Bab 1 - Seminggu sebelum kejadian

6K 399 82
                                    

"Hey! Cewek aneh!" Teriakan itu membuatku menoleh. Sekumpulan gadis memandangku aneh dan seulas senyum tersimpul di bibir mereka. Aku hanya bisa mendesah pelan melihat kelakuan mereka. Aku malas berurusan dengan mereka.

Berbalik dan melanjutkan langkahku keputusan yang tepat, lelah rasanya berurusan dengan mereka. Cari masalah? Buat apa? Toh, aku tidak berminat menanggapinya.

"Dasar aneh." Suara-suara itu masih terdengar jelas di telingaku, tapi sekali lagi aku malas untuk menanggapi hal kekanak-kanakan itu.

Aku memasuki toilet. Mataku menatap lurus cermin di hadapanku. Cermin yang menampilkan wajahku. Aneh? Satu kata yang selalu menggangguku. Poni panjang ini bahkan tak bisa menutupi keanehan di wajahku. Aku tersenyum kecut memandangi wajahku. Begitu burukkah aku?

"MONA!" Aku itu terperajat kaget begitu suara nyaring memanggil namaku. Aku memandang sebal ke pelaku tidak tahu diri itu. "Lo itu yah, gue cari lo kemana-mana, ternyata ada disini."

Yah, Mona, namaku. Ramona Andrew, gadis keturunan China-Indonesia. Jadi wajar aku memiliki mata yang agak sipit, tetapi mata itu justru menyimpan keanehan. Sebetulnya, keanehannya itu yang menjadikanku sebagai bahan ejekkan.

"Ngapain cari gue, Khar?"

"Kangen sama lo," teriak cewek itu sambil berusaha memelukku. Refleks aku menghindar dari jangkauan cewek itu. Cewek bernama Kharita Aprillia atau biasa dipanggil Khari,cuma dia satu-satunya orang --setelah keluargaku-- yang nggak pernah protes dengan segala keanehan dan sifatku, cuma dia yang benar-benar bisa menerimaku tanpa kata-kata aneh terluncur di bibirnya.

"Gue...," Aku memasang wajah berkaca-kaca, "Nggak kangen lo."

Raut wajah Khari berubah sebal. Aku terkekeh seraya menggandeng Khari keluar dari toilet. Entah kenapa mood-ku langsung membaik.

"Matt sama David di mana?"

"Di kantinlah, hayuk nyusul dua cecurut itu."

Saat ini, aku melihat dua oknum yang kucari sedang menyantap makanan mereka dengan lahap. Ah, dua orang itu kalo giliran makan sih paling cepet, apalagi gratis. Aku dan Khari memesan makanan dan menuju meja di mana dua oknum itu sedang makan.

Tunggu, jangan salah paham. Ini bukan semacam double date atau semacamnya. Kita berempat memang sudah dekat dari SMP jadi sudah menjadi rahasia umum kalo kita sering kumpul bareng.

"Gue punya usul keren." David membuka pembicaraan saat kita bertiga masih asik dengan makanan kita. Refleks kita menghentikan keasikan kita dan mengalihkan pandangan pada David.

"Usul apa?" tanyaku bingung.

"Iya, usul apa?" tanya Khari yang juga sama bingung.

David tersenyum lebar. "Gimana kalo kita berempat buat grup detektif? Kalian bayangin deh, aku jamin pasti keren banget," cerocosnya dengan bangga.

"Aku setuju pake banget," jawabku pasti.

Matt dan Khari langsung menolak mentah-mentah usul dari David. Pada akhirnya, kita berempat bukannya menikmati jam istirahat dengan makanan yang sewajarnya, tapi justru dengan perdebatan. Aku dan David tetap ngotot tentang ide grup detektif tapi Matt dan Khari terus mengatakan jika itu konyol dan gak masuk akal.

"Ya udah kalo kalian mau buat ya buat aja sendiri. Kita mah, ogah buat ikutan gabung." Matt tetap berpegang pada pendapatnya.

Aku menatap kesal Matt dan Khari secara bergantian. Bisa-bisanya mereka menolak ide cemerlang itu. Lebih tepatnya ide keren yang bakal menaikkan kepopuleran kita berempat. Oke, tujuanku memang agak licik tapi aku juga memang suka dengan hal-hal berbau misteri.

R.M.D.K.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang