Blood-Brain Barrier

18.5K 2.4K 259
                                    

Author's Note :D

Jumpa lagiiii... *nyanyi ala Meissy* ;p

Jadiii, ceritanya. Di part sebelumnya banyak yang protes kenapa kok ndak ada translate-nya. Masalahnyaaa, kalau ditranslate ituuu, soul-nya ilaaang! Hahaha... Jadi yaaa, dinikmati saja lah yaaa... :D Bahasa Jawanya ndak susah, bukan kromo Inggil. Insya Allah kalau di-google ada kok... Hehehe... Semangaaat!

Monggo, disekecak'aken. :D

______________________________


"Pagi, Bu..."

"Pagi, Bu Campa..."

"Selamat pagi, Bu..."

Berbagai sapaan menyambut Campa saat dia memasuki lobi gedung kampus. Campa hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai balasan. Bukannya sombong, hanya saja Campa terlalu malu untuk menjawab, entah kenapa.

Campa sedang melewati salah satu ruang kelas, saat tiba-tiba hempasan sesosok tubuh membuatnya terhuyung, dan sialnya, karena ranselnya terlalu berat, posisi Campa jadi tidak seimbang. Dan selanjutnya sudah bisa diduga, Campa jatuh terjengkang, membuat kepalanya membentur lantai koridor. Campa refleks memejamkan mata, merasa sangat kesakitan. Astaga!

"Ya ampuuun, Ibu! Maaf Bu, maaf! Aduh tapi saya nggak bisa nolongin, udah nggak kuat, Bu!" terdengar suara teriakan disusul suara langkah yang berlari menjauh.

"Dasar Bono gila!"

"Ibu nggak apa-apa?"

Sebuah suara terdengar panik, sekaligus lembut di telinga Campa. Campa mendesah. Lengkap sudah. Campa hafal suara ini. Ini suara Abi. Dari semua kelas, dan Campa harus terjengkang di depan kelas Abi. Sempurna.

Campa bisa merasakan wajahnya memerah. Malu setengah mati. Pura-pura pingsan sepertinya ide yang cemerlang.

"Ibu? Bu Campa?" suara Abi terdengar semakin panik karena Campa tidak juga membuka mata.

"Semaput kethok'e, Bi..." suara lain menyahut. Dari aksen anehnya, Campa menduga ini pasti Dido.

"Gotong aja ke dalam, masa dibiarin di depan kelas gini," suara lain yang tidak dikenal Campa menyahut. Campa terhenyak. Apa? Digotong?

"Kamu yang gotong, Bi! Kamu kan yang badannya paling gede!"

"Hah? Kok aku? Dido tuh, yang lebih besar!"

"Aku durung sarapan yo, gak kuat!"

"Lha mbok pikir aku uwis?"

"Halah, lha pecel mau iku opo lek duduk sarapan?"

"Jasik! Pecel sak ndulit thok!"

"Heh, malah tukaran! Gotong kuwi! Geblek kabeh! Ndang cepet!"

Jujur saja, Campa tidak terlalu paham apa yang mereka pertengkarkan. Campa tidak bisa bahasa Jawa. Tapi dari nadanya, sepertinya mereka berebut untuk tidak menggotongnya. Tapi apa mau dikata, mau bangun kok rasanya ya gimanaaa gitu, udah terlanjur pura-pura pingsan begini. Lagipula, kepalanya terasa sangat nyeri. Benjol ini pasti...

Sesaat kemudian, Campa merasa badannya diangkat. Ya Tuhan! Siapa yang akhirnya menggotongnya? Semoga bukan Abi! Atau justru... Semoga Abi? Aaaaaarghh! Rasanya Campa jadi ingin pingsan betulan...

"Kursi, kursi!" Campa mendengar orang yang menggendongnya berbicara. Abi. Ternyata benar Abi. Campa tidak tahu, harus senang atau bagaimana... Rasanya sangat aneh... Dan... Campa menghirup napas dalam-dalam. Ya Tuhan! Badan Abi wangi... Campuran antara bau Downy Lavender (Campa tahu karena Campa juga pakai ini untuk baju-bajunya) dan sabun Dettol warna kuning (ada anak kos Campa yang pakai ini dan baunya selalu tertinggal setiap dia selesai mandi).

KENANGA (n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang