Bagian 4

277 29 12
                                    


Hari ini aku mengunjungi sebuah taman yang berada di pusat kota New York. Entah mengapa rasanya aku ingin sekali ke taman kota. Bosan jika harus terus-menerus mengunjungi mall. Taman kota saat ini terlihat sangat ramai, tidak seperti biasanya. Banyak diantaranya anak-anak yang sedang bermain dengan ayahnya yang dipenuhi keceriaan mereka masing-masing. Sekelibat aku malah membayangkan jika itu Justin dan anak kami. Aku menggelengkan kepalaku. Mana mungkin aku akan memiliki anak. Bahkan harapan untuk mempunyai anak dari Justinpun sama sekali tidak ada. Sangat mustahil jika aku mempunyai anak darinya. Melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan oleh para suami-istri, tidak pernah kami lakukan satu tahun penuh. Kami tidak mempunyai rasa cinta sama sekali. Aku tahu semua ini memang salah. Tapi memang ini sudah seperti garis takdirku yang tidak dapat diubah-ubah. Terkadang aku berfikir bahwa Justin mencintai wanita lain. Aku yakin, wanita yang Justin cintai, wanita yang paling cantik. Dadaku sedikit terhenyak ketika memikirkan bahwa aku tidak mampu mengambil hati Justin.

    Tiba-tiba seorang lelaki bertopi hitam yang sedikit tertutupi wajahnya, duduk disampingku tanpa meminta izin terlebih dahulu padaku. Aku sedikit memiringkan tubuhku agar tidak terlalu dekat dengan pria itu. Kemudian Ia melepaskan topi hitam dari kepalanya. Mataku membulat ketika orang yang kudapati sekarang berada disampingku.
    "Kau?" Ujarku terkejut. Sambil jari telunjukku mengacung didepan wajahnya.

Ia tersenyum padaku, seketika lesung pipinya menghiasi wajah tampannya.

    "Hai" sambil jarinya membenarkan rambut coklatnya.
"Aku sangat terkejut kau ada disini". Aku tertawa ringan sambil menggeleng pelan.
"Apa aku istimewa? Hingga membuatmu terkejut?" Aku menatap wajahnya, ia menampakkan wajah menggodanya. Entah kenapa, pria ini sangat manis dimataku. Membuatku sedikit kagum padanya.
"Kau berlebihan" Ucapku. Tawa kami masih terlampir saat kami berbincang-bincang.
"Kita berbicara sejauh ini, tapi kita belum mengenal satu sama lain." Katanya.
"Yaampun, aku baru ingat," aku terkekeh pelan sambil menepuk jidatku, "Aku Ashlyn, dan kau?"
"Aku Thomas" Lalu kami berjabat tangan sambil terus tersenyum.

-0o0o0-

    Saat aku memasuki ruang tamu, kudengar samar-samar suara air dari kolam renang. Siapa yang berenang malam-malam dingin seperti ini. Kulangkahkan kakiku menuju kolam. Aku seperti maling dengan jalan mengendap-ngendap. Aku bersembunyi dibalik pintu kaca yang membatasi kolam renang dengan ruang tamu. Kutengokkan kepalaku sedikit untuk memastikan siapa yang berenang malam-malam seperti ini. Pikiran negative terus bermunculan. Bagaimana jika pencuri yang menumpang berenang di rumah Justin. Ah, pikiran yang tidak masuk akal. Aku terus menyipitkan kedua mataku untuk menegaskan siapa orang itu. Tapi aku tidak melihatnya sama sekali. Atau mungkin itu hantu? Yatuhan aku sangat takut jika itu hantu. Aku semakin mencodongkan kepalaku untuk terus memastikannya, karena rasa penasaranku terus mendorongku. Air di kolam itu tetap terlihat tenang, seperti tidak terisi apapun. Saat aku terus menegaskannya, sebuah kepala muncul dari permukaan air. Aku terhenyak kaget, hingga aku mundur beberapa langkah kebelakang. Tubuhku menabrak meja yang terbuat dari kayu jati dengan suara decitan antara kayu dan lantai, sampai bunga plastik yang berada diatasnya jatuh ke lantai. Dengan reflek aku menutup kedua telingaku dengan telapak tangan.
"Ashlyn?" Ujar seseorang yang berada dikolam renang. Ketika itupun aku langsung melangkahkan kakiku menuju kolam. Kulihat Justin memperhatikanku dari bawah kolam renang. "Kau baru pulang?" tegurnya. Aku hanya diam berdiri mematung melihat Justin. Ia beranjak dari kolam melewati tangga kolam, kemudian dia menghampiriku dengan, basah. Kedua bola mataku terus memperhatikan tubuhnya yang kekar dengan tato-tato yang menghiasi tubuhnya. Berpikir, kapan aku dapat menyentuhnya?. Kugelengkan kepalaku, membuang fikiran-fikiran kotor yang terselip di otakku.

"Aku bertanya padamu." Ia makin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Mebuatku sedikit menahan nafasku.
"Bisakah kau tidak terlalu dekat denganku, kau sedang basah." Kujetikan jari telunjukku kearah dadanya. Yatuhan! Aku menyentuhnya!.
"Lalu kenapa? Apa kau tidak ingin basah bersamaku?" Apa? Apa maksudnya?. Aku menatap mata karamelnya yang lebih tinggi dariku. Nafasku semakin memburu, tubuhku juga bergetar. Entah efek apa ini, kalau memang aku berada didekatnya, aku akan seperti ini.
"Lagipula kau juga belum mandi." Ucapnya datar. Lalu Ia menjauhkan tubuhnya dariku. Langkahnya menuju kursi yang berada di tepi kolam dengan meminum jus jeruk miliknya.
"Aku ingin kita berenang bersama." Katanya tiba-tiba.
"Kau gila! Ini sudah malam." Aku menatapnya dengan nada protes.
"Apa salahnya jika berenang dimalam hari?"
"Itu sangat dingin Justin. Aku tidak suka berenang malam hari." Aku mulai beranjak pergi meninggalkan kolam, sebuah tangan menahan tanganku. Kepalaku menoleh kearah belakang, kudapati Justin yang menahan tanganku.
"Kau harus berenang bersamaku. Jangan membantah." Justin berbisik, membuat tubuhku merinding. Seperti terhipnotis, perlahan aku anggukan kepalaku.
"Aku tunggu." Ucapnya datar. Dengan cepat aku meninggalkan kolam, menuju kamar untuk menyalin bajuku.

Feelings Of Love [Justin Bieber]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang