Trouble? No problem...

803 90 8
                                        

Penerimaan murid baru sekolah internasional Wardenlicht, pulau artifisial Atlantis

Bayangkanlah, sebuah daratan bernama Atlantis yang seluas pulau Borneo di tengah samudera Pasifik, tercipta dari hasil tangan karya manusia. Apakah itu mungkin? Tentu saja mungkin di duniaku sekarang.

Entah sudah berapa ratus tahun berlalu sejak peperangan terakhir dan terbesar umat manusia yang hampir menghapuskan eksistensi Bumi itu sendiri, dan dimulainya era penuh perdamaian yang sarat akan teknologi tinggi. Aku lahir di dunia ini, dunia yang luar biasa dengan banyak hal yang juga luar biasa. Dunia dimana teknologi dan sihir menjadi satu, dunia khayalan yang sangat indah bagi manusia di masa lalu.

Dan lagi, sungguh keberuntungan besar bagiku karena di anugerahi 'sesuatu' yang bisa membuatku masuk ke sekolah internasional Wardenlicht, distrik akademisi di pulau artifisial Atlantis. Yup, sekolah khusus untuk anak-anak berkemampuan spesial. Sekolah untuk melatih kehidupan bersosial anak-anak yang suatu saat menjadi penjaga dunia penuh perdamaian ini.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di tahun pertamaku, aku datang cukup pagi dengan semangat yang menggebu. Bagaimana tidak? Meski kekuatanku hanya kekuatan kecil yang lemah, setidaknya kemampuanku mencukupi untuk masuk ke sekolah khusus ini.

Mau tahu kemampuanku? Hehe, meski tidak bisa kubanggakan, nama kemampuanku adalah Mimicry, kemampuan untuk 'meniru' apapun yang kuketahui. Kelemahannya adalah, efek peniruan itu hanya 10% dari efek sebenarnya. Dan sampai sekarang aku masih belum dianggap penyihir atau esper.

"Kalian berdua, cepat kemari," seorang guru bertampang garang yang kuketahui bernama Rummels Horgen menjadi penjaga gerbang. Dia menghentikan dua gadis yang akan memasuki gerbang.

Mungkin ini cerita flashback saat aku baru masuk sekolah di tahun pertama, tapi kurasa tidak perlu mengenalkan dua gadis itu lagi. Ya, mereka adalah dua gadis yang masuk kategori 'tercantik' sekaligus 'teraneh' di sekolah ini, Gekko dan Zoey.

Bagaimana tidak, mereka murid baru yang berpenampilan paling 'berbeda'. Lihatlah Gekko, bukannya memakai seragam, Gekko malah memakai pakaian ala Jepang yang rapat menutupi tubuhnya. Dan Zoey? Persis seperti back-packer dengan tas ransel besar dan baju petualang plus sepatu boots lumpur.

Pak Rummels sepertinya ingin mengomel saat satu siswi lagi berlari kencang dengan rambut acak-acakan lalu menabrak punggung guru berperawakan besar itu. Tubuh kecilnya terpental, pak Rummels yang berdiri diam seperti tertabrak boneka beruang berukuran manusia, tidak terpengaruh sama sekali! Pak Rummels berbalik.

"Ma-ma-maaf, maaf pak, maaf karena telat!" gadis itu adalah cewek tercantik ketiga yang berurusan dengan pak Rummels pagi ini, Akkarin. Dia segera berdiri lalu membungkuk untuk meminta maaf, seragamnya benar-benar berantakan dan di mulutnya masih ada separuh roti sandwich.

"Telat? Sekarang masih pukul setengah tujuh," pak Rummels menyipitkan sebelah matanya.

"Eh... eeeehhh?!" Akkarin segera mengambil hape dari sakunya, setelah melihat waktu di hape, Akkarin hanya meringis lalu kembali membungkuk pelan. "Maaf, hehe."

"Baiklah, sepertinya kau hanya salah melihat jam," pak Rummels berbalik untuk kembali berbicara pada Gekko dan Zoey. "Sekarang untuk kalian... heeh?"

Pak Rummels terbelalak saat melihat Gekko dan Zoey sudah memakai seragam sekolah dengan rapi.

"Iya pak, ada apa?" Zoey menyilangkan tangan di depan dada. Gekko hanya diam sambil menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri, tangannya tertaut di belakang.

"Ke-kemana baju... tas itu... eh?" pak Rummels mengucek matanya lalu celingukan mencari baju yang tadi dipakai Gekko dan tas besar milik Zoey.

Aku menggeleng pelan, padahal sebenarnya aku ingin tertawa. Seperti yang kuduga, kemampuan dua gadis itu sangat luar biasa. Aku melihat kecepatan Gekko dalam melepas baju khas Jepang, melipat lalu menyembunyikannya di semak samping gerbang masuk. Gekko sudah memakai seragam dibalik bajunya.

Berbeda dengan Gekko, Zoey melakukannya dengan sihir. Aku melihatnya menjentikkan jari, tas dan bajunya seperti terbalik lalu berubah menjadi seragam. Sihir seperti itu sebenarnya cukup dasar, tapi aku tidak akan bisa melakukannya secepat itu.

"Boleh kami masuk?" tanya Zoey.

"Ba-baiklah," pak Rummels masih terlihat kebingungan. Gekko setengah membungkuk hormat lalu berbalik duluan, kulihat Zoey mendecih lalu bibirnya menggumamkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. "Kau juga, segera masuk sekolah."

Akkarin yang disuruh pak Rummels mengangguk, dengan langkah yang cukup lebar, Akkarin menyusul masuk. Satu persatu dari tiga gadis itu melewatiku, mereka tidak memperdulikan seorang cowok yang sangat biasa sepertiku, dan aku memaklumi itu.

Aku bukanlah tipikal 'karakter utama' yang selalu berusaha peduli pada orang lain meski bukan siapa-siapa. Aku akan lebih memilih kabur demi nyawaku jika memang memungkinkan. Lagipula aku tidaklah tampan, nilaiku di semua pelajaran juga pas-pasan.

~333~

Entah karena kebetulan atau takdir sudah menentukan, aku berada di kelas yang sama dengan trio itu. Tapi awalnya, mereka bukanlah teman dekat, bahkan mereka...

"Kau pasti mata-mata!" Zoey menunjuk wajah Gekko yang seperti memakai topeng.

"Hn?"

"Gerakanmu, tindakanmu, tatapanmu, kau pasti pembunuh!" tuduh Zoey.

"Hn," Gekko tidak merespon banyak.

"Apa kau diutus para penyihir dunia bawah untuk memburuku?" Zoey memicingkan mata.

"Hmm," Gekko menggeleng pelan.

"Kalau begitu, kau pasti agen dari organisasi rahasia!" Zoey mengangguk-angguk.

"Hm," Gekko kembali menggeleng.

"Lalu kau ini sebenarnya siapa?"

"Gekko Hakai," akhirnya Gekko mengucapkan kalimat yang cukup panjang untuk ukurannya.

"Apa jangan-jangan!" Zoey mendekatkan wajahnya pada Gekko seakan mendramatisir suasana, "kau juga menjadi incaran?"

"Hn," Gekko mengedikkan bahu.

"Kalau begitu kita harus bekerja sama! Kita tidak boleh lengah!" ajak Zoey.

"Hmm," Gekko mengangguk pelan.

"Umm, permisi?" tanpa diundang dalam pembicaraan aneh Gekko dan Zoey, Akkarin datang sambil menunduk. Sepertinya tatapan Gekko dan Zoey membuatnya terintimidasi.

"Ada apa?" pertanyaan Zoey mewakili pertanyaan Gekko.

"Maaf, kelas akan dimulai dan...," Akkarin menunjuk meja yang menengahi Gekko dan Zoey, "itu mejaku."

"Ooh, oke," Zoey mengangguk lalu menyingkir, namun tidak dengan Gekko. Sepertinya Akkarin kesulitan bicara dengan si gadis salju.

"Emm, maaf?"

Gekko menunjuk meja yang bersebelahan dengan meja Akkarin lalu menunjuk dirinya sendiri. Aku paham jika maksudnya adalah 'ini-mejaku', tapi sepertinya Akkarin tidak mengerti.

"Emmm," Akkarin memiringkan kepala. Gekko menghela nafas kesal.

"Mejaku," akhirnya Gekko bicara lagi. Oke, kucatat itu sebagai rekor baru.

"Uh oh, maaf," Akkarin meringis lalu segera duduk. Gekko juga duduk di bangkunya yang berada di depan Akkarin. Zoey hanya melirik mereka sebentar.

Belpun berbunyi, kelas akan dimulai, begitu juga kelanjutan kisah ini.

</>

have fun with our world and the queen xD
;metz

19 10 15



TriGalzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang