Bagian 3

213 29 3
                                    




"Sudah kukatakan, dengarkan kata-kataku!" teriaknya lebih lantang. Sedari tadi aku hanya menundukkan kepalaku. Aku duduk di pinggir ranjang. Jari-jariku terlihat sangat pucat. Aku benar-benar tidak mampu menatap Justin yang kini berdiri di hadapanku. Sesekali Ia meremas rambut emasnya, terlihat seperti orang frustasi.

    "Untung saja aku tidak datang terlambat. Jika iya, kau akan diperkosa habis-habisan oleh para pria jalanan itu." Aku menggigit bibir bawahku hingga menimbulkan warna putih disekitarnya. Aku mendongakkan kepalaku dan menatap kearahnya.

    "Aku menyesal" Ucapku asal padanya. Lalu kudengar Ia membuang nafasnya dengan kasar. "Aku tidak tahu jika akan terjadi seperti ini." Lanjutku dengan suara yang parau. Aku benar-benar takut pada Justin.

    "Kenapa sekarang kau berani membantah kata-kataku?!" Ia berteriak diwajahku, hingga aku menahan nafas beberapa detik. Bibirku terkatup rapat dan kedua mata terpejam.

Perlahan aku membuka mataku, menatap kedua mata karamel dengan lekat.

    Meneguk air liurku perlahan, "Aku hanya ingin kebebasan Justin. Satu tahun diikat dengan semua peraturanmu, membuatku tersiksa. Aku hanya ingin berkehidupan normal seperti orang-orang lainnya. Aku ingin mencari kesenanganku Justin, hanya itu. Tapi ternyata semuanya percuma, aku memang tidak pantas mendapatkan kesenanganku." Mataku berbinar-binar sekarang, ingin menumpah semua air hangat yang menggumpal di bola mataku. "Lagipula ada apa denganmu? Mengapa kau tiba-tiba perduli denganku?" tanyaku spontan. Kulihat matanya membulat kearahku. Wajahnya semakin mendekat kearah wajahku. Nafasku tercekat saat wajah tampannya sangat dekat padaku.

    "Apa ada yang salah? Aku suamimu. Wajar saja jika aku perduli padamu. Walaupun tanpa ikatan cinta." Ia makin mendekatkan wajahnya. Aku mulai memundurkan tubuhku hingga aku berada ditengah ranjang kami. Justin perlahan merangkak mendekat kearahku. Respon dari tubuhku benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Aku sangat gugup jika selalu berdekatan dengan Justin. Ia sudah berada diatas tubuhku, mengunci tubuhku dengan kaki dan kedua tangannya. "Aku tidak segan-segan melakukan sesuatu padamu, jika kau melanggar kata-kataku." Suaranya terdengar sangat tajam ditelingaku. Kemudian kepalanya tercondong kedepan dan mendekat ke telinga kiriku, "Jika kau ingin kebebasan, kau harus tetap bersamaku. Mengerti?" Ia menjauhkan tubuhnya dari tubuhku. Nafasku mulai terasa teratur. "Jangan pernah mengajakku bermain, Ms. Bryson." Lanjutnya.

    "Apa maksudmu?" tanyaku dengan bodoh.

    "Kau akan kalah jika bermain-main denganku." Ia menatap tajam padaku. Justin menempatkan tubuhnya di sisi ranjang untuk mengambil posisi ternyaman untuk tidur malamnya dengan posisi masih terduduk. "Kau hanya terus mengikuti semua yang aku katakan. Aku tidak suka dibantah, aku tidak suka jika seseorang melanggar kata-kataku, dan aku tidak ingin kaulah orang yang selalu melanggar semua aturanku. Jika suatu saat kau melanggar lagi, aku tidak segan-segan menghukummu. Kau mengerti?" Kemudian Justin mengambil posisi tidurnya dengan tubuhnya yang membelakangiku. Keringat didahiku tidak hentinya mengeluarkan keringat dingin.

Aku menganggukkan kepalaku perlahan, "Ya, Aku mengerti." Aku tidur disampingnya.

Tak lama kudengar suara gemanya, "good girl". Aku menghela nafas kasar. Aku tahu, tidak seharusnya aku melanggar kata-kata Justin. Aku paham dia, aku mengetahuinya walau tak lebih. Justin tidak pernah meremehkan semua yang Ia katakan.

-0o0o0-

    Keesokan paginya aku terbangun dari paparan sinar matahari yang tembus dari gorden-gorden putih. Terkadang terdengar suara siulan dari beberapa burung. Mataku perlahan terbuka untuk menyesuaikan silaunya pagi ini. Aku meregangkan kedua tanganku keatas, untuk merilekskan tubuh yang sedikit tegang. Kulirik pandanganku kesampingku untuk melihat Justin. Aku sedikit terhenyak, hari sudah mulai siang. Jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi. Tapi mengapa Ia belum bangun untuk pergi berangkat ke tempat kerja. Aku memposisikan diriku setengah duduk, tangan kananku menggoyang-goyangkan tubuh yang dibaluti piyama miliknya.

Feelings Of Love [Justin Bieber]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang