Part 12

10.3K 682 77
                                    

Syera Pov

FLASHBACK ON

Aku segera masuk menemui Dafa. Baru bertemu, Dafa langsung membawaku pulang ke apartemennya.

"Mata kamu kok sembab? Kenapa?" Tanyanya dan aku cuma menggeleng.

"Kenapa?" Dafa membelai wajahku. Aku cuma tersenyum.

Sejenak aku memejamkan mataku. Kemudian aku membukanya dan melihat Dafa yang nampak keheranan.

"Cepat ke apartemen kamu. Aku mau kasih hadiah ulang tahun susulan," ucapku membuat alisnya bertaut.

Ini pilihanku. Dan lagi, aku sedang sangat menginginkannya. Aku menginginkan Dafa ada di dalam diriku.

Setiba di apartemen, aku langsung merebahkan diriku di ranjang king sizenya. Dafa tersenyum miring dan lalu berjalan dan menaiki tubuhku.

"Apa hadiahnya?" Tanyanya lembut. "Buka aja," jawabku memejamkan mata. Berhenti mengatakan aku brengsek. Karena nyatanya aku memang brengsek. Keano juga mau meninggalkanku. Lalu apa bedanya?!

"Kamu yakin?" Tanya Dafa ragu.

Aku mengalungkan tanganku di lehernya. "Aku sudah mau merasakan kamu sejak lama," bisikku yang membangkitkan gairahnya.

Dafa langsung mencium bibirku. Kami bergelut dengan gairah yang menggebu-gebu.

Selintas bayangan Keano hadir di kepalaku. Seketika itu pula kesadaranku muncul. Namun, semua musnah saat aku merasakan sesuatu yang keras mencoba menerobos milikku.

"Ooh Dafa!" Teriakku nikmat saat milik Dafa masuk seutuhnya di dalamku. Aku membungkus Dafa dengan sangat erat.

Dengan ritme lambat Dafa menggerakan pinggulnya dan itu benar-benar membuatku frustasi.

"Fas ... faster Dafa!!" ucapku menaik turunkan pinggulku mengikuti gerakan Dafa.

"Ooouuhh," lenguhku saat aku mendapatkan orgasme pertamaku. Aku meremas seprai di kiri kananku. "Di dalam atau di luar?" Tanya Dafa tersengal. Dia pun mendesah dengan pelan saat menikmati milikku yang mencengkram erat miliknya.

'Semoga bayi kita segera hadir.' Aku menutup erat mataku saat mengingat ucapan Keano yang berdoa di atas perutku.

Aku memeluk Dafa dan menangis. Mengapa seperti ini? 'Keano, maaf. Aku cuma akan hamil anakmu.'

"Di luar," jawabku serak.
"Aaaah!!" Teriak Dafa tak lama. Cairannya membasahi perutku.

Dafa langsung memeluk dan menciumku. "I love you," bisiknya dan ku jawab angukan kepala.

Aku melihat jam yang ada di nakas. Masih jam sembilan malam.

"Aku harus pulang Dafa," ucapku bangkit dari ranjang.

"Kenapa? Hey, ini sudah malam." Cegahnya. Dan aku menggeleng.

Tanpa membersihkan tubuhku, aku segera mengenakan pakaianku tanpa mempedulikan Dafa.

Aku sudah seperti jalang. Hanya manusia benar-benar tak berhati yang tidak merasa bersalah setelah melakukan kesalahan.

Dan aku? Aku tetap manusia. Tapi sebagian hatiku entah kemana.

Pukul sepuluh malam aku tiba di rumah. Keano sudah berbaring di ranjang. Tapi belum tidur.

Dia hanya melihatku tanpa menanyakanku. "Kamu dari mana?" Tanyaku emosi. Dia bahkan sudah tidak memperhatikan aku lagi.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang