My Pleasure

17.7K 2.3K 294
                                    


Author's Note :D

Yeeeiii, updatenya lumayan cepet! Hahaha... Aku cinta musim hujan yang membuatku terjebak di kampus, nganggur jaya, jadi bisa nerusin cerita... Hehehe...

Oke, sedikit prakata. Jadiii, based on komen2 di chapter2 sebelumnya, rata2 pada protes karena nggak ngerti bahasa Jawa. Nhah, sejak awal, saya emang udah bilang, nggak ada translate, karena saya males. Hahaha... Oleh karena itu, saya mau minta tolong. Kalau kalian tidak paham, silakan komen di baris yang kalian nggak paham. Daan, bagi yang paham, tolong dijawabkan. Karena saya kadang-kadang baca komennya telat. Ini, kalau kata Krishna, namanya simbiosis mutualisme. Lho, apa untungnya buat yang jawab? Untungnya, kalian dapet terima kasih sebanyak-banyaknya dari saya... Hahahahaha...

Jadi gitu ya. Deal? Deal.

Oh ya, saya juga bakalan update cerita ini, kok. Juga cerita lainnya. Tapi ya gitu. Saya ini ibu-ibu dengan dua anak di rumah (tiga kalau bapaknya diitung juga ;p), no maid, dan juga bekerja full-time. Kadang sampe rumah udah tinggal telernya. Boro-boro nulis cerita, korah-korah aja kadang ndak sempat... Jadi mohon sabar ya. Terima kasih untuk pengertiannya.

Sekarang, monggo ini diemplok Abi-nya... Enjoy! :)

_______________________________________


Abi berdiri di depan kelas 204, menunggu Campa selesai mengajar. Di dalam sudah terdengar riuh suara anak-anak ayam, sebutan untuk maba, menandakan kuliah sudah berakhir. Campa bisa keluar kapan saja. Abi sudah siap memamerkan senyumnya yang dianggapnya paling memikat.

Pintu kelas terbuka, anak-anak ayam menghambur keluar sambil berkotek riang. Sebagian dari mereka, terutama yang berjenis kelamin perempuan, melirik penasaran campur mupeng ke arah Abi yang berdiri bersandar di dinding koridor di depan kelas. Abi mengacuhkan mereka, tatapannya fokus menunggu Campa muncul. Namun sampai anak ayam terakhir keluar, Campa belum juga terlihat. Abi termangu. Mengintip ke kelas yang kosong. Tidak ada Campa. What the...? Kemana dia? Masa iya Campa lompat jendela???

"Kak Abi, cari siapa?" sebuah suara terdengar. Di ujung kelas, seorang mahasiswa culun berkacamata menatap Abi yang bengong.

"Bu Campa, kemana?" tanya Abi.

"Tadi sih masuk sebentar, tapi katanya ada perlu. Kita dikasih tugas kelompok, terus langsung diskusi, dan Bu Campanya pergi. Ini barusan dikumpulin sama ketua kelas ke meja Bu Campa," jawab mahasiswa itu. Abi menggerutu kesal. Astaga. Campa kabur!

"Oh. Oke, thanks ya," ujar Abi yang disambut anggukan pelan si mahasiswa.

Abi berjalan sambil meneruskan gerutuannya. Gagal deh acara makan siangnya! Padahal Abi udah bela-belain nyolong duit jatah bulan depan di ATM, demi mentraktir Campa makan siang di tempat yang lumayan, biar bisa ngobrol panjang. Huh! Siapa juga yang sangka si Ibu Dosen yang terhormat malah kabur! Ooh, jadi nantangin nih! Belum tahu dia, siapa Abi! Nggak ada cewek yang bisa kabur dari Abi!

"Rupamu lho, Bi," sambut Dido saat Abi kembali ke amben dengan muka ditekuk.

"Gak jadi makan siang?" tanya Bono yang sedang tidur-tiduran dengan pose yang dianggapnya menantang. Menantang untuk ditimpuk sendal, maksudnya.

"Bon, udhelmu i lho! Nggilani iki!" omel Malik.

"Ih, biarin! Udhel udhel gue, kenapa lo yang sewot!" balas Bono menyebalkan.

Malik mendesah. Susah mah ngasih tau Bono! Malik berpaling ke arah Abi yang terdiam dan duduk di amben.

"Kenopo, Bi? Gak sido kencane?" tanya Malik.

KENANGA (n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang