Terdengar suara pintu dibanting menutup, dan umpatan perempuan. Draco yang sedang melihat lihat album foto (ia dapat dari laci bawah televisi, karena ia bosan) mendongakkan kepala melihat sumber suara itu.
Melanie sedang bicara di ponselnya dengan wajah (sangat amat super duper) kesal, sambil terus menyerocos di ponselnya.
Draco tidak tahu apa yang gadis itu bicarakan, tapi yang pasti bukan sesuatu yang menyenangkan. Melanie menaiki tangga, dan menghilang ke kamarnya. Draco mengangkat bahunya, dan kembali membalik lembaran foto yang lain.
Foto close-up seorang anak kecil perempuan bermata manik hitam dengan rambut panjang yang sepertinya dikuncir dua, tapi ikatannya terlihat sudah longgar ke bawah, berwarna senada. Anak anak rambutnya keluar, dan tidak pada tempatnya. Dilihat dari fotonya, ia pasti memakai dress tanpa lengan merah marun. Gadis itu tidak tersenyum. Mulutnya sedikit terbuka, memperlihatkan gigi susu bawahnya yang agak renggang, dan sorot matanya yang sayu, tapi entah bagaimana, terlihat misterius. Dan masih sama sampai sekarang. Margery. Ia mengenali mata sayu dan anak rambut itu dimana saja. Bagaimanapun, walau dengan rambutnya yang sudah tidak teratur, dan wajah dengan ekspresi... tidak diketahui itu, juga gigi susu renggangnya, gadis itu terlihat manis. Draco tersenyum, 'Sekarang juga manis, kalau ia tidak aneh dan menggangguku.' Dan sebuah teriakan panik sukses membuyarkan pikirannya. Draco langsung bangkit dan menaiki tangga, menuju kamar yang berpintu putih bertuliskan 'Girls Dorm' pink, dan membukanya pelan. Ia mengintip ke dalam, dan melihat Melanie sedang menarik rambut pirangnya.
"Melanie?" Panggil Draco.
Gadis pirang itu langsung mendongak.
"Kau kenapa?" tanyanya lagi.
Gadis itu menghela napas, dan akhirnya bicara, "Masuklah. Akan kuberitahu kenapa aku acak acakan begini- karena Kelsea tahu bahwa ada tamu pirang tampan di rumah kami, yaitu kau, dan ternyata Zee si gadis jalang menguping saat kami sedang bicara, dan ia tiba tiba menghalangi jalanku dan berkata, "Bawa aku ke rumahmu, kenalkan aku dengan si cowok pirang tampanmu itu, dan buat ia jadi milikku. Jika tidak, aku akan menyebarkan foto cantik mu ini, yang merupakan aib terbesarmu yang bahkan Stan tidak tahu, serta mengatakan bahwa kalian berpacaran, yang kau tahu Stan pasti tidak akan senang, dan kau akan menyesal seumur hidupmu." Melanie berhenti sejenak. "Ap-" "Tunggu dulu aku belum selesai." potong Melanie cepat. "Aku tidak punya pilihan lain, dan aku tidak tahu apa yang dia maksud dengan 'tidak' yaitu aku tidak mengenalkanmu dengannya, atau aku mengenalkanmu dengannya tapi kalian tidak bisa berpacaran, dan apapun itu, artinya pasti tidak bagus! Aku benci hidupku sekarang."
Dengan itu ia menjatuhkan diri di ranjang, dan menutup wajahnya dengan bantal.
Draco agak pusing. Itu bohong. Draco sangat pusing. Ia tidak tahu siapa Kelsea, atau Stan, atau Zee 'nama yang aneh' dan gadis itu bicara sangat cepat! Tapi ia menangkap beberapa kalimat.
"Jadi... Zoe memaksamu agar kami berdua... bisa... pacaran?" Tanya Draco. Ew, pacaran dengan gadis jalang bernama aneh? Menjijikkan. Jiwa Slytherin Draco mulai muncul.
"Yang benar, namanya Zee. Dan, ya!" balas Melanie.
"Oke. Zee. Dan foto itu... Memangnya foto apa?"
Melanie menghela napas panjang, "Dulu aku memakai kawat gigi. Dan entah bagaimana, Zee memiliki foto itu. Itu kan sudah lama sekali!"
Draco menggaruk keningnya,
"Jadi... kalau kau 'tidak' melakukannya, fotomu itu akan tersebar?"
"Memangnya tadi aku bilang apa?!" Bentak Melanie.
"Oke, oke! Maksudku, memangnya kenapa kalau fotomu itu tersebar? Teman temanmu akan menjauhimu? Begitu?" Tanya Draco.
"Ya... pasti lah! Selama ini yang mereka tahu, aku itu seorang queen bee! Kalau mereka tahu dulu aku memakai kawat gigi, tamat hidupku. Dan belum lagi Stan! Hidupku hancur."
Dengan itu, Melanie kembali menutup wajahnya dengan bantal. "Begini, aku akan membantumu." Kata Draco akhirnya.
Melanie langsung melempar bantal ke seberang kasur, dan terduduk, "Tadi kau bilang apa?!"
"Aku akan membantumu."
"Kau serius?!" Melanie sudah setengah berteriak sekarang.
"Ya."
"Ya ampun! Terimakasih banyak, Draco!" Melanie sudah terlihat ingin menerjang Draco sekarang.
Draco melangkah mundur sedikit. Takut Melanie benar benar akan menerjangnya. 'Apa cewek harus semenakutkan ini?' pikirnya.
"Sama sama. Aku keluar dulu, oke?" Melanie mengangguk semangat, dan Draco keluar.
Tapi ada seringai khas di wajahnya. 'Lihat kan? Aku tahu tidak ada yang bisa menolak ketampananku ini. Bahkan gadis yang belum pernah melihatku saja sudah tergila gila padaku.' pikirnya bangga.
"Draco! Jangan lupa jemput Natasha dan Margery!" seru Melanie dari dalam.
"Ok-"
"Kau harus cepat jika tidak ingin kerepotan mencari Margery," tambah Melanie.
"Oh, lihat saja, Malfoy. Dengan sekali kedipan matamu, dan satu helai pirang itu terbang, aku akan hilang, hanya menyisakan debu."
'Oh shit!' pikir Draco. Ia langsung berlari turun tangga, mengambil kunci mobil dan keluar.
Satu masalah muncul, dan satu masalah baru muncul lagi.
Dasar para cewek...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Flowers
General FictionPerang berakhir, death eaters yang berada di pihak Voldemort dijatuhi hukuman: ditahan di Azkaban. Termasuk Draco Malfoy. Hanya, hukumannya berbeda. Dan ia tidak tahu setelah hukuman itu, hidupnya tidak akan sama lagi. Apa hukumannya?