Part 5

6.5K 592 57
                                    

Syera POV

Sepanjang makan malam aku terus memperhatikan tangan kanan Keano. Ada lebam di buku-buku jarinya. Mau nanya sih... tapi was-was kalau dia marah. Tapi kasian.

Jadi, setelah menebalkan mental. Aku pun bersuara, "tangan kamu kenapa?" Tanya ku penuh kehati-hatian.

Keano meneguk teh panas nya kemudian berdiri dan meninggalkan ku. Tidak mau menjawab pertanyaan ku? Setidaknya jangan pergi begitu saja.

Usia kandungan ku sudah memasuki usia 6 bulan. Dan selama itu Keano sama sekali belum berubah. Dia masih memperlakukan ku seperti wanita asing di rumah ini.

"Kean, Mama nelpon. Nyuruh kita ke rumahnya," ucap ku sebelum dia masuk kekamar.

"Pergilah sendiri," jawabnya kemudian kembali melangkahkan kakinya.

Ck... Mama ku sudah marah-marah karena kami yang tidak pernah kesana lagi selama enam bulan ini. Aku sih bilang, kalau kandungan ku lemah. Nyatanya memang begitu kok. Tapi, setelah memasuki usia 6 bulan, aku merasa bayi ku sudah tidak begitu rewel. Hanya aku jadi lebih gampang mudah lelah. Mama sih mengerti. Tapi katanya kangen sama aku. Dan aku juga kangen sama Mama. Jadi yah... kayaknya besok yang ke bogor cuma aku sendiri deh. Nggak mau maksa Keano. Lagian, Mama udah kesal sama Keano. Apalagi setelah keinginan Keano yang menceraikan aku setelah lahirnya anak ku. Bukan hanya Orang tua ku yang kecewa. Tapi orang tuanya Keano juga kecewa. Tapi... jika mereka tahu apa yang terjadi sebenarnya, apakah mereka masih mau menyalahkan Keano?

Aku sudah menyelesaikan makan malam ku. Kemudian kedapur untuk mengambil kotak P3K. Aku membawanya kekamar Keano. Aku mencoba membuka pintunya. Berharap tidak dikunci. Dan yah, tidak dikunci. Keano masih duduk di kursi kerjanya. Dia hanya melirik ku tajam tanpa berkata apapun.

Aku mendekati nya. Namun, masih selangkah lagi untuk berdiri disampingnya, kaki ku langsung berhenti melangkah. Rasanya goyah.

Aku pikir dia mengerjakan pekerjaan kantornya. Nyatanya dia tengah melihat album foto yang kemaren ingin ku bakar. Yah, harusnya aku membakarnya.

Aku menggigit pipi bagian dalam ku. Rasanya sakit. Aku lihat sorot luka dan kecewa di matanya.

"Dia terancam buta," ucapnya bergetar. Membuat aku semakin merasa bersalah.

"Kenapa? Mau menemui dia?" Tanya Keano sarkastik. Aku tersenyum kecut. Harus berapa kali aku bilang? Kalau aku benar-benar mencintai Keano. Tapi, dia masih ragu.

Aku melihat foto pria yang ada di dalam album foto itu. Pria yang nampak bahagia dengan wanita yang mencium pipinya dengan mesra. Mata ku memanas. Aku tidak sanggup Tuhan. Aku menyerah. Rasanya dosaku memang sudah sangat besar.

"Kenapa? Percuma kamu menangis sekarang. Percuma menyesali semuanya. Karena kamu nggak akan pernah bisa mengembalikan semuanya seperti semula. Wanita seperti kamu, tidak pantas menangis menyesali kesalahannya. Karena yang aku harapkan adalah pembalasan."

Astaga... aku tidak sanggup menahan air mata ku lagi. Aku segera meletakan kotak P3K itu di atas meja Keano, dan bergegas pergi keluar.

Aku langsung masuk kekamar dan mengunci pintu nya rapat. Tubuh ku meluruh kelantai. Aku menangis sejadi-jadinya. Andai kan ada mesin waktu. Aku benar-benar ingin kembali ke masa sebelum pernikahan kami. Aku ingin mengulang semuanya. Memperbaiki kesalahan yang sudah ku perbuat.

Andai aku tahu aku akan mencintai Keano seperti ini. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Aku pasti akan menyayangi nya. Tapi aku tidak bisa menebak apa yang terjadi di masa depan. Aku tidak tahu jika akhirnya aku akan mencintai Suami ku segila ini setelah semua kesalahan yang aku lakukan.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang