Love you, Rana

32.9K 1.1K 10
                                    

"Boleh saya duduk disini?" Seorang pria bertanya padaku saat aku sedang asyik menyantap makan siangku di kantin kantor. Aku mengedarkan pandanganku pada sekitar, dan memang tempat duduk lain sudah terisi penuh.

"Silahkan," ujarku akhirnya.

"Terima kasih." Ia menyantap makanannya dalam diam sambil sesekali melirikku penasaran. "Kenapa kamu memisahkan udangnya? Kamu tidak suka?"

Aku cukup terkejut, untuk ukuran orang yang baru kenal. Ia terlalu berani. "Saya alergi udang."

"Kalau begitu boleh buat saya ya?" Tanpa persetujuanku ia mengambil udang di piringku. "Oh ya.. Saya memang begitu tidak sopan telah mengambil makananmu namun tidak memperkenalkan diri. Nama saya Reno, kalau kamu?"

"Nama saya Rana." Aku sedikit tidak nyaman harus berbicara dengan orang asing. Selama ini aku tidak memiliki teman di kantor selain Tania karena sikapku yang pendiam dan agak tertutup, ditambah lagi penampilanku yang tidak menarik. Aku selalu menggunakan baju satu ukuran diatasku dengan model rambut yang selalu di sanggul.

"Senang berkenalan denganmu Rana." Ia tersenyum kepadaku. "Dimana temanmu? Biasanya kalian selalu berdua." Reno melihatku penasaran.

Sudah kuduga, ia mendekatiku hanya untuk mengenal Tania karena semua pria yang ingin berbicara padaku hanya untuk mendekatinya. Ia cantik dan menarik. "Dia sedang pergi dinas luar." Entah kenapa aku menjadi tidak berselera dengan makananku. "Saya sudah selesai. Sampai jumpa," ucapku basa basi dan meninggalkannya yang melihatku dengan tatapan aneh.

....

Aku memutuskan duduk di lobby untuk menunggu hujan yang turun dengan derasnya. Sambil menunggu, aku membuka buku sketsaku dan mencoba untuk menggambar saat kudengar suara berdehem dari belakangku.

"Sepertinya kita berjodoh karena sering dipertemukan." Reno menyengir dan duduk disebelahku. "Kau sedang membuat apa?" Ya, kami jadi sering ketemu setelah kejadian di kantin itu. Ia bahkan sering mengirimkanku sms yang bahkan aku tidak tahu ia mendapatkan nomorku dari mana. Dan kami memutuskan untuk merubah panggilan kami menjadi aku kamu.

Aku melihatnya mencemooh. "Kamu bercanda jika mau berjodoh dengan orang sepertiku." Ia sangat tampan dan dari dandanannya ia terlihat berasal dari keluarga kaya. Mana mungkin kami cocok.

Ia menatapku serius. "Memangnya kenapa?"

Aku tertawa konyol mendengar pertanyaannya sekarang. "Kamu tampan, baik dan terlihat dari keluarga kaya. Kamu digilai banyak perempuan. Tidak masuk akal jika kita bisa berjodoh. Ya kan?"

Reno diam mendengarkan perkataanku dan melihatku dengan tatapan tak terbaca. "Ya, kamu benar."

Walaupun aku sendiri yang mengatakannya, namun aku merasa sedih mendengar ia membenarkannya. "Hmm.. Sepertinya hujannya sudah reda. Aku pulang ya."

....

Aku berada di salah satu bilik toilet kantor saat ku dengar dua orang perempuan sedang bergosip menyebutkan nama Reno.

"Kamu tahu, malam minggu kemarin aku melihat Reno dan Tania makan malam di Cafe baru buka itu!" kata satu perempuan yang aku kira adalah resepsionis di bawah.

"Serius??... Wah, ini berita besar, selama ini kan Reno dekat sama Rana. Apa Reno sengaja mendekati Rana untuk bersama Tania?" Perempuan satu lagi yang aku tidak tahu siapa ikut berbicara.

"Ya, siapa yang perduli. Mereka berdua serasi, yang satu tampan yang satu cantik..."

"Apakah Rana tahu? Wanita lugu sepertinya pasti akan menangis menyedihkan, soalnya hanya Reno satu-satunya pria yang paling lama berdekatan dengannya. Mugkin dia sudah kegeeran selama ini."

"Ya kau benar. Lucu sekali..." Mereka berdua tertawa senang. Dan lututku rasanya lemas mendengarkan. Aku sudah tahu akan begini, namun perasaanku untuk Reno tidak bisa ku bendung. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta pada seorang pria dan langsung merasakan patah hati. Mereka benar, aku akan menangis menyedihkan. Bahkan aku tidak tahu entah berapa lama aku di dalam sini.

Rana, kamu dimana?! Aku ke rumahmu. Tapi kata ibumu kamu belum pulang.. Kabari aku, please!!

Reno mengirimkan pesan dari satu jam yang lalu. Bahkan banyak panggilan tak terjawab darinya memenuhi notif ponselku. Aku kembali menangis melihat melihat namanya. Kenapa ia harus perhatian dan baik padaku? Membuatku menyalahartikan maksudnya.

"Rana..!! Sedang apa kamu sendirian di sini?" Reno memelukku dengan erat. "Bahaya jika gadis sepertimu berada di halte bis yang sepi ini."

Aku melepaskan pelukannya karena merasa risih. "Kamu jangan terlalu baik padaku," ujarku datar. "Apa yang ingin kamu tanyakan tentang Tania? Tanyakanlah sekarang."

Reno menatapku bingung. "Apa maksud kamu?" Ia mencoba menghapus air mata yang mengalir di pipiku namun aku menghindar. "Kenapa kamu menangis?"

"Sudaah... Cukuup!!" teriakku histeris. "Aku tahu kamu mendekatiku karena kamu ingin dekat dengan Tania kan? Sekarang kalian sudah dekat. Kenapa masih berpura-pura baik padaku??" Aku tidak mampu membendung tangisanku lagi.

"Jadi kamu kira aku mendekatimu hanya karena Tania?" Ia kelihatan marah sekarang. "Dan kamu kira apa yang aku lakukan pura-pura selama ini?" Reno menarikku ke arahnya hingga tubuh kami saling berbenturan dan ia memagut bibirku dengan kasar awalnya hingga berubah menjadi pagutan lembut dan dalam hingga nafas kami berdua menjadi sesak. "Kamu rasakan sendiri. Apakah ini palsu?" Reno kembali menciumku tanpa memberikanku kesempatan untuk berbicara. "Love you, Rana," bisiknya mesra dan mengecup leherku.

"Apa kamu serius?" ucapku ragu. "Tapi kamu dan Tania..." ucapanku terpotong olehnya.

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu menangis dan ragu akan perasaanku. Tania dan aku adalah saudara sepupu dan asal kamu tahu, aku sudah lama sekali menyukaimu saat kita SMA. Aku melihatmu di rumah Tania waktu itu."

"Ren, aku..." Ia menutup bibirku dengan jarinya.

"Sst... Jangan tanya kenapa karena aku tidak tahu alasannya." Ia kembali mengecup bibirku sekilas. "Do you love me, Rana?"

Aku langsung memeluknya erat menyembunyikan wajahku yang memerah malu. "Ya Ren, aku juga cinta kamu."

"And will you marry me?"

"Yes, i do"

Kami kembali berciuman di halte bis yang sepi entah untuk berapa lama.







Rainbow(Oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang