Part 10

9.7K 583 66
                                    

Aku tahu pasti banyak banget yang nggak suka sama perselingkuhan.

Aku juga termasuk kok.
Tapi kenapa bikin cerita ini?
Yah karena aku nggak suka sama perselingkuhan. Makanya buat cerita ini.

Kenapa aku kesannya malah mendukung?

Dari part awal sampai kesini. Memangnya ada Part yang nunjukin kalau aku setuju sama yang nama nya perselingkuhan?

Nggak!!

Flashback on

Syera POV

'Syera I Love You.'
'Syera I Love You.'
'Syera I Love You.'

Berkali-kali aku mendengar ucapan itu yang seperti bait puisi. Terus terngiang diingatan ku. Dan lalu menyentakkan aku.
Aku membuka mataku dan melihat laki-laki yang tengah memelukku.

Bukan Kean?
Entah apa yang aku rasakan. Mataku memanas. Hatiku sakit. Apa ini? Sejak tadi suara keano terus berputar di kepalaku.
Bukan Kean?

Aku ...

"Kenapa sayang?" Aku memejamkan mataku erat. Semoga yang aku dengar barusan adalah suara Keano. Aku harap ini mimpi. Ini bukan nyata.

"Sayang kenapa nangis? kamu nyesel?" Aku membuka mataku dan melihat wajah Dafa yang begitu dekat denganku.

Tuhan apa yang aku lakukan? Aku memang brengsek karena tidak bisa menerina Keano. Aku memang brengsek dengan menerima cinta Dafa. Tapi aku bukan pelacur.

Kenapa rasa salah ini baru muncul setelah kami melakukannya?

Nggak, kami belum melakukan sejauh itu. Kami cuma saling memuaskan. Kami belum melakukan seks. Aku ... aku belum menjadi seorang pelacur kan?

"Sayang?"

"Dafa aku mau pulang," pintaku lemah. Mengapa di saat seperti ini aku malah mengingat Keano?

Aku tidak mencintainya kan? Aku tidak mau mencintainya.

"Hei ... kita belum melakukan hal sejauh itu. Kamu jangan nangis." Dafa menghapus air mataku.

"Aku mau pulang," pintaku lagi. Aku mau bertemu Keano. Aku baru mau mencoba untuk mencari penggantinya. Tapi mengapa malah rasa bersalah yang hadir menghantui aku?

..........

"Berhenti di sini," ucap ku menunjuk sebuah jalan.

"Loh, kosan kamu kan masih jauh, kok berhenti di sini?" Tanya Dafa heran.

"Berhenti aja. Kalo ke kosan makin malam nanti. Aku mau nginep rumah temen," jawabku yang kemudian dituruti Dafa.

Setelah memastikan mobilnya menghilang jauh. Aku menghentikan taksi.

Tiba di depan rumah, aku lihat Keano yang lagi duduk di teras rumah. Aku tahu ini sudah jam delapan malam. Dan aku nggak pamit sebelumnya.

Keano langsung berdiri waktu tahu ada yang membuka pagar rumah. Cepat-cepat dia menghampiri aku. Mengapa ada yang sakit di hatiku waktu lihat wajah khawatirnya?

"Kamu kemana aja?" Tanya Keano cemas.
"Maaf nggak ngabarin. HP aku mati. Aku dari jalan-jalan sama temen," jawabku sambil mengalihkan pandangan kearah lain. Aku tidak suka melihat wajahnya. Selalu ada yang mengganggu pikiranku setiap aku melihat wajah Keano.

"Terus kenapa kamu nggak kerja?"
"Aku telat. Terus kebetulan ada temen ngajak main," jawabku yang lalu melangkah masuk.

Entah kenapa, selalu banyak cara yang aku lakuin untuk buat Keano sakit hati. Dari ngomong ketus lah. Mengabaikan dia lah. Membayangkan Dafa, atau malah berharap dia adalah Dafa.

Indah di Senyum MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang