Part 7

6.1K 597 55
                                    

Syera POV

"Pagi, Ma," sapa Keano sopan kepada Mama yang tengah menyantap sarapan paginya. Seperti biasa, Mama diam dan tidak menganggap keberadaan Keano.

"Pagi, sayang," rugi kan, kalau sapaannya diabaikan? Biar aku saja yang jawab sambil tersenyum lebar. Keano makin hari makin ganteng.

"Hem..." gumam Keano. Aaah itu saja udah cukup. Berarti sapaan aku udah nyampe ketelinganya.

Aku segera mengambilkan Keano sarapan. Nasi goren dengan telor mata sapi buatan ku sendiri.

"Nih..." aku meletakan piring berisi nasi goreng dan telor mata sapinya di depan Keano. Kami duduk berhadapan. Sementara di kursi yang ditengah tepat nya dikepala meja, diduduki sama Mama.

Keano mengangguk dan melahap sarapannya dalam diam. Aku yang sudah selesai sarapan, memangku dagu ku dengan telapak tangan yang terkait dan siku ku bertumpu pada meja makan.

Aku terus memperhatikan wajah Keano. Menghafal dan mengingat setiap garis wajahnya. Karena, ini adalah saat-saat dimana aku bisa melihatnya dengan puas.

Usia kandungan ku sudah memasuki bulan kedelapan. Sebentar lagi kami akan berpisah. Haah... janda di usia 22 tahun. Do'a ku terkabul sudah. Berharap menjadi janda dari seorang Keano. Tapi andai ada mesin pemutar waktu. Aku ingin kembali ke masa awal pernikahan kami. Aku ingin mengulangnya dengan indah, dan akan meralat do'a ku itu, menggantinya dengan harapan hidup selamanya bersama Keano.

"Kenapa nangis, Syera." Aku tersentak mendengar pertanyaan Mama. Menangis?

Aku meraba pipi ku. Aku tidak sadar jika aku menangis.

"Ada yang sakit?" Tanya Mama. Aku menggeleng lemah. Kemudian kembali melihat Keano yang masih tenang. Walau semburat kesedihan tidak bisa dia sembunyikan.

Aku tersenyum setelah menghapus airmata ku. Suami ku yang malang. Apa yang harus aku lakukan agar bisa mengembalikan senyuman indah mu seperti dulu? Apakah perceraian ini benar-benar bisa membuat mu kembali tersenyum dan tertawa seperti dulu? Tapi bagaimana dengan ku? Apa aku bisa tersenyum bahagia setelah berpisah dengan mu?

"Sebentar lagi aku melahirkan, Kean. Aku mau meminta sesuatu dari kamu, boleh?" Tanya ku saat mengantar Keano sampai depan rumah. Dia siap berangkat kerja.

"Apa?" Tanya nya tanpa ekspresi.

"Mulai malam ini, Aku mau kita tidur di satu kamar seperti dulu. Bisa?" Tanya ku penuh harap. Airmata ku mengalir mewakili keinginan ku yang sudah lama aku pendam ini.

"Aku tidak mau menyentuh kamu," kata pelan namun sangat tajam dan menancap tepat di ulu hati ku. Tenggorokan ku tercekat. Rasa nya kering dan sakit.

"Cuk... cukup belai lembut bayi kita saja. Dia mau merasakan sentuhan ayahnya. Dia merindukan ayah nya," ucap ku terisak. Sesekali aku menghapus air mata ku yang memburamkan penglihatan ku.

Keano menunduk melihat perut buncit ku. Buliran air mata lolos dari sudut kedua matanya. Aku mengulurkan tangan ku dan menghapus air matanya. Keano hanya diam dan tidak menolak.

"Dia datang diwaktu yang tidak tepat. Tapi bukan berarti aku tidak senang dengan kehadirannya. Tapi... adanya dia tidak akan pernah bisa mengubah apapun," ucap Keano yang kemudian meraba lembut perut ku.

"Ayah bukan ayah yang baik. Bukan yang sempurna. Ayah minta maaf," ucap nya pelan kemudian menunduk dan mengecup perut ku. Astaga Tuhan... walau ada rasa sakit setiap mendengar kata yang Keano ucapkan. Tetap ada satu tiik yang menghangat saat tangannya menyentuh lembut perutku. Dan perasaan bahagia yang begitu membuncah saat Keano menciumnya.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang