Author's Note :D
Lebay alert!!! Di part ini, penuh dengan hal-hal lebay mainstream menye-menye. Jadi bagi yang nggak suka, silakan di skip! Hehehehe... Jangan bilang aku nggak ngingetin yaaa... :p
Here, Abi and Campa. Enjoy! :)
___________________________________________
Campa bersiul-siul riang sambil memasukkan mie ke dalam panci. Menyenandungkan lagu entah apa. Hatinya sedang bahagia. Sangat. Dua minggu terakhir, sejak kejadian di Zangrandi, hati Campa memang selalu bahagia. Berbunga-bunga. Setelah hari itu, Campa dan Abi memang jarang sekali bertemu di kampus karena minggu tenang UTS. Kalaupun kebetulan ketemu, saat berpapasan di koridor misalnya, palingan juga cuma senyum. Namun, tidak demikian di dunia perponselan. Abi dan Campa sudah akrab di sana. Mulai sekedar WA ringan seperti selamat pagi dan tidur yang nyenyak, sampai obrolan soal gosip-gosip remeh terkini, bahkan soal topik-topik serius seputar dunia psikologi. Abi dan Campa bisa bicara apa saja. Campa merasa sangat nyaman melakukannya dengan Abi. Dari situ, Campa jadi jauh lebih mengenal Abi. Dan sudah cukup untuk membuat Campa terbang ke awang-awang. Yeah, separah itu.
"Wow. Nggak salah denger nih? Caca? Nyanyi?" tiba-tiba Marina muncul di pintu dapur. Campa menoleh, tersipu malu.
"Ha...Hai, Mar. Mmm, mau mie?" Campa salah tingkah. Marina nyengir.
"Ngeles kamu payah. Ada apa? Tumben, kayanya hepi bener," Marina menatap penuh ingin tahu sambil membuka kulkas raksasa di dapur.
"Nggak ada apa-apa, kok..." bisik Campa lirih sambil mencoba membuka bumbu mie dengan gugup. Akibatnya kecap mie itu tumpah ke samping mangkok. Marina terkekeh.
"Ada hubungannya sama 'cowok ganteng yang sering cari Bu Campa'"? goda Marina jahil.
"Hah? Cowok ganteng apa?" tanya Campa bingung.
"Tuh, ada yang cari kamu di depan. Aku tanya siapa, kata Pak Wawan, 'cowok ganteng yang sering cari Bu Campa'". Aku ketinggalan banyak nih..." Marina mengerling.
Campa terdiam. Abi di depan! Mau apa dia? Jangan-jangan dia telpon, tapi berhubung ponsel Campa ada di kamar, Campa tidak tahu. Sudah sejak habis shubuh Campa ada di lantai bawah. Sibuk dengan koleksi tanamannya yang terbengkalai. Lalu dilanjutkan dengan masak mie karena lapar. Campa langsung merasa panik. Gugup. Kapan yaaa terakhir ketemu Abi? 8 hari yang lalu?
"Gih, sana temuin! Malah bengong!"
"Mie-ku? Aduh, bajuku kotoor," bisik Campa panik.
"Yahhh... Sini, mie kamu buat aku aja! Baju mah nggak apa-apa, masih tetep cakep!" Marina mendorong Campa keluar dapur. Campa berusaha menepis noda tanah yang ada di celananya, tapi gagal. Hh. Campa berjalan ke ruang tamu, dan mendapati Abi sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Hai," Abi tersenyum lebar saat melihat Campa. Ehm, ganteng. Wajah Campa langsung bersemu merah. Ya ampun, Campa kangen sekali sama senyum itu!
Campa melirik penampilan Abi yang sungguh maksimal untuk ukuran jam setengah tujuh pagi di hari Minggu. Rambutnya yang sudah agak panjang tampak rapi, demikian juga kaos hitam dan celana pendek kremnya. Campa langsung merasa minder, melirik pakaiannya yang hanya berupa piama berwarna pink bergambar kelinci yang bernoda tanah di sana-sini. Rambutnya pun hanya dikuncir asal-asalan dengan karet gelang bekas pengikat kotak martabak oleh-oleh dari Marina semalam. Hanya itu karet yang bisa Campa temukan tadi pagi.
"Kamu... Mau apa ke sini?" tanya Campa.
"Kamu sendiri, habis ngapain? Gali kuburan?" Abi tertawa. Wajah Campa semakin merona. Campa tahu, penampilannya berantakan. Tapi, gali kuburan? Sial!
KAMU SEDANG MEMBACA
KENANGA (n)
Romans"Ingat kata Mami, Campa. Kamu harus jadi perempuan yang hebat. Perempuan yang kuat dan tangguh. Perempuan yang tidak akan goyah karena apa pun. Perempuan yang membuat semua laki-laki bertekuk lutut di hadapanmu, tanpa kecuali!"