Aku siapa? Tentu saja itu menjadi pertanyaan pertama bagi kalian.
Baiklah, perkenalkan namaku adalah Elakhr. Nama lengkapku? Kurasa kalian tidak perlu tahu, karena yang jelas ini bukan kisahku, melainkan kisah dari para gadis cantik di sekolah internasional Wardenlicht, salah satu distrik di pulau artifisial Atlantis.
Kalian ingin tahu tentang Atlantis atau ketiga gadis itu dulu? Hmm, kupikir aku perlu sedikit menjelaskan tentang keadaan duniaku saat ini. Dunia yang bisa kalian sebut sebagai Utopia, kebalikan dari Dystopia.
Di sini, di dunia ini, perdamaian bukanlah kata-kata semu yang dikumandangkan para pemimpin, perdamaian benar-benar nyata tanpa kepalsuan. Karena itulah semua hal menjadi lebih mudah, peraturan di taati dengan baik dengan perhitungan matang dan seimbang untuk semua pihak.
Terdengar seperti mimpi bukan? Tentu saja, karena banyak kisah menceritakan tentang masalah, tapi kalian tidak akan menemukan masalah besar disini. Bukan berarti tidak ada masalah sama sekali, karena masalah itu diperlukan, hanya saja masalah yang ada bukanlah masalah yang menyangkut nyawa atau semacamnya. Ini hanyalah kisah kecil, masalahnyapun juga kecil.
Oke, kembali ke cerita ini. Aku adalah salah satu siswa di sekolah internasional Wardenlicht yang sudah masuk ke tahun kedua, usiaku tujuh belas tahun, sama seperti ketiga gadis yang akan kuceritakan disini.
Kenapa harus mereka? Tentu saja karena mereka 'berbeda' dengan mayoritas murid di sekolah ini, mereka bisa menghidupkan suasana membosankan dengan tingkah mereka dan hal-hal baru yang mereka datangkan entah dari mana.
Kuakui, damai bukan berarti menyenangkan, karena kedamaian itu membuat hidup terasa monoton. Andai saja tidak ada mereka bertiga, mungkin saja hidupku akan seperti kertas putih yang diberi coretan lurus berwarna hitam, teratur tanpa warna.
"Kau, berhenti!!!" teriakan dari pak Rummels, guru olahraga kami yang super garang, membuatku menengok ke koridor sekolah. Aku yang sudah berada di kelas langsung menengok keluar, kebetulan tempat dudukku dekat dengan dinding bagian dalam yang berbatasan langsung dengan koridor.
Seorang gadis berhenti di depan pintu kelas 11-1, aku dapat melihat dengan jelas siapa gadis itu. Seorang gadis yang berwajah blasteran Asia timur-Eropa, rambutnya bergelombang halus dan terlihat berkilau diterpa cahaya dari luar jendela. Gadis itu berdiri diam sambil menunduk menghadapi si guru galak.
"Apa yang kau pakai itu, Akkarin?" pak Rummels menunjuk pita berbentuk kelinci yang terpasang di rambutnya.
"Jepit rambut," jawab Akkarin dengan hormat.
"Peraturannya sudah jelas kan? Dilarang memakai aksesoris berlebihan di kelas," pak Rummels menatap Akkarin tajam. Yang ditatap hanya mendongak lalu mengangguk pelan, Akkarin melepas jepit rambutnya lalu memasukkan jepit itu ke dalam saku.
Entah datang dari mana, dua gadis yang berniat memasuki kelas Akkarin melewati pak Rummels tanpa memberi salam. Mata Akkarin dan pak Rummels sama-sama melihat si gadis berambut pendek sebahu yang lewat sambil bersiul itu. Wajahnya elegan khas Britania dengan penampilan yang kurang rapi, sebagian bajunya tidak dimasukkan ke rok dengan benar.
Satu lagi adalah gadis yang berambut hitam legam, lurus dan panjang. Gadis itu tetap terlihat cantik menawan meski mempunyai kantung mata hitam. Pandangannya selalu datar, ekspresi malas dari gadis itu sangat khas, bahkan wajahnya tetap datar saat pak Rummels memanggilnya bersama si gadis berambut pendek.
"Zoey Black, Gekko Hakai, kesini kalian!"
Aku tidak bisa berhenti kagum dengan Gekko si ratu salju, menghadapi pak Rummels yang dikenal sebagai guru yang galak, ekspresinya tetap sama, datar tanpa ekspresi.
"Apa itu?" pak Rummels menunjuk sesuatu di kepala Zoey dan Gekko, mereka sama-sama memakai jepit rambut yang identik dengan jepit rambut milik Akkarin.
"Tenang saja pak, ini bukan alat perekam kok, ini hanya penjepit rambut," jawab Zoey yang tidak suka dicurigai. Ya, itulah dia si ratu sarkas yang merasa dirinya selalu diincar organisasi tertentu.
"Hn," Gekko mengangguk sekali seperti orang malas.
"Kalian ini...," ceramah dari pak Rummels belum sempat meluncur karena bel masuk berbunyi nyaring. Pak Rummels menghela nafas lalu memberi pesan. "Jangan memakainya ketika di kelas."
"Baik pak," jawaban Akkarin mewakili Gekko dan Zoey yang tidak memberi respon. Pak Rummels segera pergi dari tempat itu menuju ruang guru.
Akkarin memberi senyum pada Zoey dan Gekko, mereka masuk ke kelas mereka dan hilang dari pandanganku. Lagi-lagi si ratu logis Akkarin membawa keberuntungan bagi kedua sahabatnya yang nyentrik itu.
Oh, apakah kalian penasaran dengan kisah mereka? Bersabarlah, aku akan menceritakannya...
<a/n>
welcome to my fantasy world!
cerita ini merupakan cerita tunggal, meski bergenre teen-fict tapi tidak lepas dari fantasy
sebenernya udah lama pengen buat trio cewek watty favoritku ini, tapi baru kesampean sekarang xD
untuk yang belum mengetahui characternya:
Gekko Hakai (Hidden Assassin) by pepperrujak
Zoey Black (The Crazy Destiny) by Alicehaibara
Akkarin a.k.a Dark (The Bound of The Mask) by Aninsanepenulis merasa sangat berterima kasih, berkat ketiga chara ini, penulis mulai bersemangat memasuki dunia orange dan bisa terus menulis sampai saat ini xD
well then, be a good reader and i will be a good writers :D
;metz
18 10 15
KAMU SEDANG MEMBACA
TriGalz
Novela JuvenilAku bukan seorang pembawa cerita yang baik, meskipun begitu, aku ingin menceritakan kisah tentang tiga gadis cantik dan... aneh? Ya, mereka bertiga adalah para ratu di sekolah kami, Wardenlicht International School, sekolah yang berisi murid-murid b...