Ada satu hal yang sedikit menggangguku, apa maksud Rachel dengan darah iblis? Setahuku, aku lahir dari orang tua yang dua-duanya manusia. Aku masih belum paham, tapi aku yakin ini berhubungan dengan kekuatanku.
Ah sudahlah, jika membahas hal seperti ini, seakan-akan ada hal yang besar dari diriku. Dan aku tidak mungkin menceritakan itu disini, apalagi kisah ini bukanlah kisahku.
Sekarang, tinggal satu lagi yang belum kuceritakan kisahnya... Zoey Black.
Tapi seperti sebelumnya, kali ini ada yang aneh ketika berhubungan dengan cewek aneh. Tentu saja karena tidak banyak hal yang bisa kuceritakan tentangnya, mau bagaimanapun juga kisah Zoey hanya berkutat pada kesabaran Aaron dalam menghadapi kelompok kecilnya.
"Yo El, bagaimana liburanmu?" sapa Aaron. Cowok itu memang gampang akrab dengan semua orang, termasuk aku tentunya. Meski sedikit, dia lebih sering menyapaku sejak aku satu kelompok dengan Zoey.
"Lumayan seru dan menegangkan," aku nyengir. Aku tidak bohong, liburanku di pulau pribadi keluarga Hakai benar-benar menegangkan. "Kau sendiri bagaimana?"
"Humm, cukup membosankan."
"Pasti karena kau tidak bisa bertemu dengan Zoey, ya kan," godaku. Pipi Aaron bersemu merah, dia memang polos meski punya keteguhan luar biasa.
"Oh, bicara tentang Zoey, aku ingin meminta bantuanmu," Aaron sedikit berbisik. Aku terdiam, hidupku memang tidak bisa lepas dari cewek-cewek itu meski bukan aku peran utamanya. "El, bisakah?"
"Sebentar, apakah tidak ada orang lain yang bisa kau mintai tolong? Bukankah kau punya Eddie dan Eleanor."
"Mereka... hmm, bagaimana mengatakannya ya. Bukan berarti aku tidak percaya, tapi aku perlu orang yang cekatan dan cukup 'waras' untuk membantuku."
"Pfft, kau mengakuinya," aku nyengir lagi. Aaron hanya bisa mengedikkan bahu.
"Jadi, maukah kau membantuku?"
"Biar kupikirkan setelah mendengar permintaanmu."
"Terima kasih, El."
~333~
Aku benar-benar menyesal menyanggupi permintaan Aaron...
"Uaaaahhhh!"
"Aaaauuuu!"
"Hiiihhhh!"
"Hoooeeek," akhirnya isi perutku keluar setelah perjalanan selesai. Aku menyangga tubuhku di pohon terdekat, Aaron hanya senyum-senyum sendiri melihatku mabuk dalam perjalanan waktu yang baru kami lakukan.
"Lebih seru dari roller-coaster kan?" tanya Aaron yang memberikan tisu padaku. Entah darimana dia dapat tisu itu.
"Lebih buruk, aku tidak mau lagi melakukannya!" kuusap bibirku kasar, rasanya sungguh tidak enak.
"Tapi kita perlu melakukannya lagi untuk pulang ke waktu kita nanti," Aaron terlihat mengasihaniku, tapi ucapannya membuatku kesal.
"Ah sial!" otomatis komplainku keluar. "Kenapa kau tidak minta tolong Evan atau Alzmeir saja? Mereka lebih kuat dariku dan bisa di andalkan jika disuruh mengawasi seseorang."
"Ego mereka terlalu besar, apalagi jika harus ke masa lalu seperti ini. Apalagi kemampuanmu yang paling berguna daripada mereka berdua," Aaron kembali mengutarakan jawaban logis. Inilah mengapa aku tidak suka berhadapan dengan anak cerdas, aku pasti kalah bicara.
Aaron berjalan dulu, mau tidak mau aku mengikutinya. Perjalanan waktu yang tadi kualami seperti melewati fragmentasi warna yang ada ribuan jumlahnya, andai saja aku punya penyakit ayan, pasti aku sudah mati karena efek warna itu selalu berganti-ganti seperti flash. Apalagi keanehan perjalanan waktu itu seperti terjun bebas dalam posisi horizontal, bukannya vertikal.
"Lalu, sekarang aku harus melakukan apa?" tanyaku.
"Nanti kuberitahu kalau sudah waktunya, sekarang ikuti saja aku," Aaron bicara tanpa melihatku, dia terus berjalan menyusuri pepohonan yang rindang. Kurasa hutan ini adalah hutan buatan, susunan pohonnya begitu rapi. Yang kuingat, ada hutan buatan seperti ini di salah satu distrik pulau Atlantis yang tiba-tiba hilang karena satu kejadian misterius. Sekarang aku yakin Aaron membawaku ke waktu dimana hutan ini masih ada.
"Ah itu dia," Aaron membentangkan satu tangannya untuk menghentikan langkahku, dia menunjuk ke depan. Cukup jauh dari tempat kami berada, ada sebuah mobil van hitam yang terparkir di tengah hutan. Tanah yang rata membuat mobil biasa bisa masuk kawasan hutan.
"Kenapa ada mobil disitu?"
"Aku mendengar dari guru Maurice jika ada sesuatu yang terjadi pada Zoey tepat setelah kepindahannya di Atlantis, aku disuruh mencari tahu sendiri apa yang terjadi tapi aku tidak boleh mengubah masa lalu. Tempat kejadiannya ada disini, begitu katanya," Aaron menjelaskan.
"Ooh," aku mengangguk pelan, lalu aku menyadari sesuatu. "Maurice... apa dia yang merekomendasikan aku untuk membantumu?"
"Eh hehe, iya," Aaron tersenyum polos. Ah, si raja vampir itu lagi, pantas saja Aaron lebih memilih meminta bantuanku daripada Alzmeir atau Evan. Tapi... kenapa harus aku? Apa mungkin karena ini pekerjaanku, membantu orang untuk mendapat uang?
Kami tidak bicara lagi untuk melihat apa yang akan terjadi, kami diam dan mengawasi mobil berkaca gelap itu. Beberapa saat kemudian, muncul dua orang yang membawa sesosok gadis berambut hijau neon, wajahnya sangat familiar bagiku. Dia tak sadarkan diri saat dibawa ke van hitam.
"Zoey!" Aaron terbelalak. Aaron ingin beranjak, tapi aku mencegahnya. Apapun yang akan Aaron lakukan saat ini, hasilnya pasti akan mempengaruhi garis waktu dan bisa merusak keseimbangan masa depan.
"Hentikan Aaron! Kalau kau bertindak, kau bisa mendapat hukuman berat dari pengawas waktu!" aku memperingatkan, bagaimanapun juga Maurice benar tentang aku. Jika saja Alzmeir atau Evan yang dimintai bantuan, pasti mereka akan membiarkan Aaron bertindak.
"Tapi Zoey...."
"Tenang! Berpikirlah lebih jernih, di waktu asal kita, Zoey tidak mengingat sesuatu seperti penculikan atau semacamnya. Kita hanya perlu mengawasinya saat ini."
"Tapi... tapi," Aaron berusaha keras menahan diri, sepertinya dia membenarkan kata-kataku meski punya banyak sanggahan demi Zoey. "Semoga saja kau benar El."
Detik demi detik berlalu, kulihat Aaron benar-benar menahan diri. Tangannya terkepal erat, keringatnya bercucuran hingga membasahi kerah bajunya. Aku berusaha melihat apa yang terjadi dengan Eagle-eye, tapi kaca mobil yang gelap membuatku tidak bisa melihat ke dalam.
Dan akhirnya... bum! Mobil itu meledak tanpa api, pecahan mobil beterbangan sampai ke lokasi kami yang berjarak lebih dari lima puluh meter. Kedua orang yang menculik Zoey terhempas di pepohonan, kurasa mereka terluka parah dengan banyak tulang patah jika tidak mati. Untung saja aku berhasil mengaktifkan perisai pelindung untuk menahan radiasi ledakan sihir barusan.
"Apa yang terjadi?" Aaron keheranan. Kami melihat Zoey yang berubah menjadi bertanduk dan berambut putih, dia melayang di atas bekas mobil. Radiasi kekuatan sihir skala besar kurasakan darinya.
"Aku ingat sekarang!" kulihat sekitar Zoey, pohon-pohon seakan menghilang ditelan ketiadaan. "Zoey benar-benar memiliki Dirty Soul yang sangat kuat. Dia yang melenyapkan hutan ini!"
"Zoey...," Aaron berusaha mendekat.
"Tidak! Kau bisa mati jika mendekatinya," aku berusaha mencegah.
"Tapi dia kesakitan, dia tersiksa. Aku tidak bisa membiarkannya!" Aaron mulai berlari ke depan.
"Tidak! Aaron!"
<a/n>
kena WB emang bikin BT :'v
this is it, TriGalz continue!
13 11 15
KAMU SEDANG MEMBACA
TriGalz
Fiksi RemajaAku bukan seorang pembawa cerita yang baik, meskipun begitu, aku ingin menceritakan kisah tentang tiga gadis cantik dan... aneh? Ya, mereka bertiga adalah para ratu di sekolah kami, Wardenlicht International School, sekolah yang berisi murid-murid b...