Chapter 24. Forgive For Vallerie

3.1K 140 7
                                    

NIALL tak bisa berkata apa-apa lagi melihat Vallerie digiring masuk ke ruang IGD. Lampu ruangan itu menyala, operasi sedang berlangsung di dalam sana. Dia meraba dinding terdekatnya, lalu jatuh terperosok ke lantai, tubuhnya bergetar hebat. Dia bahkan tidak peduli bahwa bajunya kotor oleh darah Vallerie yang tertinggal karena dia sempat memeluk gadis itu sebelum petugas medis datang.

Kejadian itu berlangsung amat cepat. Sampai kini Niall masih tidak percaya Vallerie terluka parah setelah tertabrak mobil. Mengapa ini harus terjadi? Seandainya dia menuruti ucapan Vallerie, gadis itu tidak akan berakhir di ruang IGD seperti ini.
Menghadapi situasi mencekam ini sendirian, Niall merasa sangat tidak berdaya. Dia sudah menghubungi keluarga Vallerie dan teman-temannya saat dalam perjalanan kemari. Untuk sementara, dia harus melewatinya sendirian.

Suara derap kaki di lorong sepi itu membuat Niall mendongakkan kepala. Seluruh keluarga Vallerie tiba di saat yang hampir bersamaan. Niall mengenali wajah-wajah mereka dari foto keluarga yang dia lihat di rumah Vallerie beberapa waktu lalu.

"Apa yang terjadi dengan Vallerie kami," ibu Vallerie langsung menangis begitu tiba di depan Niall.

"Dia tertabrak mobil saat akan menyeberang. Dokter sedang menanganinya di dalam." Jelas Niall terbata, dia menyalahkan diri atas kecelakaan yang menimpa Vallerie.

"Ya Tuhan, semoga dia tidak apa-apa." wanita itu langsung menghambur ke pelukan suaminya.

Ayah Vallerie yang baru pertama kali Niall lihat berdiri di samping istrinya. Violetta, adik Vallerie memeluk lengan Ayahnya karena ketakutan sementara Matthew, kakak laki-laki Vallerie tidak mengatakan apa-apa. Hanya menatap pintu ruang operasi dengan pandangan khawatir.

Meskipun rasa cemas dan takut belum juga lenyap, Niall mendesah lega karena dia tidak lagi sendirian. Akan lebih baik jika teman-temannya pun ada di sana. Tak lama kemudian, terdengar derap kaki lain. Harry, Kendall, Zayn dan Doniya sampai bersama-sama. Perrie menyusul kemudian di belakang mereka.

"Bagaimana keadaan Vallerie?" Perrie langsung mencecarnya dengan pertanyaan bernada panik.

"Ya Tuhan, aku baru meninggalkannya dua jam yang lalu!" Kendall sudah berlinangan airmata, merasa bersalah karena tidak memastikan Vallerie tiba di rumahnya dengan selamat.

"Semoga dia baik-baik saja." Zayn berkata, diiringi anggukan setuju Doniya.

"Bajumu kotor sekali." Harry justru mengomentari hal yang tidak penting. Dia meringis melihat sweter dan kaus Niall penuh dengan darah.

Niall menghela napas, "Jangan paksa aku menceritakan apa penyebabnya."

Udara di sekitar mereka terasa berat dan pengap. Operasi berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan. Berjam-jam mereka menunggu diluar dalam ketidakpastian. Kebanyakan dari mereka berdoa, ada juga yang merenung seperti Niall. Kendall tak bisa berhenti menangis, Harry merangkulnya berharap keadaan Kendall bisa lebih baik. Doniya memperhatikan hal itu, penasaran dia bertanya pada Zayn.

"Gadis yang dipeluk Harry itu, apakah dia kekasihnya?"

"Memang." Sahut Zayn ringan. Doniya meringis. Ternyata Zayn tidak berbohong tentang hal itu.

Waktu terasa berjalan lambat. Semuanya berharap penantian ini segera berakhir. Berjam-jam kemudian lampu ruang IGD pun padam. Semua orang melompat berdiri melihat pintu ruang operasi terbuka disusul seorang dokter keluar, masih memakai masker yang menutupi mulutnya. Dokter itu tampak lega sekaligus pucat, memberikan spekulasi buruk wajah-wajah cemas di depannya. Membuka masker, dokter itu berkata sebelum dicecar salah satu dari mereka.

"Operasi berjalan sukses dan masa kritis pasien telah lewat."

Hembusan lega terdengar di mana-mana.

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang