Chapter 3

149 14 0
                                    

Bill, Margery dan Draco sudah pulang. Rumah seketika berisik karena seruan seruan dan obrolan mereka sesampainya mereka di rumah. Bill melepaskan topi baseball nya, serta sepatunya. Margery menjatuhkan diri di sofa, sambil meneguk beberapa tetes terakhir dari botol minumnya. Draco melepaskan sepatunya, senyum dan keringat menghiasi wajahnya. "Kami menang, sayang!" seru Bill sembari berjalan untuk menyimpan sepatu di rak. Judy sedang menelpon seseorang. Ia mengangguk kepada Bill dan mengutarakan, "Itu bagus, Bill." tanpa suara, dan kembali ke telepon, "Ya, tapi haruskah selama itu?" Bill memandangnya heran dan ikut mendengarkannya.
Sementara itu, di ruang keluarga, Margery meletakkan kedua kaki telanjangnya di atas meja didepannya. Draco duduk di sampingnya. "Jadi mereka memukul bola kecil itu dengan stik panjang (bat baseball) itu dan mereka menang?" "Ya, dan stik panjang itu namanya bat." Mereka meneruskan percakapan tentang Rod Ger Team yang mereka tonton itu, sampai Draco menatap persegi besar berkaca hitam didepannya itu dengan penasaran, lalu bertanya, "Benda apa itu?" Margery mengikuti jari Draco yang menunjuk ke benda persegi itu, lalu tertawa. Draco memutar matanya, "Aku bukan muggle. Jangan menertawaiku." Margery mengambil sebuah benda persegi (lagi!) panjang yang terdapat lingkaran lingkaran kecil di atasnya, lalu menekan lingkaran itu. Seketika terdengar bunyi desisan kecil dan muncul orang orang sedang berjalan di jalan raya. Draco terlonjak kaget. "Apa itu- kenapa mereka bisa berada disitu? Apa kau mengurung mereka semua didalam situ?!" seru Draco panik. Dan, suaranya sedikit terlalu keras. "Ada apa itu, Margery?" Judy bertanya dari seberang. "Malfoy sedang berkenalan dengan televisi!" balasnya. "Pelankan suaramu, bodoh." Kata Margery ke Draco. Lalu ia tertawa geli melihat ekspresi ngeri Draco. Draco berjalan ke arah benda itu, lalu mengetuk kaca (yang tadinya) hitam itu. "Halo?" Katanya sambil mengetuk dengan jarinya. "Whoa!" Draco terjengkang ke belakang saat sebuah wajah pria muncul dari benda itu. Margery tertawa lagi. "Kesini. Jangan dekat dekat televisi. Nanti matamu rusak." katanya. Draco malah kembali mendekati apa yang disebut Margery tadi, delevisi. "Delivisi? Namanya aneh." "Televisi, idiot." Draco mendecakkan lidahnya kesal, "Berhenti memanggilku idiot." Ia kembali merangkak ke arah 'delivisi' dan mengetuknya lagi. "Ini keren sekali. Kau bisa mengurung orang orang itu disini. Lihat, jalannya saja bahkan terlihat nyata. Aku- whoa!" Draco terjengkang lagi. "Kesini sekarang!" Perintah Margery. "Tunggu dulu! Aku-" Draco terpotong lagi karena televisi itu makin berganti ganti gambar dengan cepat. Margery menekan sembarang tombol remote dengan membabi buta sambil memelototi Draco. Draco merangkak kembali ke sofa, dan mengucek matanya. "Kau tidak perlu melakukan itu. Mataku sakit-" "Tadi aku bilang apa!" Draco balas memelototi gadis itu. "Untuk pelajaran pertamamu, pirang, ini namanya televisi. Kau bisa menonton apa saja dengan televisi ini. Aku tidak mengurung mereka seperti yang kau bilang tadi. Jika bisa, aku pasti sudah melakukannya dari dulu." Draco memandang gadis itu ngeri. "Nah, yang kita tonton sekarang ini, namanya kartun. Kartun ini namanya- Ratatouille!" Draco melotot kaget, hampir terkena serangan jantung, karena teriakan Margery yang melengking tiba tiba. Ia mengalihkan pandangan ke televisi, yang menunjukkan seorang koki dengan tikus di atas kepalanya. Draco bergidik. Ia jadi teringat tikus menjijikkan peliharaan si rambut merah Weasel* itu. "Ew, kenapa ada tikus di atas kepalanya? Menjijikkan." Margery memandang Draco dengan lucu, "Coba katakan lagi." "Apa- ew, kenapa ada tikus di atas kepalanya? Menjijikkan." Ia mengulangnya dengan alis terangkat. Margery terkikik geli, "Ulang bagian 'ew' nya." katanya lagi. "Ew," Draco mengulangnya dan tersenyum lebar melihat gadis yang tertawa didepannya ini. Wow, aku banyak tersenyum hari ini. Baru hari ini, dalam hidupnya, ia benar benar tersenyum. Senyum murni. Murni karena kebahagiaan. Sekalipun hanya kebahagiaan kecil. Dan mereka terus bercanda tentang kata 'ew' dengan versi yang berbeda beda, dan mendadak semuanya terlihat lucu. Mereka menertawakan apa yang ada di sekeliling mereka. Entah bagaimana, ia merasa seakan beban di atasnya mulai ringan. Tawa gadis ini mendominasi perasaan itu.

Weasel: Ron Weasley.

Wild FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang