik dan remeh, kukira Misa akan meludahi Aldo karena ekspresinya yang sangat menyebalkan itu.

"Minggir!" perintah Aldo. "GUE BILANG MINGGIR!"

Aku terkejut karena teriakan Aldo, tak sengaja aku mendorong Matt... yang membuat kami terjatuh. Bodoh sekali. Dengan awkward, kami berdiri dan kikuk menatap dua orang yang kami duga sebagai pelaku semua ini.

"Mona... Matt...." Aldo dan Misa terkejut melihat kehadiran kami.

Berhubung kami masih menyayangi nyawa kami. Kami berdua segera berlari, namun tak seperti ekspetasiku yang berharap-kami-akan-segera-berada-di-pintu-keluar-dan-memanggil-para-polisi.

Benda tumpul mengenai pundakku, hingga membuatku terjerembap. Matt berusaha menolongku. Dan semua kejadian itu tak bisa kuprediksi.

Pergerakan Aldo dan Misa yang sangat cepat. Mereka menyudutkan kami, keduanya sama-sama membawa senjatanya sendiri. Misa terus menerus menyerangku dengan balok kayu bekas kanvas lama. Aku berusaha menghindar, namun beberapa gerakanku tak selincah Misa yang notabene anak Dance, aku justru membuat kesalahan yang menyebabkan diriku terkena beberapa pukulan. Aku tak tahu apa yang terjadi pada Matt dan Aldo, namun riuh suara adu jotos dari keduanya.

"Gue gak nyangka, lo pelaku semua ini," ucapku dengan nada jijik. "Ternyata, lo bukan cuma fake friend. Lo bahkan rela ngelakuin hal kejam ke temen-temen lo."

Aku berusaha memancing emosinya agar dia sedikit lengah. Aku ingin menelpon Khari agar dia bisa memanggil si Inspektur Terong ke sini. Setidaknya, aku mengakui jika keberadaan si Inspektur Terong sangat kuinginkan saat ini.

Misa menyipitkan mata. "Gue gak butuh rasa terkejut lo. Lo dan Matt bakal mati dengan damai setelah ini. Lo juga gak tahu apa-apa, jangan menghakimi hidup gue. Lo sendiri aja dengan bodohnya, mau dipermainkan Calvin. Rendahan."

Ucapan Misa membuatku kehilangan fokusku. Misa tak melewatkan kesempatan ini, dia langsung memukuli kepala dan tengkukku.

Aku tak menyangka, jika rasanya akan seperti ini. Selama ini, kupikir adegan di film selalu melebihkan. Kini, aku merasakan tubuhku oleng dan terjerembap ke lantai dengan kasar. Penglihatanku memburam dengan rasa yang teramat sakit di kepalaku. Apakah benar hidupku akan berakhir seperti ini?

"Jangan dibunuh sekarang, Mis. Biar kita ajak mereka bermain, mungkin mereka akan bahagia seperti Krisna." Samar-samar aku mendengara Aldo berbicara pada Misa.

Jangan bilang, kalau Matt sudah tumbang juga. Ya Tuhan, aku tidak ingin mati. Hidupku bahkan belum genap tujuh belas tahun.

��׊��<

R.M.D.K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang