When You're Gone by Avril Lavigne
* * *
Tirai abu-abu kelam yang menutupi jendela itu kini terbuka lebar oleh jemari lentik Kayla. Ia memandang ke arah luar dengan tatapan kosong.
Pada saat yang sama, seorang lelaki masih dengan baju seragam yang melekat di tubuhnya, melewati rumah Kayla. Ia berhenti sejenak, memperhatikan seorang gadis cantik yang saat ini sedang memegang gitar kesayangannya.
Dengan perlahan, Kayla berjalan menuju teras rumahnya. Ia mulai memetik gitar hingga menciptakan alunan melodi yang menyatu ... namun tidak beraturan.
Sementara Davin, remaja yang sedang memperhatikan Kayla itu mengerutkan keningnya. Apakah gadis itu tidak bisa bermain gitar? Mengapa kunci yang dia mainkan secepat itu berubah-ubah?
Davin menoleh ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Sepi senyap, tidak ada siapapun selain mereka berdua. Ntah keberanian yang datang dari mana, lelaki itu berniat menghampiri Kayla.
Davin adalah seorang anak band, tidak heran jika lagu yang dimainkan oleh gadis itu membuatnya agak terganggu. Ia gemas ingin mengomentari permainan gitar Kayla.
Sepersekian menit berlalu Davin berdiri tepat di hadapan gadis itu, Kayla tidak bergeming. Ia masih memetik gitarnya. Davin tertegun, merasakan ada sesuatu yang aneh dengan gadis itu. Dorongan dari dalam dirinya membuatnya semakin mendekat. Namun tidak ada reaksi apapun dari gadis itu. Dia tetap memandang lurus ke depan.
Aneh, sepertinya gadis itu tidak menyadari kehadiran Davin.
"Hei, ada apa denganmu?" tanya Davin sedikit kesal karena sedari tadi gadis itu tidak menghentikan aktivitasnya. Kayla terperanjat, hampir saja ia akan menjatuhkan gitar kesayangannya jika Davin tidak dengan cekatan menangkapnya.
Kayla sangat membenci orang asing.
Satu hal yang Davin sadari, ternyata gadis itu tidak bisa melihat. Dia buta. Pantas saja...
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Tubuh Kayla bergetar, ia sangat takut bila seseorang yang tidak ia kenali tiba-tiba saja menghampirinya. Apalagi karena ia tidak bisa melihat siapa orang itu. Bisa saja pereman, perampok, atau bagaimana jika komplotan yang suka berbuat kejahatan? Akan berbahaya.
Davin mendadak diam seribu bahasa ketika melihat raut wajah ketakutan gadis itu. Nyalinya seketika menciut, padahal niatnya tadi ia ingin mengkritik. Gadis itu buta, wajar saja jika dia bermain asal-asalan seperti itu.
"Siapa namamu?"
Davin menepuk dahinya, dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat itu? Bodoh sekali.
"Siapa kau?!" Kayla semakin panik, bukannya ia menjawab justru balik bertanya. Davin menghela nafas berat, memasang wajah sebodoh-bodohnya. Untung saja gadis itu tidak bisa melihat.
"Namaku Davin," ucapnya sambil menyodorkan kembali gitar milik gadis itu. "Apa kau tidak bisa bermain gitar? Aku bisa mengajarimu," tawar Davin yang sukses membuat Kayla bungkam.
Dari nada suara Davin, Kayla berasumsi bahwa lelaki itu serius dengan ucapannya. Terdengar tulus, atau mungkin ... karena prihatin?
"Aku tidak butuh guru musik sok jago sepertimu!" tegas Kayla lalu mengambil gitarnya kembali. Davin terkisap, padahal niatnya baik, tetapi sepertinya gadis itu terlalu takut padanya. "Aku bukan sok jago. Tapi aku memang seorang gitaris band. Jika kau menolak tawaranku terserah saja. Kau akan rugi sendiri."
Tangan Kayla bergerak menuju wajah Davin. Lelaki itu mematung, ntah kenapa ia merasakan sebuah desiran halus yang tidak ia ketahui apa artinya. Ia merasakan ketenangan saat tangan gadis itu meraba wajahnya, walaupun dengan tangan yang bergetar.
"Namaku, Kayla."
***
Hari berlalu diiringi canda tawa oleh mereka berdua. Sesuai dengan janji yang telah dibuat, Davin selalu berkunjung ke rumah Kayla setiap hari setelah pulang sekolah. Ia mengajarkan bahwa Kayla harus 'begini' dan 'begitu'. Usahanya tidak sia-sia karena semakin hari Kayla mulai mahir memainkan gitar.
"Tunggu sebentar ya," ucap Davin tergesa lalu menghentikan petikan gitarnya. Kayla mengernyit bingung, tidak tahu apa yang sedang dilakukan lelaki itu.
Nafas Davin tercekat, ia berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak sambil merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Dengan cepat ia memasukkan obat itu ke dalam mulutnya.
Penyakitnya kambuh lagi.
"Dav, ada apa denganmu?" tanya Kayla cemas. Davin menggeleng walaupun ia tahu pasti Kayla tidak dapat melihatnya. "Ga kenapa-napa kok, yuk lanjut lagi?"
Dengan ragu, akhirnya Kayla mengangguk.
***
Dua minggu berlalu, terasa sangat hampa tanpa kehadiran lelaki itu. Kemana Davin? Mengapa dia tidak ada kabar? Apa dia sudah tidak ingin berteman dengan Kayla lagi?
Tentu saja, kau itu buta. Kau bisa apa? Kerjaanmu itu hanya menyusahkannya! Bukan itu jawaban yang ia inginkan. Tetapi kenapa kata hatinya berkata seperti itu?
Kayla merenung di dalam kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya. Kehilangan Davin tentu saja membuatnya sakit--seperti tak bernyawa. Berkat Davin, untuk pertama kalinya ia merasakan bagaimana rasanya mempunyai teman. Tidak kesepian lagi. Atau mungkin, perasaannya lebih dari sekedar itu...
I always needed time on my own
Dulu aku selalu butuh waktu sendirian.I never thought I'd need you there when I cry
Tak pernah terpikir aku akan membutuhkanmu saat aku menangis.Kayla bersandar di dinding kamarnya. Ia terisak sambil mencoba membayangkan seperti apa wajah sesosok penyemangatnya yang kini telah pergi.
When you walk away I count the steps that you take
Saat kau berlalu pergi kuhitung langkah-langkahmu.Do you see how much I need you right now?
Tahukah kau betapa aku sangat membutuhkanmu saat ini?When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
Bahkan wajah yang belum pernah kulihat itu sekarang sangat kurindukan.
Kata-kata yang perlu kudengar untuk membuatku mampu melalui hari dan tetap baik-baik saja. Sekarang Hilang.I miss you...
Tiba-tiba terdengar suara petikan gitar. Senyuman Kayla merekah secara perlahan, dia tahu siapa yang memainkannya. Namun baru beberapa detik berlalu, suara itu terhenti. Tergantikan oleh suara dentuman sesuatu yang terjatuh.
Suara langkah kaki terdengar jelas di dalam kamarnya. Gadis itu tidak tahu kalau ternyata permainan gitar Davin barusan adalah ... untuk yang terakhir kalinya.
Sampai ketika petikan gitar mulai mengalun kembali. Kayla tersenyum sendu, terhanyut dalam lagu itu. Yang ia tahu, lagu itu dibuat oleh Davin khusus untuknya.
Satu hal yang tidak ia ketahui. Seseorang yang tengah memetik gitar itu bukanlah orang diharapkannya. Melainkan orang lain. Dan kini orang itu juga sedang menangis. Tidak tega membohongi gadis itu.
"Maafkan aku, Kayla ..."
***
And the days feel like years when I'm alone
Dan hari-hari terasa seperti saat aku sendiri.
* * *
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Song Fiction : Lonely
Short StoryIni hanyalah nyanyian sepi mereka yang merasa kehilangan, kesakitan dan kesedihan yang teramat dalam terhadap sesuatu yang teramat berharga bagi mereka. 18 Oktober 2015 Theme: Angst