Chapter 2

230 19 2
                                    

Teriakan gadis itu terngiang di telinganya. Bellatrix sedang menyiksanya, ia tahu itu. Dan tidak peduli seberapa menyebalkannya ia kepada gadis muggle itu, ia sangat tidak sampai hati membiarkannya disiksa seperti itu. Ia menoleh ke arah ayahnya yang berada disampingnya. Pria itu tidak kelihatan cemas sama sekali. 'Bagaimana bisa?!' pikir Draco. 'Oh iya, dia itu monster. Dia bahkan tidak pernah peduli keadaanku.' Draco menunduk dan menatap tanda bergambar ular yang tercetak di tangannya. Dengan jijik. Bagaimana pun, ia tidak punya pilihan. 'Kau adalah death eaters, Draco.' kata ayahnya yang selalu terngiang di telinganya. Death eaters, yang berarti aku adalah pengikut iblis itu, kau-tahu-siapa, yang berarti aku juga adalah monster. Teriakan tersiksa gadis itu membuatnya makin merasa bersalah dan takut. Ia tidak bisa melakukan apa apa, dan teriakan itu terdengar lagi- Draco langsung terbangun dengan suara gonggongan anjing terdengar jelas dari lantai bawah sampai ke kamarnya. Ia mengusap wajahnya sambil menghela napas. Ia mengatur napasnya yang tidak beraturan, dan menyadari, telapak tangannya basah. Ia berkeringat. Draco berjalan ke kamar mandi (di kamarnya), dan membasuh wajahnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah pemuda yang sama yang membiarkan orang lain disiksa tanpa bisa melakukan apa apa- Ini terasa seperti deja vu. Di Hogwarts, di waktu yang berbeda, menatap pantulan dirinya di cermin. Suara ketukan di pintu kamarnya menyadarkannya dari ingatan buruk itu. Draco mengelap wajahnya dengan kain, lalu membuka pintu. Gadis berambut cokelat lurus yang diselipkan ke belakang telinganya menurunkan tangannya yang tadi masih dalam posisi mengetuk. "Selamat pagi, sarapan sudah siap." katanya lembut dan tersenyum. Draco sangat jarang tersenyum, tapi ternyata ia melakukannya juga sekarang. Tidak mungkin bersikap tak acuh dengan gadis manis pendiam didepannya ini. "Oke, terimakasih." Gadis itu mengangguk dan tersenyum lagi, lalu pergi menuruni tangga. Siapa namanya? Natal- Natasha! Si anak kedua. Ia menutup pintu kamarnya, lalu berjalan menuruni tangga, menuju ruang makan. Suami Judy- Bill(!) terlihat dari pintu kasa sedang merokok sambil membaca koran di halaman belakang. Natasha sedang meminum segelas air. Si gadis pirang cantik, anak pertama, bernama Mol- Melanie(!) ('ah aku sangat payah mengingat nama,' pikir Draco) sedang memakan omelette nya sekaligus memainkan sebuah benda persegi kecil yang ia usap dengan jari telunjuk di bagian depannya. 'Kenapa banyak sekali benda persegi di rumah ini?!' pikir Draco. Dan gadis itu. Berambut hitam-lebat-panjang-berantakan yang terlihat lebih berantakan dibandingkan tadi malam, duduk di samping si pirang sambil melahap makanannya. "Hey, pagi Draco! Ayo sarapan." kata Judy yang sedang sibuk meletakkan omelette dan nasi ke piring, lalu memberikannya pada Draco. Masalahnya, ia tidak pernah melihat makanan semacam itu, apalagi namanya. Draco mengambilnya, lalu duduk berhadapan dengan si pirang. "Pagi, Draco! Tidur nyenyak?" Sapa si pirang dengan senyum termanisnya. Si gadis pirang naksir kepada Draco pertama kali Draco menginjakkan kaki di kediaman Jaime ini. Berarti, sejak tadi malam. Pertanyaan itu mendorongnya kembali ke mimpi buruk itu. Teriakan itu- "Ya." Bohong. "Dan aku suka kamarnya." Benar. "Imsonila mu tidak bertahan lama?" suara berat-mengantuk gadis itu bergabung. "Imsonila?" tanya Melanie bingung. Natasha ikut mendengarkan dengan tatapan lucu. Margery terkekeh pelan. Tadi malam, ia salah mengeja i-n-s-o-m-n-i-a. Gadis itu jelas jelas meledeknya. Draco memutar matanya dan merasa hangat menjalar pipinya karena malu. "Ya. IMSONIA ku tidak bertahan lama." Bodohnya aku. Keempat wanita itu tertawa. "Maksudku, ehm, insomnia." Ia mengeja dengan pelan di bagian 'insomnia'. "Kau mengajarinya kata muggle pertamanya." kata Judy. Margery mendengus tertawa, "Kata muggle pertamanya? Ia seperti bayi di dunia per muggle an ini. Coba eja insomnia, bayi kecil." kata Margery meledek lalu tertawa. Natasha membela Draco dan mengatakan betapa sikapnya itu kekanakan, dan Melanie ikut membelanya, tapi tertawa juga. Draco merasa kesal. Dan hanya memakan makanannya. Wow, apapun namanya ini, ini benar benar lezat. "Itu omelette. Jaga jaga kalau kau ingin tahu." kata Margery. Nama yang aneh. "Hey!" sela Melanie kesal. "Aku belum kebagian mengajarinya. Itu bagianku." Margery menggerakkan tangannya menandakan bahwa Melanie boleh mengambil bagiannya, sambil menyuap sesendok ke dalam mulutnya. Melanie tersenyum ke arah Draco, "Itu namanya omelette, jika kau ingin tahu." Margery memutar matanya, "Kau mengikuti kalimatku." "Itu beda!" "Artinya sama." Dan pagi itu berjalan dengan baik, pertengkaran kedua gadis, peleraian dari Natasha, perintah untuk mandi dan gereja (untuk Margery) dari Judy, dan pernyataan, "Rod Ger Team* lebih baik menang hari ini. Aku sudah bertaruh 30 dollar untuk team itu dengan tetangga sebelah." dan "Kau ikut denganku, kan, Margery? Sehabis kau gereja? Kau juga boleh, pirang. Itu tontonan untuk lelaki sejati." dari Bill. Dan pagi itu hampir membuat semua mimpi buruk itu pudar. Ia berharap akan selalu seperti itu.

Rod Ger Team: team baseball favorit Bill.

Wild FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang