Part 4

6.7K 633 34
                                    

"Berat badannya dinaikan lagi. Mungkin 5 sampai tujuh kg,"saran dokter yang mememeriksa kehamilanku. Aku mengangguk kemudian melirik Keano yang sibuk melihat foto janin dirahim ku.

"Kalau kamu butuh sesuatu, bilang sama Mbak Iis. Makan jangan kalau disuruh. Makan setiap jam bila perlu." Aku mengerjapkan mata ku tak percaya. Keano bicara nya panjang banget? Aku cuma liatin dia sambil senyum senyum.

"Jalan itu lihat kedepan Syera!" Ketusnya mendelik kearah ku.

"Aku juga lagi lihat kedepan kok," jawab ku masih melihat wajahnya, Keano berhenti twrus melihatku garang.

"Kamu lihat ke arah aku!"

"Iya aku tahu, tapi kan, kamu jalan hidup aku. Jadinya aku jalan menghadap kamu. Masa depannya aku kan kamu!" Astaga... aku tahu itu tidak singkron. Gombalan yang sangat aneh. Tapi aku tidak perduli!

"Terserah!" Keano langsung jalan lagi ninggalin aku. Astaga... dia kalo kesel gitu makin ganteng deh!

"Kean?!" Suara seorang wanita terdengar memanggil Keano saat kami di parkiran.

Seorang wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai menjalan kearah kami. Semakin mendekat, aku semakin tahu siapa dia.

Wanita yang fotonya pernah aku lihat di album foto yang ada di rumah. Dia Elsa, mantan pacar Keano.

Aku lihat senyum sumringah Keano waktu Elsa memeluk Keano. Aku cuma mengepalkan tanganku. Rasa marah dan cemburu berbaur menjadi satu.

"Apa kabar?!" Tanya Elsa tanpa melepas tangan kanan Keano yang di apitnya. Dia keliatan seksi dengan celana jeans berwarna coklat dan kemeja tipis yang memperlihatkan bra yang dia pakai. Dasar tidak tahu malu.

"Baik, El. Kamu kok disini? " iya, dia kok disini? Kan dulu dia yang pergi ninggalin Keano demi menikah dengan jodoh yang orang tuanya siapkan. Katanya biar dia kebagian harta gono gini.

"Aku udah cerai dari suami aku, Kean," wajah nya sok memelas gitu waktu bilang udah cerai. Iih memang nya kenapa kalau cerai?! Awas aja kalau dia mau godain suami ku!

Aku mulai panas. Semakin terbakar hati ku karena Keano menyuruhku naik taksi saja karena Elsa ingin berbicara empat mata. Apalagi, Keano tidak memperkenalkan aku sebagak istrinya. Walaupun Elsa tidak bertanya juga. Tapi, harusnya Keano jelaskan hubungan kami kan?!

"Kenapa Mbak?" Tanya sopir taksi yang membawa ku pulang. Aku menangis sejak masuk kedalam taksi. Kalau gini, kaoan berat badan ku naik! Orang dibuat nangis terus sama Keano.

Sampai dirumah, aku langsung rebahan di kamar. Rasanya masih sangat sakit melihat perlakuan Keano tadi. Tapi walau begitu, aku masih bisa merasa tenang. Tenang, karena tadi sempat melihat senyuman Keano. Senyuman yang sudah tidak pernah dia berikan lagi untuk ku.

Aku mengelus perutku. Dia sudah sangat merindukan ayahnya, tapi sekalipun Keano ngga mau sekedar buat mengelus perut ku. Keano, sekarang lagi apa yah? Membayangkan dia bernostalgia dengan mantan pacarnya yang udah janda itu buat aku takut. Dada aku rasanya makin sesak. Aku ngerasa begitu sakit waktu berpikir Keano yang akan bermesraan dengan wanita lain.

Aku menutup erat mata ku. Ingin rasanya meremas rasa sakit yang ada didadaku. Sebenarnya, perasaan ini karena aku yang lagi hamil jadi emosi ku memang labil. Atau memang aku benar-benar ngerasain ini karena memang aku yang mencintai Keano? Bukan karena aku hamil. Tapi aku benar-benar cinta Keano.

Aku duduk dan menghapus air mata ku. Mengedarkan pandangan ku dan mengingat bagaimana ini semua bisa terjadi. Aku menggigit bibirku. Meraba ranjang ku yang menjadi saksi terakhir kebersamaan kami.

Dia meminta cerai setelah itu. Dia meminta cerai setelah aku mengatakan cinta. Dia meminta cerai setelah aku faham apa yang aku rasakan. Aku butuh dia, melihat punggung lebarnya yang selalu ingin aku peluk membuat aku sadar kalau aku memang mencintainya, tapi mengapa rasanya sangat terlambat untuk aku mengutarakan perasaan ku? Keano sudah tidak menerima pernyataan cinta ku yang tulus ini. Dia sudah terlanjur membenci ku.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang