Ketika semuanya hilang, meninggalkanku satu-persatu...Aku melihat kegelapan dihadapanku...
Seketika aku digeluti rasa ketakutan, kecemasan, dan keraguan...
Kepada siapa aku bisa bersandar?
Dimana aku bisa tinggal dengan tenang?
Bagaimana cara agar hidupku diselimuti kebahagian?
Tetesan air itu.. air mata itu.. jatuh kembali...
Aku tidak mampu menahan air mataku...
Bagai mata ditusuk ribuan duri mawar, hatiku terasa mencekat...
Aku takut...
Aku sangat takut...
"Kau tidak seharusnya dilahirkan! Kau tidak sepantasnya hidup! Kau lebih pantas dilahirkan untuk menjadi api! Api Neraka!" Seorang lelaki berteriak keras didepan anak gadis yang berumur sepuluh tahun. Anak gadis itu meremas jari-jarinya dengan kuat, menggigit bibir bawahnya sehingga menimbulkan jejak putih. Rambut kepangnya sudah tidak berbentuk lagi. Pakaian putihnya sudah lusuh. Bagian pipinya yang seharusnya timbul berwarna merah padam, kini timbul lebam biru dipipinya.
"Aww.." Anak gadis itu meringis saat satu tinjuan mengenai pipi kanannya. Anak gadis itu tersungkur dilantai yang tidak terawat. Kedua bola mata birunya sudah terlihat sangat sembab. Ia sangat ketakutan.
"Kumohon James, hentikan pukulanmu. Itu sangat sakit." Air mata itu mengalir kembali. Tangan mungilnya mengusap pelan pipi kanannya yang sudah mulai timbul lebam biru.
"Itu tidak seberapa anak bodoh! Setelah kau dilahirkan, keluargaku hancur! Hancur! Tidak sepantasnya kau dilahirkan di dunia ini! Rasa sakit yang kuberikan padamu, tidak seberapa dengan rasa sakitku setelah kedua orangtuaku berpisah. Aku jatuh miskin! Semua karena kau!!" Lelaki itu menendang betis anak gadis itu. Anak gadis itu teriak keras, merasa kesakitan. Terasa tulang kakinya akan patah sebentar lagi.
"Tapi aku tidak mengetahui semuanya, Kak!. Jika aku tahu bahwa kau akan merasa sakit hati karena kehadiranku, aku akan meminta pada Tuhan agar aku tidak terlahir ke dunia ini." Gadis itu terisak penuh peluh. Nafasnya sudah tidak beraturan lagi.
Kemudian lelaki berumur duapuluh tahun itupun pergi meninggalkan anak gadis itu sendiri.
Apa semuanya berawal saat aku tercipta didunia?
Apa aku membawa kesialan bagi mereka yang berada didekatku?
Ketika mereka tersakiti olehku, apa aku tidak pantas mendapatkan kebahagian didunia?
Apa memang aku tak sepantasnya hidup?
Aku memang terlahir sebagai anak haram
Jika aku pantas untuk hidup didunia ini, maka aku harus bergantung pada siapa?
Ibuku? Tidak, dia sudah meninggalkanku sejak 12 tahun lalu.
Ayahku? Tidak mungkin, sejak aku lahirpun, aku tidak pernah melihatnya.
Kakakku? Tidak akan! Aku sudah sangat takut dengannya, semenjak kejadian 10 tahun lalu.
Saudara-saudaraku? Aku tidak mengetahuinya, malah aku berfikir, aku tidak mempunyai saudara.
Kemudian pada siapa aku bergantung? Jika didunia ini aku masih berhak mendapatkan kebahagiaan? Tubuhku menegang, nafasku memburu, jantungku berdetak begitu cepat, perlahan fikiranku tertuju pada satu nama,
Justin Bryson, "suamimu, Ashlyn Bryson."
Tidak Mungkin!!
Aku tersentak dari tidurku, keringat membanjiri kening dan tubuhku. Padahal, pendingin ruangan sudah lumayan dingin. Nafasku masih terdengar tidak beraturan. Aku melirik jam weker berukuran sedang berada diatas laci kecil yang berada disebelah kasurku, jarum-jarum masih menunjukkan pukul tiga pagi. Aku mendesah kasar, telapak tanganku mengusap keningku yang penuh dengan keringat sambil memejamkan kedua mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings Of Love [Justin Bieber]
RomanceKemudian pada siapa aku bergantung? Jika didunia ini aku masih berhak mendapatkan kebahagiaan? Tubuhku menegang, nafasku memburu, jantungku berdetak begitu cepat, perlahan fikiranku tertuju pada satu nama, Justin Chase Bryson, "suamimu, Ashlyn Amy B...