14. HAVE A NICE DAY!

1.9K 217 36
                                    

Catatan Penulis: GRAVEDANCER TAMAT GAIS ABIS INI CUMA TINGGAL EPILOG SAMA CURHAT TUNGGUIN YA BENTAR INTERNETKU LAGI JELEK BANGET. HUA AKHIRNYAAAA MAKASIH BANGET MASIH BERTAHAN SAMPAI SEKARANG.

SELAMAT MENIKMATI!

//

Stand up, my heart, and strive

For the things most dear to thee!

-The Peaceful Warrior, Henry Van Dyke, 1918.


Di siang hari, bagian dalam Rumah Budak ternyata tidak seseram itu. Cahaya dari luar bisa masuk ke dalam, dan kami akhirnya memilih bernaung di ruang makan cuma karena ada jendelanya.

"Nih," kata Isaac sambil mendorong meja makannya sedikit hingga posisinya miring. "Ruang kosong di tengah ruangan. Biasanya membantu fokus. Apa kami perlu keluar dulu, atau...?"

"Terserah saja, aku enggak masalah," kataku sambil duduk di tengah ruangan yang sudah dibereskan Isaac. Aku menghela napas dalam.

Ini dia.

Aku memejamkan mata dan mencoba mengosongkan pikiran. Aku bisa merasakan segalanya: kelitik lembut kehangatan dari cahaya matahari dari luar jendela, debu yang beterbangan waktu Isaac menggeser meja, derit lembut di lantai tiap kali Barney atau Isaac menggeser tumpuan mereka, kain pakaian yang kukenakan....

Kalung di sekeliling leherku.

Kirana Jernih.

Aku memutuskan untuk menjangkarkan diri ke sana.

Duniaku menciut di tengah kegelapan. Setiap bau menjadi sangat tajam, dan aku bisa merasakan sesuatu yang agak manis di mulutku—sisa dari katalis setelah kumuntahkan tadi. Tetapi begitu pikiranku akhirnya bisa kosong, kecuali untuk jangkar yang kuikatkan ke Kirana Jernihku, semua inderaku—sama mendadaknya dengan saat mereka menjadi tajam—mati rasa.

Aku tidak bisa merasakan apa pun.

Lalu sensasi itu muncul: rasanya seperti aku sedang pusing dan hilang fokus. Aku tidak tahu dari mana arah asal gravitasi; rasanya seperti aku sedang jatuh, tetapi tubuhku tidak bergerak sama sekali.

Aku jatuh terus menuju kegelapan yang menyambutku.

Awalnya ada sensasi tarikan lembut di perutku, tetapi saat arah gravitasi akhirnya menjadi tetap di satu titik jauh di bawahku, rasa tarikan itu menjadi semakin kuat—tidak makan waktu lama hingga aku merasa seperti sedang terjun bebas.

Aku mencoba untuk memikirkan hal selain mencari pegangan. Aku bisa merasakan diriku jatuh ke bawah lebih cepat lagi, dan rasanya semakin sulit menangani naluriku untuk mencari pegangan atau mengharapkan pendaratan yang halus, tapi aku tidak mau menyia-nyiakan dua jam latihanku.

Lepaskan.

Aku mencoba mengosongkan pikiranku lagi. Jantungku mulai berdegup kencang, dan itu bukan pertanda bagus untuk memulai proyeksi astral.

Tidak usah pikirkan apa-apa. Lepaskan saja.

Lepaskan saja....

Naluri penyelamatan-diriku akhirnya menyerah dan aku bisa merasakan diriku jatuh menuju jurang tanpa ujung di bawahku.

Lalu aku menyentuh cahaya.

Saat aku membuka lagi mataku, aku menyadari bahwa aku masih di posisi yang sama persis dengan saat aku memejamkan mata tadi. Jadi aku berdiri.

Gravedancer [ID]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang