Author's Note :D
Wis lah selak kesuwen. Baca saja, hahaha! Mumpung update. Jiaaah!
Monggo disekecak'aken.
_________________________________________________
Campa benar-benar tidak menyangka, kalau Dokter Anggani yang harus dia temui pagi ini adalah Anggani yang sama dengan perempuan berjilbab yang dikenalkan Abi sebagai kakaknya beberapa waktu yang lalu. Dunia sangatlah sempit. Campa menggigit bibirnya, gugup setengah mati.
"Ibu Campa ya? Silakan duduk, Bu," Dokter Anggani berdiri dari kursi putarnya dan mempersilakan Campa untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Ruangan kepala Puskesmas Tambakrejo.
"Mohon maaf, Dokter Arif selaku kepala Puskesmas ini sedang ada kegiatan di luar, sehingga menyerahkan tanggung jawab untuk menangani acara di Psikologi kepada saya," Dokter Anggani mengulurkan tangan, yang cepat-cepat dijabat oleh Campa dengan tangan sedikit gemetar.
"Saya Anggani. Saya yang menangani Poli Gigi di Puskesmas ini," Dokter Anggani tersenyum.
"Saya Campa dari Psikologi. Saya yang bertanggung jawab untuk acara pemeriksaan anak," Campa balas tersenyum. Sedikit lega karena sepertinya Anggani lupa kalau Campa adalah pacar adiknya. Fiuuuh.
"Oke, Ibu Campa. Apa yang bisa saya bantu? Biasanya kami bekerja sama untuk klinik gigi anak dengan FKG. Baru kali ini dengan Psikologi," Dokter Anggani menatap Campa.
Campa menghela napas, lalu mulai menjelaskan konsep acara pemeriksaan umum anak sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam PsychoFestive, peringatan ulang tahun Fakultas Psikologi. Bahwa tema acara tahun ini adalah "Sehat Tubuh, Sehat Jiwa". Pemeriksaan gigi dan juga fisik secara umum dilakukan sebagai penunjang dalam kegiatan tersebut. Dokter Anggani tampak tekun mendengarkan penjelasan Campa sambil sesekali mengangguk-angguk.
Tak terasa sudah hampir satu jam Campa membicarakan kegiatan itu. Mulai dari konsep acara, sampai waktu pelaksanaan, dan tetek-bengek lainnya. Dokter Anggani menulis cepat di binder kecil pink, lalu menatap Campa.
"Oke, sudah saya catat semua. Nanti akan saya bahas dulu dengan rekan saya. Saya akan kabari Ibu Campa secepatnya," Dokter Anggani menutup bindernya.
"Terima kasih, Dok. Saya tunggu kabarnya," Campa berdiri dan mengulurkan tangan. Dokter Anggani ikut berdiri dan menjabat tangan Campa.
"Saya antarkan ke depan," Dokter Anggani menjajari langkah Campa ke luar ruangan.
Campa berjalan ke arah tempat parkir yang tidak jauh, dengan Dokter Anggani berjalan dalam diam di sampingnya. Campa mematikan alarm mobilnya.
"Saya pamit dulu, Dok. Sekali lagi terima kasih," Campa menoleh ke arah Dokter Anggani, dan mendapati Dokter Anggani tengah menatapnya.
"Ini out of topic sih, Bu Campa. Karena kita sudah di luar bangunan puskesmas, saya ingin menanyakan sesuatu yang pribadi. Saya hanya ingin tahu, apa yang membuat Bu Campa mau pacaran sama Abi? Dia jauh lebih muda, dan... Yah. Saya pikir Ibu saya juga akan menanyakan hal yang sama, kalau beliau sampai tahu."
Campa terpaku. She knows! Oh. My. God. Dada Campa langsung terasa sesak seketika.
"Itu... Anu..." Campa tergagap. Menatap nanar ke arah Dokter Anggani sambil menggigiti bibirnya.
"Maaf kalau pertanyaan saya mengganggu. Lupakan saja. Saya berharap ini tidak menghambat kerjasama kita. Hati-hati di jalan, Bu Campa," Dokter Anggani menatap Campa tanpa senyum, lalu berbalik meninggalkan Campa yang masih berdiri diam di samping Mini Cooper-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENANGA (n)
Romance"Ingat kata Mami, Campa. Kamu harus jadi perempuan yang hebat. Perempuan yang kuat dan tangguh. Perempuan yang tidak akan goyah karena apa pun. Perempuan yang membuat semua laki-laki bertekuk lutut di hadapanmu, tanpa kecuali!"