Chapter 17. I'm Not A Criminal

2.9K 144 0
                                    

TANGISAN gadis itu kembali terngiang.

Surat beramplop merah muda dengan motif bunga masih tersimpan dengan baik di laci meja belajar Niall hingga saat ini. Setiap kali melihatnya kejadian dua belas tahun yang lalu terulang begitu saja seperti film.

Saat itu dia masih berada di taman kanak-kanak. Meskipun saat itu dia anak laki-laki lincah berusia lima tahun, dia sudah menjadi idola di kelasnya. Wajah menggemaskan dan polosnya seperti magnet bagi orang lain untuk menyukainya. Dia menjalani masa itu dengan gembira, bahkan cenderung mudah karena entah mengapa dia lebih cepat menangkap pelajaran dibandingkan teman-teman sekelasnya. Suatu hari, ada seorang anak perempuan dari kelas lain yang tiba-tiba memberinya surat berisikan pernyataan bahwa gadis itu menyukainya.

Sejujurnya saat itu dia masih tidak mengerti dan terlalu muda sehingga bingung harus memberikan jawaban apa. Pada akhirnya dia hanya menggelengkan kepala. Menolak surat yang diberikan gadis itu dan berkata bahwa dia tidak berminat bermain dengan anak perempuan.

"Maaf, aku lebih suka bermain dengan anak lelaki." Jawabnya polos tanpa tahu bahwa perkataannya itu berhasil mematahkan hati gadis kecil yang berdiri di hadapannya.

Satu kejadian yang tidak terduga pun terjadi. Gadis yang syok karena ditolak olehnya itu mendadak berkaca-kaca. Tetes demi tetes air mata jatuh di pipinya. Itu adalah pemandangan yang mengerikan, sungguh. Hati Niall kecil seperti jatuh ke tanah melihat gadis itu menangis di hadapannya. Dia tercengang sekaligus kebingungan.

Niall berusaha menghentikannya tangisannya. Tapi gadis itu berbalik pergi. Sejak saat itu, Niall tidak pernah menemuinya lagi karena entah mengapa, gadis itu seperti menghindarinya.

Sejak saat itulah penyakit anehnya muncul. Dia pernah berkonsultasi sekali pada seorang psikiater ketika dia berusia 10 tahun dan psikiater itu berkata bahwa mungkin itu semacam phobia yang muncul disebabkan oleh trauma.

Bentuk pertahanan diri yang muncul begitu saja karena rasa bersalahnya telah membuat seorang menangis. Sejak saat itu pula Niall sadar dia tidak bisa dan tidak tahan melihat seorang perempuan menangis di depannya.

Malam itu tiba-tiba saja Niall ingin bertemu dengan gadis pemilik surat yang menangis di depannya. Dia hanya ingin meminta maaf. Dalam surat itu tidak tercantum nama si penulis surat.

-o0o-

Dari tahun ke tahun, acara peringatan ulang tahun Royal President High School selalu menjadi acara tahunan paling meriah di sekolah itu. Tingkat keramaiannya setingkat dengan festival budaya hari-hari besar nasional. Ada bazaar, pameran, dan pertunjukkan musik selama satu minggu penuh namun momen yang paling ditunggu seluruh murid dan pengunjung bukanlah hal itu melainkan pesta dansa di hari terakhir festival sekaligus malam puncak dari acara peringatan ulang tahun itu sendiri.

Tema pesta dansa selalu berbeda tiap tahunnya. Uniknya, sesulit dan seaneh apapun tema yang diusung tetap tidak menyurutkan rasa antusias para siswa untuk hadir di acara itu. Mereka memiliki tujuan lain, terutama para siswa yang berasal dari kelas platinum. Malam pesta dansa mereka jadikan sebagai ajang pamer kekayaan.

Beragam gaun dan tuksedo mahal karya desainer ternama menghiasi acara pesta malam itu. Sesuai dengan pesta yang bertema Bunga Sakura, ruang aula sekolah yang luas disulap menjadi ruang pesta dengan dekorasi mewah, elegan serta didominasi warna merah muda, hitam, dan biru.

Tepat pada pukul 7 malam, aula itu dipenuhi oleh murid-murid dan pengunjung lain yang memakai gaun warna merah muda untuk wanita dan hitam untuk pria.

"Wow, so pinky tonight. Isn't it?" Perrie berkata kepada Vallerie dan Kendall ketika mereka tiba di aula.

"Yeah, I think so." Sahut Vallerie dengan bahasa Inggris juga, tertular Perrie.

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang