Cinta Masa Lalu

42.1K 1.2K 2
                                    

Perhatian, cerita ini mengandung unsur +18 tahun keatas

"Kapan kamu akan memutuskannya?" Alma, gadis di depanku ini menatapku kesal. "Aku tidak mau tahu. Kamu harus segera memutuskannya. Ini sudah lewat seminggu dari perjanjian kita...!!"

Aku mengusap wajahku gusar. "Kamu harus bersabar. Jangan memaksaku seperti ini." Entah kenapa ide untuk memutuskan Aluna terasa sangat menyakitkan bagiku daripada berpura-pura menjadi pacarnya. Semula aku kira sangat mudah, namun aku terjebak permainanku sendiri. Aku tidak ingin berpisah darinya.

Ia menyipitkan matanya menatapku curiga. "Jangan bilang kamu sudah mencintainya?"

"Kamu bercanda? Mana mungkin aku mencintainya. Gadis itu terlalu manja buatku. Aku bahkan bosan harus berakting berpura-pura mencintainya." Aku terpaksa mengatakan ini, karena kalau tidak Alma akan menghancurkan gadisku. Aku mengenal betapa kejamnya dia. Dan aku sudah begitu bodoh karena pernah tergila-gila padanya hingga melakukan kesalahan ini.

"Benarkah yang ku dengar ini?" Aluna berdiri dihadapan kami dengan mata berkaca-kaca. "Apa benar kamu tidak pernah mencintaiku, Van? Dan semua yang pernah kita lalui itu palsu?" Wajahnya mengeluarkan air mata kesedihan dan sungguh aku tidak tega melihatnya. Aku ingin meneriakinya bahwa aku sangat mencintainya. Namun yang terucap dari bibirku hanya kata maaf dan membenarkan apa yang ia dengar.

"Kenapa kamu lakukan ini? Apa salah aku?" Ia berteriak histeris.

"Salah lo, karena lo itu munafik. Sok baik, caper sama semua orang. Lo udah rebut semua perhatian orang tua gue. Gue muak liat lo!!" Alma memandang Luna dengan tatapan mengejek. "Akhirnya lo rasain sendiri kan? Gimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang lo sayang."

Aluna kemudian berlalu meninggalkan kami yang diiringi senyuman bahagia oleh Alma. Dan setelah itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya.

....

Beberapa Tahun kemudian

"Pak Ivander, perkenalkan ini adalah Tari yang akan mendesain rumah anda." Pak Ardi, memperkenalkan karyawannya. Dan aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Dia adalah Aluna gadisku, Ia memakai nama belakangnya, Aluna Shaqilla Tari Akhirnya Tuhan menjawab doaku, aku bisa bertemu dengannya kembali.

"Selamat siang, Pak." Wajahnya terlihat datar menatapku. Ia kemudian mengulurkan tangannya sopan.

"Ternyata kamu bekerja disini? Akhirnya aku bisa ketemu sama kamu lagi, Lun? Aku tidak bisa menyembunyikan wajah bahagiaku saat menyambut uluran tangannya.

"Ternyata Pak Ivan dan Aluna sudah saling mengenal?" Pak Ardi tersenyum melihat kami berdua.

"Kami hanya satu kampus, pak. Saya tidak terlalu mengenal Pak Ivan." Belum sempat aku berbicara, Aluna telah terlebih dahulu berbicara. Dan rasa penyesalan itu muncul semakin dalam. Kali ini aku tidak akan melepaskan kamu, Aluna.

....

"Lepas.... Ivan." Luna memberontak di pelukanku. "Lepaskan aku, brengsek!!" Waw, aku tidak pernah mendengar Aluna berkata kasar. Apa ia begitu membenciku.

"Ternyata kamu yang sekarang begitu galak, sayang. Tapi aku makin mencintaimu." Aku mengecup wajahnya dengan gemas dan berakhir dengan melumat bibirnya dengan liar. Sial, aura kelaki-lakianku keluar memberontak. Ia yang sekarang semakin terlihat seksi di tambah dengan dress hitam menggoda yang ia kenakan.

Setelah beberapa lama cumbuanku yang selalu dibalasnya dengan kata-kata kasar dan pemberontakan keras, Aluna akhirnya menyerah dan ia membalas ciumanku sama liarnya. Desahannya yang seksi membuat kami berdua berakhir tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami di ranjang apartemenku. Aku semakin membuncah bahagia dan menghujam dirinya semakin dalam saat aku tahu ia menjaga dirinya selama bertahun-tahun kami tidak bertemu.

"Ahh.. Van. Aku mau sampai..!! Ekspresi wajahnya yang seperti ini semakin membuatku bergairah.

"Kita bersama, sayang... Al...!! Teriakku keras.

Aku mengecup bibirnya sekilas. "Tidurlah, sayangku. Karena besok akan jadi hari yang bahagia buat kita berdua."

Ia menatapku bingung. "Apa maksud kamu?"

"Besok kita akan menikah. Dan aku tidak menerima penolakan karena kita sama-sama tahu kalau kita saling mencintai dan membutuhkan."

"Kamu pria paling arogan yang pernah aku kenal. Aku belum memaafkanmu, kamu tahu!" Ia menatapku kesal. Aku tahu banyak yang harus kujelaskan setelah ini dan dosaku mungkin tidak termaafkan begitu saja.

"Kalau begitu habiskan waktu seumur hidupmu untuk membuatku menyesal. Kamu mau kan?" Wajahnya tersipu malu menatapku.

"Baiklah, kamu jangan menyesal," ujarnya malu-malu.


Rainbow(Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang