Part 6

5.7K 573 24
                                    

Syera POV

Aku segera pulang kerumah. Tidak ada daya lagi untuk bertemu Bella. Aku sudah lelah. Rasanya aku sudah nggak sanggup lagi.

Di perjalanan aku cuma bisa menangis dan menangis. Semuanya sudah menjadi bubur. Keano tidak akan mau menerima ku lagi. Dan aku, rasanya aku sudah tidak sanggup. Aku mau menyerah saja.

"Sudah sampai, Mbak," ucap Sopir taksi yang mengantar aku pulang. Aku segera menghapus airmataku dan mendongak. Supir taksi itu melihat ku dengan sendu. Dia lihat apa yang terjadi di sana. Melihat bagaimana aku dipermalukan oleh suami ku sendiri. Apalagi, Keano lebih memilih bersama Elsa dari pada aku.

Huuuh... terlalu percaya diri kalau berharap Keano mau menyusul aku. Itu tidak akan terjadi. Sudah tidak akan pernah terjadi.

Aku segera masuk kerumah. Sebentar lagi akan turun hujan. Di dalam rumah, aku terpaku di hadapan foto pernikahan ku dan Keano yang masih terpasang di ruang tamu.

Aku tersenyum melihat senyum merekah Keano. Dia terlihat bahagia saat menikah dengan ku. Dan coba lihat aku. Fisana tergambar jelas bahwa aku tersenyum secara terpaksa. Bahkan sorotan mata ku pun menunjukan kesedihan.

Haah... sekarang rasakan. Dulu aku menolaknya. Tidak pernah menerima Keano sebagai suami ku. Dan saat ini aku lah yang mengiba-iba memohon cintanya. Berharap belas kasih dan maaf nya.

"Hiks..." aku menutup mulut ku dengan punggung tangan ku. Jangan menangis disini. Aku tidak ingin menangis dan tiba-tiba ada yang melihatnya. Setelah meraba tubuh tegap Keano yang ada di foto yang di gantung tinggi hingga membuat aku hanya mampu menyentuh kakinya saja itu, aku langsung bergegas ke kamar. Mama pasti belum pulang. Dan aku tidak tahu apa yang dia bicarakan dengan Mertuaku.

Aku merebahkan tubuh ku sambil menatap foto pernikahan kami yang menggantung dihadapan ranjang ku. Yang disini lebih besar. Kata Keano dulu, biar dia puas melihat wajah cantik ku. Aku tersenyum mengingat pujiannya itu.

Cantik? Jelas saat itu aku menganggap hari pernikahan ku adalah hari duka. Bahkan saat anniversary pertama, Aku pergi melayat entah kekuburan siapa. Hanya untuk menunjukan rasa bela sungkawa ku terhadap diri ku sendiri. Walau setelah dirumah aku harus pura-pura bahagia karena Keano sudah menyiapkan makan malm romantis di sebuah restorant.

Tapi saat anniversary kedua... aku hanya meringis pilu. Dulu aku berharap tidak akan ada lagi perayaan hari jadi kedua dan selanjutnya. Karena yang aku ingin kan adalah perceraian. Tapi lima bulan yang lalu, aku mengutuk do'a ku itu. Karena apa yang aku mau terkabul. Aku hanya bisa merasakan sekali saja makan malam romantis dihari jadi kami. Bahkan lima bulan yang lalu, tidak ada perayaan apapun. Yang ada, Keano yang pergi entah kemana. Padahal aku sudah masak yang banyak. Aku Sudah menyediakan kado sebuah dasi. Tapi dasi itu hanya berakhir di kotak sampah.

"I Love You," suara berat nya terngiang jelas di telingaku saat aku menutup mata ku.

"I Love You too," bisik ku sendiri. Hanya bayi ku yang bisa mendengar jawaban cinta beserta isak tangis ku.

"Kean, I Love You. Ya Allah..." aku membuka mata ku dan terduduk. Aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Astaga, mengapa pembalasan yang aku terima sepahit ini?

Aku terus terisak sambil memukul dada ku. Disini sangat sakit dan sesak. Kean, kamu tahu pembalasan kamu benar-benar berhasil? Iya... aku sudah merasakan sakit yang kamu rasain. Jadi apakah ini masih harus berlanjut? Sampai kapan? Sampai kapan, Kean?

Tolong katakan kalau memang sudah selesai. Karena aku mau secepatnya memeluk dan mencium kamu dan mengatakan bahwa aku mencintai kamu lebih banyak dari yang pernah kamu ucapkan.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang