It's Not About The Money

14.5K 1.9K 145
                                    

Author's Note :D

Monggo, buat cemilan malam...

________________________________________________


Campa menatap Abi yang dengan penuh semangat menyuapkan sesumpit mie ayam ke mulutnya. Itu mie ayam warnanya udah kaya' lokasi pembunuhan saking merahnya, penuh dengan saos dan sambal.

"Jadi?" tanya Campa tak sabar. Mie ayamnya sendiri sudah habis. Sementara Abi masih sibuk dengan mangkok mie ayamnya yang kedua. Heran, perut kok kaya' karung terigu bocor. Nggak penuh-penuh.

"Jadi apa? Sik to. Aku tak habisin ini dulu ya. Laper banget..." Abi meringis. Campa mendesah. Melirik jam tangannya. Dia harus mengajar jam satu. Dan sekarang sudah 12.35. Jangan-jangan Abi emang sengaja, makannya dilama-lamain karena takut diinterogasi!, pikir Campa berburuk sangka.

Sejak semalam bertemu Abi di Indomaret, Campa gelisah. Ngapain sih si Abi, iseng banget kerja kaya' gitu! Bukannya apa, kerjaan itu kan berat. Malam-malam Abi masih sibuk. Kalau kenapa-kenapa gimana, coba! Campa kan cemas.

Abi menandaskan es teh jumbonya, sambil mendesah-desah, kepedesan. Wajahnya memerah, keringatnya bercucuran. Tapi walaupun Abi tampak menyedihkan begitu, entah kenapa di mata Campa dia terlihat cute. Hhh. Sepertinya Campa sudah terinfeksi virus Abi!

"Sudah? Kenyang?" sindir Campa. Abi cengengesan.

"Ya maap... Aku laper, Caa... Dari pagi tadi nggak sempat sarapan. Ketiduran, jadi berangkat ke kampus buru-buru banget soalnya ada quiz TO..."

"Tuh kan. Gara-gara kamu kerja? Kenapa sih, Bi, kamu kerja-kerja gitu segala?" tembak Campa langsung.

"Eeeng..." Abi garuk-garuk kepala. "Anu, Ca..."

Abi menatap Campa yang menyedekapkan tangan sambil menatap Abi tajam. Buset, cantik, pikir Abi ngelantur. Haduh, dijawab apa ya. Semakin dekat dengan Campa, Abi jadi tahu, Campa bisa sangat keras kepala kalau dia mau. Gimana kalau nanti Campa nggak setuju Abi kerja, karena alasannya adalah agar bisa bayarin Campa pas kencan? Bisa gawat.

"Jadi kaan... Aku mau liburan. Iya Ca, aku sama anak-anak mau liburan ke rumah Dido. Jauh tuh, harus naik pesawat. Butuh duit, Ca. Belum lagi nanti kalau di sana kita pengen nyebrang sungai Mahakam naik klotok buat liat pesut... Sewa klotok kan mahal..." Abi berimprovisasi. Padahal dia juga nggak tahu, Dido pulang kampung atau nggak liburan semester ini. Atau berapa biaya sewa klotok. Intinya, ngibul abis.

Campa menyipitkan mata. Membuat Abi salah tingkah. Maap, Ca. Bukannya maksud mau bohong, tapi ini demi kita berdua juga...

"Kamu mau ke Balikpapan?" tanya Campa. Abi mengangguk cepat.

"Iya, pengen aja main. Kalau ke rumah Malik kan udah pernah, ke Bono juga pernah. Ke rumahku apalagi..."

"Bukannya kamu bakalan sibuk skripsi?" tanya Campa lagi.

"Yaaa, kan liburan, Ca. Refreshing," sambar Abi.

"Emang butuh duit berapa buat ke sana?"

"Yaa... Banyak. Pesawatnya aja udah berapa..."

"Pakai uangku aja. Aku bayari. Tapi nggak usah kerja," tandas Campa. Abi mencibir.

"Ih! Nggak mau ah! Emangnya aku apaan, dibayarin segala," omel Abi.

"Tapi nanti kamu sakit, Bi..." suara Campa melunak. Dia benar-benar cemas. Abi jadi tersanjung. Sedikit.

"Kuatir yaaa... Sayang banget ya, Ca, sama aku? Sampe kuatir gitu..." Abi mengedipkan mata genit. Campa mendelik.

KENANGA (n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang