Pour A Little Heaven On Me by Tiffany Alvord
* * *
Aku berjalan turun dari kamarku dengan sweater hitam dan celana kulot senada. Aku berjalan ke arah dapur untuk berpamitan.
"Ma, Bee pamit dulu," ucapku pada wanita yang sedang sibuk di dapur.
"Mau ke mana, Bee?" tanyanya seraya berbalik ke arahku.
"Ke tempatnya." Satu kalimat singkat itu membuatnya terdiam beberapa saat.
"Hati-hati," ucapnya pada akhirnya.
Aku mengeluarkan mobilku, menstarternya lalu melajukannya ke tempat tersebut. Sepuluh menit, dua puluh menit, setengah jam, akhirnya aku sampai di sini, dengan setangkai anyelir merah muda di tanganku.
I'm staring at a blank page
The words I cannot find
A chapter is unwritten
I see outside the linesAku terpaku pada sebuah titik. Lidahku tiba-tiba menjadi kelu, tubuhku seketika sulit digerakkan. Perlahan, aku melangkah ke sana. Meletakkan anyelir merah kesukaannya, lalu menatap nisan yang masih mengkilap.
Aroma tanah yang begitu kentara di sini membuatku semakin hanyut dalam duka. Tak ada yang tahu, aku-lah penyebab kematiannya. Aku-lah sang pembunuh sahabatku.
Aku, dengan gen psikopat yang kumiliki, telah membunuh orang yang paling berharga dalam hidupku. Sosok yang selalu muncul untuk menyemangatiku, sosok yang selalu membuatku tersenyum, dan sosok yang selalu ada di sampingku.
Dia, satu-satunya orang yang tahu tentang kelainanku. Namun, bukannya menjauh, dia malah mendekat, menyemangatiku untuk terus berjuang melawan rasa yang terus membujukku untuk membunuh makhluk hidup.
"Maaf, Li. Aku tahu aku tidak pantas berada di sini, bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dan membuat seluruh dunia melihat bahwa aku yang paling benar saat ini." Aku mulai terisak.
And I won't get caught if I try to catch
Another shooting star so I can make a wish
Today is when the chapter will beginAku tahu tidak ada yang menyalahkanku, namun itu karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Mereka tidak tahu bahwa di sekitar mereka, hidup seorang monster.
"Liam, apakah kau bahagia di sana?" Aku kembali berbicara sendiri.
Angin meniup wajahku, dan aku merasakan kehadirannya di sini, seolah-olah mengatakan ya. "Kalau iya, bolehkah aku memintamu agar bintang jatuh di hadapanku nanti malam? Agar aku bisa memohon untuk menghilangkan kelainanku ini."
Hari ini, aku tahu, kehidupanku kembali dimulai. Namun, dalam keadaan yang lebih menyakitkan.
Pour a little heaven on me
So I can keep shining
Pour a little heaven on me
So I can keep smiling
Another breath, another way
Gonna make it through another day
Pour a little heaven on me
Pour it on meAku menatap gentir makam itu, mengapa dia yang harus menjadi korban? Mengapa? Aku terisak, mengeluarkan rasa sesak di dadaku. Bagiku, tak ada yang lebih menyakitkan daripada gejolak penyesalan di hati.
Dan, tidak ada yang lebih menyedihkan daripada perpisahan karena maut.
Bolehkah aku berharap ada kebahagian yang jatuh ke dalam diriku? Agar aku bisa bersinar seperti dulu.
Bolehkan aku terus berharap? Agar setidaknya ada alasan bagiku untuk terus tersenyum. Bolehkah?
Bolehkah aku mengecap sedikit kebahagiaan agar setidaknya aku memiliki harapan untuk tetap bernafas? Karena aku sudah lelah dengan semua ini.
The open roads are finding me
A hopeful hide in every sea
As I'm looking to the highway
Got some blue skies in the right place
I run myself and back again
From NYC to Disneyland
Letting go of all the memories
Giving fate a chance to catch me
To catch me, to catch me
Oooooh, ooh"Hey, Liam. Bolehkah aku sedikit menceritakan tentang keadaan setelah kau pergi?" Aku menghela nafas, menahan air mataku agar tidak kembali jatuh. Walau nyatanya, air mataku sudah tak mampu lagi kutahan.
"Di sini, bayang-bayang kelamku sering menghantuiku. Bahkan saat berjalan sendirian, aku merasa pohon-pohon di trotoar dan jalanan begitu mencekam. Aku ingin mencari sebuah ketenangan seperti saat terakhir kita pergi ke pantai. Aku ingin kembali melihat indahnya malam tanpa ketakutan, tentunya bersamamu. Namun aku tahu semua tak akan mungkin." Aku tersenyum gentir.
Mulai sekarang, aku ingin meninggalkan semua kenangan, memulai sebuah lembaran baru, yang mungkin akan lebih kelam, atau mungkin lebih terang. Aku ingin agar takdir yang membawaku pergi, meski akhirnya aku harus disalahkan, aku rela. Karena ini semua salahku.
Setidaknya, selama aku hidup, aku sudah pernah mengecap kebahagiaan, bersamanya.
Pour a little heaven on me
Pour a little heaven on me
Oooh
Pour a little heaven on me
Oooh, yeah* * *
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Song Fiction : Lonely
Historia CortaIni hanyalah nyanyian sepi mereka yang merasa kehilangan, kesakitan dan kesedihan yang teramat dalam terhadap sesuatu yang teramat berharga bagi mereka. 18 Oktober 2015 Theme: Angst