Part 2

10.7K 844 22
                                    

Syera POV

Aku sekarang sudah di dalam lift ditempat aku bekerja selama delapan bulan ini. Menggenggam surat pengunduran diri ku. Aku sudah sangat yakin dengan keputusan ku ini. Aku ingin waktu ku untuk Keano. Suami tercinta ku.

Angka sepuluh di atas kepalaku, tak lama pintu terbuka setelah bunyi ting!. Dengan tegap aku berjalan keluar langsung menuju ruang HRD. Ini sudah jam delapan pagi lewat. Jadi para karyawan sudah berada di ruangnya masing-masing.

Kebetulan juga divisi ku dan Bella sama. Letak nya juga dilantai 9. Jadi aku tidak bisa menemuinya. Paling nanti pas jam istirahat.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu ruagan HRD ku.

"Masuk...." suara pak Jimie yang didalam ruangan mempersilahkan aku masuk.

"Eh, Syera. Sudah baikan?" Tanyanya ramah. Aku mengangguk dan duduk di hadapannya.

"Ada apa?" Tanya nya langsung.

Aku tersenyum kikuk sambil menyodorkan amplop putih berisi surat pengunduran diriku. Keningnya berkerut melihat tulisan didepan amplop. Dia mengurut pelipisnya sebentar, baru melihat ku.

"Kenapa?" Tanyanya lemah. Yah, aku adalah salah satu anak design aplikasi yang dia sayang. Bukan karena kecantikan ku. Dia juga sudah tua, sudah punya istri dan sayang sama istrinya. Dia sayang sama aku karena katanya design yang aku buat selalu bagus dan menarik untuk digunakan.

Apalagi sebelumnya aku berhasil mendesign web yang akan digunakan untuk bisnis online salah satu perusahaan baju terkemuka. Pak jimie makin perhatian dengan ku. Katanya buatan ku itu sangat menarik dan mudah di pahami.

"Saya mau fokus urusin suami, Pak. Apalagi saya lagi hamil muda. Takut terjadi apa-apa," kalau sudah menyangkut urusan rumah tangga, Pak Jimie biasanya nyerah.

"Loh? Bukannya kamu belum menikah? " haa? Eh aduh ya ampun. Aku lupa!, dulu pas melamar disini aku ngakunya single.

"Kamu sudah menikah?" Haaaahh aku pasrah dan mengangguk. Dulu terpaksa bohong karena aku benar-benar mau bekerja. Tapi Keano ngga tahu sih, kalo aku ngaku jadi single. Bisa makin marah dia.

Aku waktu itu cuma ngga mau sia-siain ijazah yang sudah aku dapatkan dengan susah payah. Jadi aku ngotot buat kerja. Walaupun dia nya nolak, karena bisa ngasih aku makan dan nyenengin aku sama duitnya. Tapi kan, aku masih muda. Mau mengejar karir. Tapi sekarang, aku sadar. Kalau saja aku ngga kerja. Pasti ngga akan gini jadinya.

"Jadi... yang dulu pernah memesan satu aplikasi dari kita itu ? Yang sering jemput dan antar kamu?" Aku hanya tersenyum saja. Ngga mau jawab.

"Maaf ya pak? Karena bohong. Tapi dulu saya benar-benar mau bekerja. Ngga tau kalau begini jadinya," tutur ku penuh penyesalan.

Pak Jimie menganggukan kepalanya berkali-kali.

"Ya udah, itu keputusan kamu. Tapi... tunggu sampai saya bisa menemukan pengganti kamu. Baru kamu boleh keluar, mengerti?"

"Satu bulan kan pak?" Tanya ku memastikan. Kemudian beliau mengangguk.

Aku kembali bekerja di ruangan ku. Ruangan yang hanya sebesar 3x3 dan diisi lima orang. Tiga pria dan dua wanita. Satu wanita nya siapa lagi kalau bukan Bella.

"Jadi satu bulan lagi aku ngga akan ada temen donk?" Kata Bella sambil menyesap jus strawberry nya. Sekarang kami di kantin. Tadi pas masuk keruang kerja, aku sama sekali ngga bisa ngobrol. Langsung diberondong sama kerjaan yang menumpuk.

Tadi nya aku pikir aku pulang dulu, baru besok bekerja. Ternyata diminta langsung kerja saja. Huuh padahal niatnya mau santai dulu dikantin sambil nungguin Bella keluar.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang