"Tidak! Aaron!"
Aku meneriakkan namanya, tapi entah kenapa rasanya aku pernah melakukan ini. Mungkin inilah yang dinamakan Déjà vu.
"Sial!" bukan saatnya memikirkan itu, aku harus membantu Aaron. Mau tidak mau aku ikut maju, entah darimana aku mendapat keberanian. Kemungkinan keberanian Aaron menular padaku.
Radiasi kekuatan sihir Zoey meratakan pohon-pohon di hutan buatan ini, semua pohon seakan lenyap dibalik udara kosong. Aaron menembusnya, tapi kulihat ada yang salah. Tangan Aaron terluka meski dirinya tidak terkena apapun!
Aku maju lebih cepat lalu menarik Aaron mundur, aku menyadari sesuatu yang seharusnya kusadari dari awal. Aaron dan aku bergulingan di tanah yang penuh dedaunan kering.
"Kenapa kau menarikku! Aku hampir mencapai Zoey!"
"Tidak, jangan lakukan lagi!" aku terus menarik kaos Aaron agar menjauhi Zoey.
"Lagi?" Aaron keheranan. Ah, satu hal baru lagi... ternyata Aaron belum sadar dengan apa yang terjadi saat ini. Sepertinya dia hanya memikirkan Zoey hingga tidak dapat menemukan kejanggalan.
"Jika kau masuk ke area kekuatan Zoey, kau akan mengulang kejadian ini."
"Bagaimana bisa?" pertanyaan Aaron menandakan dia tidak bisa berpikir jernih. Kecerdasan seseorang seakan tidak berguna jika urusannya dengan seseorang yang istimewa baginya.
"Sadarlah, kekuatan waktumu akan berbalik pada dirimu jika kau masuk ke sana. Kau hanya akan melakukan hal yang sama ribuan kali!"
"Apa yang kulakukan?"
"Ya ampun, sadarlah Aaron."
"El, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi aku tidak akan berhenti sampai aku dapat menyelamatkan Zoey!" Aaron berdiri kembali.
~333~
"Tidak! Aaron!" teriakan itu lagi. Aku mengerti sekarang, terjadi perputaran waktu yang teratur disini. Tapi anehnya, kenapa hanya aku yang sadar? Kenapa Aaron malah tidak tahu padahal dia yang memiliki kekuatan waktu?
Ah, pantas saja Maurice menyuruh Aaron memintaku membantunya, ini pasti karena aku akan mengalami hal ini. Tapi apa yang harus kulakukan? Aaron tetap bersikeras meski aku sudah mencegahnya, Zoey juga dalam keadaan tidak sadar karena luapan kekuatannya.
Jika perputaran waktu ini tidak kuhentikan, maka aku akan terjebak dalam scene yang sama jutaan kali lagi. Ayo berpikir... berpikirlah El...
"Oke!"
Aaron menengok keheranan saat aku tiba-tiba beranjak lalu mendorong punggungnya.
"Eh, apa yang kau lakukan?"
"Maju saja! Aku akan melindungimu," aku langsung berkonsetrasi tanpa peduli pada Aaron yang kuyakin ingin bertanya. Untung saja Aaron mengerti maksudku, dia bersiap menghampiri Zoey yang melayang sambil menghancurkan apapun di sekitarnya.
"Zoey!"
"Mimicry: Great Barrier!" dengan kekuatan yang kutiru dari salah satu murid pemilik kekuatan aslinya, aku membuat perisai sihir skala terbesar yang bisa kubentuk. Perisai itu memang lemah, tapi aku berharap perisaiku dapat membuat Aaron mencapai Zoey.
Aaron terus melangkah maju, perisai sihirku yang berada di depannya mulai retak dan perlahan rontok bagian sisinya. Aku mengikuti langkahnya, sedikit lagi...
"Mundur, Aaron! Aku tidak mampu lagi!" ternyata perkiraanku salah, perisaiku akan hancur sebelum Aaron dapat meraih Zoey.
"Tidak akan!" Aaron malah melompat bertepatan dengan hancurnya perisai yang kubuat. Aku terpental dan pandanganku buram, cahaya terang memancar dari Zoey.
"Ouch, auh," pungungku nyeri, sepertinya aku menabrak batang pohon. Pandanganku mulai kembali normal, kulihat sesuatu yang membuatku dapat tersenyum.
Aaron berlutut memeluk Zoey yang sudah tidak sadarkan diri, lengan dan dadanya penuh luka dari radiasi sihir Zoey. Aaron menatap Zoey intens, tapi dia langsung terlihat lega saat menyadari bahwa Zoey masih bernafas. Aku menghampiri mereka berdua.
"Baguslah, sepertinya pangeran berhasil menyelamatkan sang putri," aku menepuk bahu Aaron.
"Tapi, sekuat apapun raja Arthur, dia membutuhkan Sir Lancelot," Aaron melirikku. Aku tahu maksudnya, Aaron menidurkan Zoey di pangkuannya. Aku ikut duduk di sebelahnya.
"Mau menikmati keberhasilan dulu?" tanyaku.
"Yah, sebentar saja," Aaron mengangguk pelan, rambut Zoey yang menutupi wajah disingkirkan.
~333~
"Jadi... setelah kejadian itu, dia memotong rambut dan menghilangkan pewarna rambutnya?" tanyaku.
"Yap," Aaron mengangguk, beberapa kali dia melirik ke arah Zoey yang sedang bercengkerama dengan Eleanor dan Eddie. Kebetulan Akkarin dan Gekko semeja dengan mereka. Dua lelaki yang berada di lantai dua kantin mengawasi kelompok itu sambil bersantai dengan cara mereka, mereka tidak lain tidak bukan adalah Maurice dan Evan.
"Kau tidak mau memberi tahunya?"
"Tentang apa?" Aaron memiringkan kepala.
"Kejadian itu. Bukankah karena dirimu dia selamat."
"Tidak perlu, aku tidak mau dia menyukaiku karena rasa terima kasih. Aku mau... menjadi orang yang disukainya, ada apanya," Aaron tersenyum.
"Owh, okelah, ternyata sang pangeran benar-benar jantan," aku nyengir, setengah menyindir sekaligus memujinya. Aaron menepuk bahuku.
"Terima kasih," Aaron pergi dari hadapanku, dia menuju meja kantin dimana Zoey duduk.
Begitulah kisah dari tiga gadis yang dijuluki ratu di sekolah kami, mereka punya kisah yang berbeda dan berwarna. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun aku berharap kisah mereka akan berakhir bahagia.
~F.I.N~
dan berakhirlah kisah ini :v
mau lebih? ah sudahlah, otak saya sudah lelah dan saya menikmati cerita kecil ini xD
thankz for pepperrujak Alicehaibara dan Aninsane yang sudah mengijinkan Gekko, Zoey dan Akkarin dibikin aneh2 sama ane :'p
thankz juga buat GKBF_Indo untuk semangat secara tidak langsung-nya xD
KAMU SEDANG MEMBACA
TriGalz
Teen FictionAku bukan seorang pembawa cerita yang baik, meskipun begitu, aku ingin menceritakan kisah tentang tiga gadis cantik dan... aneh? Ya, mereka bertiga adalah para ratu di sekolah kami, Wardenlicht International School, sekolah yang berisi murid-murid b...