Chapter 6. Meet The Lover

4.7K 201 2
                                    

VALLERIE tak pernah merasa sepanik ini ketika menghadapi kerumunan orang-orang. Tetapi kini bulu kuduknya berdiri dihujani tatapan tajam dari berbagai sudut. Sebagian besar siswa kelas platinum duduk di sekelilingnya.

"Pergi kau dari sini!"

"Iya pergi!!"

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sana?!"

Sorakan-sorakan sinis itu membuat Vallerie salah tingkah. Dia menutup telinganya agar tidak mendengar teriakan tajam yang ditujukan untuknya itu. Bodoh, kau bodoh Vallerie Thomas. Seharusnya kau bisa menjaga mulutmu sendiri.
Niall yang tidak bisa membiarkan Vallerie mendapat sambutan 'hangat' semeriah ini berdiri lalu berseru.

"Hei, berhenti! Siapa yang menyuruh kalian menyorakinya?" Tentu saja ucapan prince of school yang satu ini cukup ampuh dan meredakan sorak-sorai itu.

Mereka langsung mematuhi kata-katanya dan beberapa saat kemudian suasana kembali normal. Fokus perhatian mereka kembali pada pertandingan. Niall mendengus lalu kembali duduk.

"Kau bisa menurunkan tangan dari telingamu," Niall berbisik.

Menuruti kata-kata Niall, Vallerie menjauhkan tangannya pelan-pelan dari telinganya dan mendesah lega karena tidak ada lagi yang menghujaninya dengan hujatan sinis.

"Terima kasih," gumamnya. Sadar Niall berada terlalu dekat dengannya, dia lekas mendorong pria itu jauh-jauh, "Jangan dekat-dekat denganku!"

"Huh, inikah sikapmu pada pria yang menjadi penolongmu?" namun Vallerie tidak mendengar dengusannya karena gadis itu sibuk ber-euforia saat Zayn berhasil menyumbang poin untuk tim sekolahnya.

"Zayn Malik, kau yang terbaik!!!" Niall sampai melonjak mendengar teriakannya.

Pertandingan persahabatan pun berakhir dengan kemenangan di pihak Royal President High School. Seperti biasa, Zayn yang mencetak point terbanyak. Vallerie tidak bisa berhenti berteriak gembira bahkan di saat penonton perlahan-lahan membubarkan diri. Ketika menoleh, dia terkejut melihat Niall masih berada di sampingnya.

"Kau tidak pergi?"

"Aku sedang menunggu Zayn." sahut Niall santai.

Dia ingin tahu bagaimana reaksi gadis ini. Tetapi Vallerie tidak histeris seperti yang dibayangkannya. Gadis itu memandangnya dengan ekspresi tak terbaca.

"Kenapa?" tanya Niall heran karena Vallerie terus memperhatikanya.

"Tidak..." Vallerie mengedipkan matanya.

Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan? Untuk sesaat dia merasa Niall Horan terlihat begitu menarik. Dia sekarang meyadari mengapa begitu banyak gadis yang jatuh pada pesonanya. Tetapi bagaimana pun, dia tidak akan pernah menyukai tipe playboy sepertinya.

"Aku menebak kau sudah mulai tertarik padaku."

Vallerie terhenyak kaget, "Percaya diri sekali. Lagipula bukankah kau seharusnya pergi berkencan hari ini?" tanya Vallerie tiba-tiba.

"Bagaimana kau tahu?" pria itu terkejut.

"Kau tidak perlu bertanya, jawab saja."

Niall mendengus menerima kejutekan Vallerie, "Aku malas. Lagipula menonton pertandingan sahabat itu jauh lebih penting."

"Ck, alasan konyol! Aku tahu, kau tidak mau berkencan karena kau tidak serius berhubungan dengan gadis itu. I'm really sorry for your girlfriend, dan aku yakin kau melakukannya juga pada seribu pacarmu yang lain."

Seharusnya kata-kata Vallerie menyinggungnya dan membuatnya marah besar. Tetapi bukan kekesalan yang dirasakan Niall saat ini, melainkan penyesalan.

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang