Chapter 6

97 12 0
                                    

Seminggu lebih, hampir dua minggu Draco di dunia muggle. Ia baru pulang dari berbelanja pakaian dan barang barang muggle lainnya dengan Melanie dan Natasha. Di rumah ternyata tidak ada siapa siapa, kecuali Rodger yang bangkit dan menghampiri mereka sambil mengitari mereka dan mengibaskan ekornya. Judy dan Bill memang pergi dari tadi sore untuk mengurus pekerjaan mereka. Dan Margery tadi ekskul. Tapi seharusnya, ia sudah berada di rumah saat ini. Sudah hampir jam makan malam! Untungnya Natasha membawa kunci cadangan. Melanie membungkuk sedikit untuk mengelus kepala Rodger, dan mengikuti mereka masuk. Anjing itu juga ikut masuk.

"Aku mandi dulu! Melanie, pesan makanan untuk makan malam nanti. Mom lupa memasak." Perintah Natasha sambil menaiki tangga.

"Kau kan bisa masak. Jangan perintahi aku." kata Melanie sambil menjatuhkan diri di sofa.

"Aku malas!" suara Natasha terdengar teredam dari kamarnya.

Melanie memutar matanya, tapi ia akan melakukannya. Mereka tidak mau tidur dengan perut keroncongan, kan?
Ia menendang lepas flat shoes dari kakinya, dan memainkan ponselnya. Sementara itu, Draco juga melepaskan sepatunya sambil bertanya dalam hati, Dimana Margery? Draco menghampiri Melanie,

"Kemana Margery?"

Melanie menoleh dari ponselnya, lalu meletakkannya di atas meja.

"Mungkin nongkrong dengan teman temannya. Ia suka seperti itu. Kangen padanya?" Tanya Melanie. Seringai kecil terlihat di wajahnya.
Melanie diam diam berharap Draco tidak benar benar kangen padanya. Yah, Draco merasa asing sebenarnya jika tidak ada kehadiran gadis itu. Seakan, kehadirannya itu yang membuatnya sangat nyaman (hampir hampir lebih) di dunia muggle yang (masih) tidak masuk akal baginya.

"Cuma penasaran. Sudah hampir jam makan malam." Balas Draco. Ia duduk di sofa.

"Dia pasti kembali sebelum jam makan malam. Selalu seperti itu. Aku mandi dulu." kata Melanie sambil beranjak dari sofa.
"Oh, dan tolong beri makan Rodger. Bisa, kan?" Melanie bahkan tidak menunggu jawaban, dan langsung menaiki tangga.
Draco menghela napas, dan beranjak ke dapur, mengeluarkan sekotak makanan anjing dari laci bawah. Ia sudah mengerti masalah memberi makan anjing. Draco mengambil wadahnya tepat disebelah makanan itu, dan menuangkannya. Ia membawanya, lalu kembali ke ruang TV, membungkuk ke anjing yang mengibaskan ekornya dengan riang, yang langsung memakan makanan itu sesampainya dilantai.
Ia duduk dengan menumpukan satu lutut di lantai, sambil menggaruk kepala berwajah malas itu, dan menerima sambaran dan geraman kesal dari si anjing, seakan tangan Draco membuatnya gatal atau seakan Draco akan mengambil makanannya. Konyol. Anjing itu tidak pernah menyukai tamu penyihir pirang itu. Ia selalu melakukan apa saja yang bisa mengganggu Draco. Persis seperti Margery yang selalu menganggunya kapanpun ia mau. Dulu Margery yang memilih anjing itu saat ia masih kelas lima. Tidak heran sifatnya sama, eh. Draco memelototi anjing itu, dan baru saja ia mau bangkit, pintu rumah terbuka.
Margery masuk dengan pakaian putih Karate (ia ekskul Karate) dengan ransel tersampir di lengan kirinya. Rambutnya dikuncir berantakan, dan ia langsung merosot duduk di lantai dekat pintu. Jaraknya tidak jauh dengan Draco.
Margery melepaskan sepatu, dan Draco menatapnya.
"Hey, pirang."
Draco memutar matanya. "Kau hampir telat makan malam." katanya.
"Whoa, aku tidak tahu kau sepeduli itu." balas Margery, lalu kembali bersandar malas dengan kedua kaki di luruskan asal.

"Nongkrong dengan teman?" kata Draco lalu duduk bersila. Rodger langsung menghampiri Margery dan menyundul kepalanya ke lengan Margery. Gadis itu menepuk kepala Rodger, lalu anjing itu duduk disampingnya.
"Ya, nongkrong dengan teman teman. Lebih dari satu." jawab Margery. "Omong omong, bagaimana hari jalan ceweknya?"
Draco mengkerutkan dahi, kesal. "Itu bukan hari jalan cewek. Kami hanya berbelanja pakaian dan sepatu." Oke, itu saja sudah kedengaran aneh. Margery tertawa lebar.
Draco menatap Margery dengan kesal, tapi juga dengan penasaran. Gadis itu menghela napas, dan bangkit sambil menenteng sepatunya, "Aku capek," Lalu ia berjalan pergi, diikuti oleh Rodger, walau hanya sampai tangga.
Ia menatap anak tangga yang baru dilewati Margery.
Ia menatapnya penasaran tadi, karena satu hal: saat Margery tertawa, tercium aroma yang agak kasar. Bukan bau. Kasar. Lalu ditambah lagi: kalimatnya tadi, 'Aku capek'. Draco yakin pasti karena kegiatannya tadi, tapi ia agak ragu saat menyadari mata gadis itu agak sedikit berkaca kaca. Juga tatapannya yang agak berkabut.
Dan mungkin tambahan lagi: sepertinya ia melihat kotak hitam putih kecil di kantung berjaring tempat botol minum di sisi kiri tas itu. Bill memberitahunya kemarin. Barang yang biasa dipakai para bapak, atau remaja bandel. Atau orang yang sedang stres. Yap, ia ingat. Ia baru melihat sekotak rokok di kantung jaring tas Margery.

Wild FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang