Once Is More Than Enough

43.3K 2.7K 111
                                    

Author's Note :D


Hihihi, saia datang dengan cerita baru. Bener-bener baru karena ini sama sekali nggak ada sangkut pautnya dengan lapak lainnya. Jujur, lagi bosen banget sama para cowok-cowok di lapak sebelah. Jadi pengen bikin sesuatu yang lain. Kemaren entah kapan, ada yang kasih ide soal bikin cerita yang tokohnya dosen. Bahaha... Jadinya ya begini lah. Ini bercerita tentang seorang dosen dan kesehariannya. Oouch! Booriiing. Mmm, really? :D Cari tahu di sini yah!

Enjoy! :D

__________________________________________


"Oke, kita akhiri kuliah hari ini. Jangan lupa minggu depan kita quiz ya... Selamat siang," Campa menutup sesi mengajarnya hari itu sambil tersenyum. Tak lama, terdengar riuh suara para mahasiswa yang berebut ingin keluar kelas. Pada laper kaya'nya, setelah otaknya pada mendidih karena materi kuliah Campa hari itu. Sistem saraf simpatis. Mmm. Huek.

Campa membereskan MacBook-nya, memasukkannya ke dalam ransel, dan beranjak keluar kelas.

"Bu Campa!"

Campa menoleh, ke arah seorang mahasiswi yang berlari kecil ke arahnya.

"Siang, Bu. Saya mau mengumpulkan tugas yang kemarin saya tidak masuk karena sakit," gadis itu sedikit terengah, sambil menyodorkan paper di tangannya. Campa mengenalinya. Mahasiswi peserta mata kuliah Psikologi Faal dari offering A. Namanya Bella.

"Sudah sehat?" tanya Campa sambil tersenyum. Seingatnya, gadis ini minggu lalu masuk RS. Diare karena kebanyakan makan sambel, kalau kata teman sekelasnya.

"Masih agak lemes sih, Bu. Tapi udah nggak apa-apa, kok. Saya belum kuliah, hari ini cuma mau nganterin tugas Bu Campa..." ujar Bella.

"Nunggu kamu sehat betul juga nggak apa-apa kok, Bel. Namanya juga lagi sakit," ujar Campa.

"Nggak enak ah, sama Ibu. Kelamaan," Bella tersenyum.

"Lain kali jangan overdosis sambel lagi ya, Bel," Campa tersenyum. Bella tergelak.

"Ah Ibuuu! Saya kan jadi maluuu..." Bella menutup muka mungilnya dengan tas. Campa tertawa.

"Ya udah, cepetan balik, istirahat lagi. Pulangnya sama siapa?" Tanya Campa.

"Sama pacar," ujar Bella tersipu. Campa tersenyum.

"Hati-hati ya," ujar Campa. Bella mengangguk, menyambar tangan Campa dan menciumnya, sampai Campa merasa risih karena berasa kaya' guru TK.

"Permisi, Bu..." ujar Bella, lalu berlari kecil ke arah seorang laki-laki yang sepertinya juga mahasiswa karena wajahnya familiar di mata Campa.

Campa mengamati Bella yang berjalan menjauh bersama si pacar sambil bergandengan tangan dengan mesra. Ah... Campa menggelengkan kepala. Yang seperti itu, tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya. Tidak akan pernah.


***


Abi menatap pacarnya, Bella, yang sedang berbicara sambil tertawa-tawa dengan dosen baru yang tampak culun dengan rok kain hitam polos dan kemeja putih, lengkap dengan ransel yang bahkan lebih besar dari badannya. Abi tersenyum geli. Apa ya nggak kejengkang tuh si Ibu karena kebesaran tas. Abi bahkan tidak tahu namanya. Dosen itu baru masuk tahun ini, dan tidak mengajar di kelas-kelas yang diikuti Abi.

"Yuk, Kak Abi! Udah dikumpulin!" Bella menghampiri Abi sambil tersenyum riang. Wajahnya sudah tidak sepucat kemarin-kemarin, mengingat dia baru saja masuk RS.

"Boleh?" tanya Abi.

"Ya bolehlah, kan ada surat dokter. Tapi Bu Campa emang baik sih. Asal alasannya jelas dan terpercaya, ya nggak apa-apa kalau telat ngumpulin tugas," ujar Bella sambil meraih tangan Abi untuk digandeng. Abi mengernyit.

"Bu siapa?" tanyanya lagi, memastikan.

"Bu Campa. Nama lengkapnya Campa Kenanga. Lucu ya!" Bella terkikik.

"Nama yang aneh..." Abi menggelengkan kepala.

"Kak Abi nggak diajar Bu Campa ya?" tanya Bella.

"Nggak. Si Ibu kan baru masuk. Dan beliaunya nggak ngajar angkatan atas deh kaya'nya..."

"Rugiii! Bu Campa ngajarnya enak banget! Kata Bang Dido, teman Kak Abi yang ngulang Faal, dia jadi paham setelah diajar Bu Campa," celoteh Bella.

Abi bergidik sedikit. Faal. Mimpi buruk setiap mahasiswa Psikologi. Faal, dan juga Statistik. Kalau bisa, seumur hidup jangan sampai deh, ngulang dua mata kuliah itu. Bisa insomnia permanen. Abi dapat nilai C untuk Faal, dan nggak ada niat mengulang. Yang penting lulus. Once is more than enough.

"Bu Campa pinteer banget! Dia kan udah PhD, Kak. Dari Southampton. Bidangnya memang neuropsychology, makanya kalau ngajar Faal enak banget..." ujar Bella lagi. Abi hanya mengangguk-angguk.

"Eh, kamu mau makan apa? Laper nih..." Abi mengalihkan pembicaraan.

"Apa aja," jawab Bella.

"Lalapan setan lagi?" Abi mengerling jahil. Bella mendelik.

"Aaaah, Kak Abiii!" teriaknya manja sambil mencubit lengan Abi keras-keras. Abi mengaduh kesakitan sekaligus tergelak puas melihat ekspresi cemberut Bella.

That's why Abi loves Bella, so much. Manjanya menggemaskan.


***



KENANGA (n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang